Onigiri

salah satu jenis hidangan nasi

Onigiri (おにぎり, 御握り) (bahasa Indonesia: nasi kepal) adalah nama Jepang untuk makanan berupa nasi yang dipadatkan sewaktu masih hangat sehingga berbentuk segitiga, bulat, atau seperti karung beras. Dikenal juga dengan nama lain omusubi, istilah yang kabarnya dulu digunakan kalangan wanita di istana kaisar untuk menyebut onigiri. Onigiri dimakan dengan tangan, tidak memakai sumpit.

Onigiri

Secara tradisional, onigiri diisi dengan acar *ume *(*umeboshi*), salmon asin, katsuobushi, kombu, tarako, mentaiko, takanazuke (acar takana, sawi merah raksasa Jepang) atau bahan asin atau asam lainnya sebagai pengawet alami. Karena mudah dibawa-bawa dan dimakan dengan tangan, onigiri telah digunakan sebagai makanan bekal atau bento dari zaman dahulu hingga saat ini. Awalnya digunakan sebagai cara untuk memanfaatkan dan menyimpan sisa nasi, namun kemudian menjadi makanan biasa. Banyak toko serba ada dan supermarket di Jepang menyediakan onigiri dengan berbagai isian dan rasa. Makanan ini telah menjadi sangat umum bahkan disajikan di restoran pula. Selain itu ada toko khusus yang hanya menjual onigiri bungkus untuk dibawa pulang. Karena popularitas tren ini di Jepang, onigiri telah menjadi makanan pokok yang populer di restoran Jepang di seluruh dunia.

Onigiri juga dijual di toko kelontong di Hong Kong, daratan Cina, Taiwan, dan Korea Selatan. Dalam bahasa Korea, makanan ini disebut "jumeok bap" (Hangul: 주먹밥) atau "samgak gimbap" (Hangul: 삼각김밥), arti harfiah: "nasi kepal" atau "nasi segi tiga rumput laut".[1][2][3]

Cara membentuk nasi sunting

 
Onigiri di rumah makan Tokyo.

Nasi yang digunakan untuk membuat onigiri sebaiknya beras yang memiliki kadar kanji tinggi seperti beras Jepang (Oryza sativa ssp. japonica) yang berbeda dari beras yang dimakan di negara-negara Asia Tenggara adalah beras Asia (Oryza sativa var. indica). Nasi yang ditanak dari beras Japonica mudah melekat satu sama lainnya sehingga mudah dibentuk menjadi onigiri.

Sebelum membuat onigiri, kedua belah tangan harus dibasahkan dengan air matang agar nasi tidak melekat di tangan. Onigiri dibentuk oleh kedua telapak tangan yang diberi garam dapur, sedangkan garam yang menempel di permukaan telapak tangan diratakan penyebarannya dengan gerakan seperti mencuci tangan.

Onigiri jenis paling sederhana biasanya berisi daging ikan salmon panggang atau umeboshi yang berada di tengah-tengah nasi. Selain itu, onigiri ada yang dipanggang setelah sebelumnya dilumuri kecap asin atau miso.

Di Jepang, onigiri merupakan bekal makan siang sewaktu piknik atau dimakan di perjalanan. Nasi pada bentō sering berupa onigiri. Walaupun banyak sekali orang Jepang yang membeli onigiri produksi pabrik yang dijual di toko swalayan yang buka 24 jam, onigiri merupakan makanan yang dibuat sendiri di rumah yang cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun.

Sejarah sunting

Pada buku harian Murasaki Shikibu Nikki dari Murasaki Shikibu pada abad ke-11 ditulis tentang orang memakan bola-bola nasi.[4][5] Pada waktu itu, onigiri disebut tonjiki dan sering dimakan pada piknik makan siang.[6]

Pada tahun 1987 ditemukan gumpalan butiran nasi yang terkarbonisasi peninggalan zaman Yayoi dari penggalian arkeologi yang dilakukan di Prefektur Ishikawa. Dari nasi berbentuk onigiri yang sudah terkarbonisasi tersebut ditemukan sisa bekas ditekan-tekan jari tangan manusia. Selain itu, nasi yang dibentuk mirip onigiri juga ditemukan di situs penggalian Prefektur Kanagawa.[7]

Jenis sunting

Di Jepang terdapat berbagai macam onigiri dengan isi yang bervariasi tergantung selera orang yang membuatnya, seperti salmon, tuna, mentai, tarako, atau umeboshi. Nori sering digunakan untuk membungkus agar lebih mudah dimakan tanpa ada nasi yang menempel di tangan, walaupun berbagai jenis onigiri tanpa nori juga sering dijumpai.

Referensi sunting

  1. ^ "주먹밥" (dalam bahasa Korea). Dusan Encyclopedia. Diakses tanggal 21 February 2008. 
  2. ^ コリアンビジネスネットワーク 韓国ニュース 韓国「おにぎりブーム」仕掛け人は本多さん(artikel asli: Asahi Shimbun 21 Agustus 2001)
  3. ^ コリアンビジネスネットワーク 韓国ニュース 日本式三角おにぎりがコンビニを制覇
  4. ^ Ikeda (1958:455)
  5. ^ Hasegawa (1989:266)
  6. ^ A Taste of Japan, Donald Richie, Kodansha, 2001, ISBN 4-7700-1707-3
  7. ^ "いしかわの遺跡" (PDF). 「いしかわの遺産」 No.26. Ishikawa Archaeological Foundation. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-08. Diakses tanggal 2013-03-05. 

Pranala luar sunting