Owa kalawat

(Dialihkan dari Owa-owa)
Owa Kelempiau
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
H. muelleri
Nama binomial
Hylobates muelleri
Martin, 1841[2]
Agihan owa kelempiau
Sinonim
  • Hylobates funereus É. Geoffroy, 1850
  • Hylobates cinereus abbotti Kloss, 1829

Owa kalawat[3][4] (Hylobates muelleri) adalah sejenis kera arboreal yang termasuk ke dalam suku Hylobatidae. Nama-nama lokalnya di antaranya adalah owa-owa (Mly.), kalawet (Day.),[2] dan juga klampiau[4] atau kelempiau. Dalam bahasa Inggris ia disebut Mueller's Gibbon, Grey Gibbon atau Borneo Gibbon[5].[6]

Owa kalawat menyebar terbatas (endemik) di Pulau Kalimantan (seluruh pulau, kecuali bagian barat dayanya, yang dihuni owa kalimantan).

Pengenalan, anak jenis dan agihan sunting

Owa yang bertubuh kecil, kepala dan tubuh antara 420-470 mm; kaki belakang 128–150 mm; dan beratnya 5,0-6,4 kg.[4]

Tidak seperti jenis ungko lainnya, owa kelempiau tidak menunjukkan dimorfisme dalam warna rambutnya. Warna umum owa kelempiau adalah abu-abu, cokelat abu-abu atau kehitaman, dengan alis berwarna terang keputihan dan warna gelap di atas kepala seperti topi. Namun sedikit banyak warna ini bervariasi pada ketiga anak jenisnya.[7]

  • Hylobates m. muelleri berwarna cokelat abu-abu hingga abu-abu pucat, dengan alis putih tebal dan topi hitam yang terkadang memanjang ke arah tengkuk.[7] Tangan dan kaki umumnya kehitaman, kontras dengan lengan dan tungkai bawah yang keabu-abuan.[5] Anak jenis ini menyebar di bagian tenggara dan timur pulau: sebelah timur Sungai Barito di Kalimantan Selatan hingga sekitar Sungai Karangan di utara Kalimantan Timur.[4]
  • H.m. funereus cenderung lebih kehitaman: abu-abu gelap, abu-abu cokelat, dengan warna kehitaman atau cokelat kehitaman pada topi, tenggorokan, dada, perut hingga anus, dan bagian dalam lengan dan kaki. Bagian-bagian lainnya lebih pucat, dan alis berwarna putih, tebal.[7] Ujung tangan dan kaki tak begitu kontras kehitaman, bahkan pada hewan dari bagian utara pulau agak keputihan.[5] Anak jenis funereus terutama menyebar di Kalimantan bagian utara: sebelah utara S. Karangan, Sabah, ke barat ke Sarawak hingga wilayah Saribas.[4]
  • H.m. abbotti seluruhnya pucat keabu-abuan[4] (abu-abu tikus), dengan warna gelap (di sekitar kemaluan) dan terang keputihan (pada alis) yang tidak seberapa kontras.[7] Ia menyebar di sebelah barat wilayah Saribas di Sarawak, ke selatan hingga aliran Sungai Kapuas di Kalimantan Barat.[4]

Habitat dan ekologi sunting

 
Di Kebun Binatang Cincinnati

Owa kalawat adalah hewan yang beraktivitas pada siang hari dengan habitat pada hutan hujan. Karakteristik owa kalawat adalah memiliki lengan yang panjang untuk berayun dari pohon ke pohon. Owa kalawat hidup dengan pasangan monogami dan melindungi keluarga dari serangan dengan suara keras dan panjang. Makanan dari owa kalawat adalah buah. Belum diketahui secara pasti bagaimana owa kalawat bereproduksi, tapi diperkirakan sama dengan spesies owa lainnya.

Konservasi sunting

Owa kalawat dilindungi dalam wilayah taman nasional, yaitu Taman Nasional Betung Kerihun, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, Taman Nasional Kayan Mentarang, Taman Nasional Kutai, dan Hutan Lindung Sungai Wain di Indonesia. Serta Cagar Alam Lanjak Entimau dan Hutan Lindung Semengok di Malaysia.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b Geissmann, T. & Nijman, V. (2008). "Hylobates muelleri". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2008. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 4 January 2009. 
  2. ^ a b Martin, W.C. 1841. A Natural History of Quadrupeds and Other Mammiferous Animals: Comprising a Description of the Class Mammalia: 444. London :Whitehead & C.
  3. ^ Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/KUM.1/12/2018
  4. ^ a b c d e f g Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam: 251, LG. 22. Bogor: WCS-IP, The Sabah Society & WWF Malaysia.
  5. ^ a b c Geissmann, T. "Gibbon Systematics and Species Identification": Mueller's gibbon, Grey gibbon, Borneo gibbon (Hylobates muelleri)
  6. ^ Supriatna, Jatna (2008). Melestarikan alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 24. ISBN 9789794616963. Diakses tanggal (Diakses – 7 Feb 2021) Melestrarikan alam Indonesia. 
  7. ^ a b c d Mootnick, A.R. 2006. Gibbon (Hylobatidae) Species Identification Recommended for Rescue or Breeding Centers. Primate Conservation 2006 (21): 103–138.

Pranala luar sunting