Onkogen (Inggris: oncogene) adalah gen yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor. Onkogen umumnya berperan pada tahap awal pembentukan tumor. Onkogen meningkatkan kemungkinan sel normal menjadi sel tumor, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker. Riset terbaru menunjukkan bawa RNA pendek (small RNA) sepanjang 21-25 nukelotida yang dikenal sebagai RNA mikro (miRNA) dapat mengontrol onkogen.

Onkogen pertama kali ditemukan oleh Francis Peyton Rous pada tahun 1910[1] saat mengamati tumor pada unggas yang dapat ditransmisikan ke makhluk lain karena memiliki sel sarkoma yang mengandung retrovirus, yang kemudian disebut RSV (Inggris: Rous sarcoma virus).[2]

Tahun 1976 Dr. John Michael Bishop dan Dr. Harold E. Varmus dari Universitas California San Francisco membuktikan bahwa onkogen berasal dari proto-onkogen yang mengalami kerusakan. Proto-onkogen telah ditemukan pada banyak organisme, termasuk manusia. Atas penemuan penting ini, Dr. Bishop dan Dr. Varmus mendapat Penghargaan Nobel pada tahun 1989.

Proto-onkogen sunting

Proto-onkogen adalah gen normal yang dapat menjadi onkogen bila mengalami mutasi, atau bila ekspresinya meningkat. Proto-onkogen mengkode protein yang diperlukan sel untuk regulasi perkembangbiakan dan diferensiasi. Proto-onkogen sering ditemukan berperan pada transduksi sinyal dan eksekusi sinyal mitogen, yang umumnya dilakukan oleh produk protein yang dihasilkannya. Setelah diaktifkan, proto-onkogen atau produk yang dihasilkan menjadi penginduksi tumor yang disebut onkogen.

Aktivasi sunting

Proto-onkogen dapat menjadi onkogen dengan sedikit modifikasi pada fungsi aslinya. Ada dua tipe pengaktifan:

  • Terjadi mutasi pada satu onkogen yang berakibat perubahan pada struktur protein, yang disebabkan oleh:
  • kenaikan aktivitas protein (enzim)
  • hilangnya regulasi
  • terjadinya hibrid antar protein melalui kerusakan kromosom pada pembelahan sel. Telah diketahui bahwa kerusakan kromosom yang terjadi saat pembelahan sel pada sumum tulang belakang dapat menimbulkan leukemia.
  • Meningkatnya konsentrasi protein, yang disebabkan oleh:
  • meningkatkan ekspresi protein akibat kesalahan regulasi
  • meningkatnya stabilitas protein, yang membuat keberadaan dan aktivitasnya dalam sel menjadi lebih lama
  • duplikasi gen, yang berakinat meningkatnya jumlah protein dalam sel.

Jenis sunting

v-erbA adalah protein onkogen yang berasal dari proto-onkogen c-erbA tipe alfa yang berupakan pencerap inti hormon T3/T4,[3] dan asam retinoat,[4] yang teraktivasi oleh avian erythroblastosis virus (AEV),[5] yang mengakibatkan leukemia pada ayam dengan menghambat diferensiasi sel progenitor eritrosit dan memicu transformasi sarkoma.[4]

bcl-2, sebuah proto-onkogen yang teraktivasi oleh translokasi kromosomal dalam limfoma, berubah menjadi onkogen yang menghambat apoptosis sel limfoid. Pada modus normal, gen bcl-2 menyimpan data protein dari membran mitokondria sisi dalam, retikulum endoplasma dan membran inti sel, dan berfungsi menjadi bagian dari zat-zat antioksidan yang menghambat peroksidasi lipid pada membran sel.

Faktor pembelahan sel (Growth factors) sunting

Faktor pembelahan sel, atau mitogen, umumnya dihasilkan oleh beberapa sel spesialis untuk menginduksi pembelahan sel. Bila suatu cell yang umumnya tidak memproduksi growth factors tiba-tiba mulai memproduksinya (karena berubah menjadi onkogen), sel tersebut akan mengalami pembelahan tak terkontrol. Hal ini dapat juga menyebar ke sel-sel yang berdekatan.

Rujukan sunting

  1. ^ (Inggris) "A transmissible avian neoplasm. (Sarcoma of the common fowl) by Peyton Rous, M.D., Experimental Medicine for Sept. 1, 1910, vol. 12, pp.696-705." Rous P. Diakses tanggal 2010-09-18. 
  2. ^ (Inggris) Kufe, Donald W.; Pollock, Raphael E.; Weichselbaum, Ralph R.; Bast, Robert C., Jr.; Gansler, Ted S.; Holland, James F.; Frei III, Emil. (2003). Holland-Frei Cancer medicine. Dana-Farber Cancer Institute, Harvard Medical School Boston, Department of Surgical Oncology, University of Texas, MD Anderson Cancer Center, Department of Radiation and Cellular Oncology, University of Chicago Hospital, Chicago Tumor Institute, University of Chicago Chicago, University of Texas, MD Anderson Cancer Center, Houston, American Cancer Society, Derald H Ruttenberg Cancer Center, Mount Sinai School of Medicine New York (edisi ke-6). Hamilton on BC Decker Inc.,. hlm. Discovery and identification of oncogenes. ISBN 1-55009-213-8. Diakses tanggal 2010-09-18. 
  3. ^ (Inggris) "v-erbA overexpression is required to extinguish c-erbA function in erythroid cell differentiation and regulation of the erbA target gene CAII". Institute for Molecular Pathology; Disela C, Glineur C, Bugge T, Sap J, Stengl G, Dodgson J, Stunnenberg H, Beug H, Zenke M. Diakses tanggal 2010-09-18. 
  4. ^ a b (Inggris) "[V-erbA oncogene, model of oncogenic activation of hormone receptor]". Laboratoire de Biologie Moléculaire et Cellulaire; Samarut J. Diakses tanggal 2010-09-18. 
  5. ^ (Inggris) "The thyroid hormone receptor functions as a ligand-operated developmental switch between proliferation and differentiation of erythroid progenitors". Institute of Molecular Pathology (I.M.P.), Vienna Biocenter; Bauer A, Mikulits W, Anggara A, Stengl G, Brosch G, Beug H. Diakses tanggal 2010-09-18. 

Lihat pula sunting