Geleteng pasir

kepiting kecil di pasir pantai
(Dialihkan dari Ocypode kuhlii)
Geleteng Pasir
Geleteng pasir (Ocypode kuhlii)
dari pantai Citepus, Palabuhanratu, Sukabumi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Subfilum:
Kelas:
Ordo:
Infraordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
O. kuhlii
Nama binomial
Ocypode kuhlii

Geleteng pasir (Ocypode kuhlii) adalah sejenis kepiting hantu anggota suku Ocypodidae. Ketam atau yuyu kecil penghuni pantai berpasir ini menyebar terutama di Indonesia; juga di Nikobar, Thailand selatan, dan Papua Nugini.

Etimologi sunting

 
Di tangan; lebar karapas lk. 2 cm
 
Kaki-kakinya gundul
 
Di lubang persembunyian
 
Hewan muda, tersamar di pasir pantai

Ocypode berarti berkaki lincah; menunjuk pada kegesitan hewan ini berlarian di pasir pantai.[2][3][4] Sedangkan kuhlii diambil dari nama Heinrich Kuhl (1797–1821), yakni seorang peneliti fauna berkebangsaan Jerman yang berdinas dan wafat dalam usia muda di Hindia Belanda.

Pengenalan sunting

Kepiting bertubuh kecil; karapas hewan dewasa dari spesimen tipe berukuran 33 × 43 mm. Karapas lebih lebar daripada panjang; mencembung di arah panjangnya; berbintil-bintil halus, lebih kasar di sisi lateral daripada di tengahnya. Mata bertangkai, namun tanpa perpanjangan tangkai. Tungkai yang pertama berbentuk sapit, yang tidak sama ukurannya antara kanan dan kiri; tekstur permukaannya berbintil-bintil.[5] Kepala sapit (palm) dengan sisi atas yang membundar dan berbintil kasar; sisi dalamnya dengan serangkaian (8-10) bintil yang berderet melintang, berjarak, membentuk rigi pengerik untuk menghasilkan suara desik geleteng.[5][6] Ruas-ruas carpus dan propodus pada kaki-kaki P2 dan P3 (pereiopod no 2 dan 3) gundul, tak berambut, pada permukaan anterior dan posteriornya. Gonopod G1 (pleopod no 1) berupa pipa yang tiba-tiba membengkok tajam ke arah lateral, dan sedikit mengecil, di dekat ujungnya.[6]

Agihan dan ekologi sunting

O. kuhlii terutama menyebar di pantai-pantai di wilayah Indonesia: Sumatra (Aceh, Simeulue, Nias, Padang); Jawa (pantai selatan [Karang Hawu], Jakarta, Semarang); Madura; Kangean; Bali (Legian); Lombok (Ampenan); Flores; Solor; Timor; Ternate; dan Papua (Sekru, Nabire, Teluk Yos Sudarso). Di luar Indonesia, spesimen diperoleh dari India (Kepulauan Nikobar); Thailand (Phuket); dan Papua Nugini.[6] Kepiting ini tercatat pula dari pantai selatan Jawa di Cilacap.[7]

Sebagaimana namanya, geleteng pasir hidup sebagai benthos di pasir pantai.[8][9] Namun ekologi yuyu ini belum banyak dilaporkan.[10] Kerabatnya, O. cordimanus yang terdapat di Pulau Air, Kepulauan Seribu, dilaporkan membuat lubang-lubang pada pantai berpasir yang sebelah atas, pada tempat-tempat yang berpasir halus dan gembur, yang terendam air laut tatkala pasang tinggi.[11]

Kepiting pasir ini mencari makanan di area yang tidak jauh dari lubang persembunyiannya.[12] Kerabatnya yang lain, O. ceratophthalmus di Singapura, diketahui berperan sebagai pemakan bangkai (scavenger) di habitatnya;[4] sementara O. ryderi di Kenya bersifat pemakan segala (omnivora).[13]

Kepiting Ocypode betina meletakkan telur-telurnya di air laut. Setelah telur-telur itu menetas, anak-anak kepiting akan berenang di laut sebagai plankton sebelum pada akhirnya kembali mendarat untuk tumbuh menjadi dewasa di pantai.[3]

Manfaat sunting

Meskipun tidak banyak dieksploitasi, di beberapa tempat di pantai selatan Jawa kepiting kecil ini acap ditangkap untuk dijadikan makanan. Di selatan Jogya, untuk sebagian, yuyu ini juga dikenal sebagai jingking.

Catatan kaki sunting

  1. ^ Haan, W. de. 1835. "Crustacea". In: PF. von Siebold. Fauna Japonica sive Descriptio animalium, quae in itinere per Japoniam,... fasc. 1: 29, & 58. Lugduni Batavorum.
  2. ^ EoL: Ocypode quadrata Diarsipkan 2015-11-19 di Wayback Machine.
  3. ^ a b Western Aus. Mus.: Creature Feature - Haunted beaches: the fleet-footed ghost-crabs Diarsipkan 2020-10-10 di Wayback Machine.
  4. ^ a b Wild Singapore: Ocypode ceratophthalmus Diarsipkan 2020-11-12 di Wayback Machine.
  5. ^ a b Man, J.G. de. 1881. "Carcinological studies in the Leyden Museum. No. 2." Notes from the Leyden Museum, 3: 245-256. Diarsipkan 2023-06-07 di Wayback Machine.
  6. ^ a b c Sakai, K. & M. Türkay. 2013. "Revision of the genus Ocypode with the description of a new genus, Hoplocypode (Crustacea: Decapoda: Brachyura)". Memoirs of the Queensland MuseumNature 56(2): 665–793. Diarsipkan 2021-01-23 di Wayback Machine.
  7. ^ Pratiwi, R., E. Widyastuti, D.L. Rahayu & S. Unyang. 2002. “Koleksi kepiting, suku Ocypodidae (Crustacea: Decapoda) yang tersimpan dalam ruang koleksi rujukan (koleksi basah) Pusat Penelitian Oseanografi” Diarsipkan 2022-01-03 di Wayback Machine. dalam D.L. Rahayu & R. Pratiwi (eds.) Katalog koleksi biota laut Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, jil. V: 15-26. Jakarta: Puslit Oseanografi – LIPI.
  8. ^ Sealife Base: Ocypode kuhlii De Haan, 1835 Diarsipkan 2018-11-06 di Wayback Machine.
  9. ^ Coremap - CTI: Ocypode kuhlii De Haan, 1835 Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine.
  10. ^ Crabs of Christmas Island: Ghost crab, Ocypode kuhlii De Haan, 1835 Diarsipkan 2023-06-07 di Wayback Machine.
  11. ^ Romimohtarto, K. & Moosa, M.K. 1977. “Fauna Crustacea dari Pulau Air, Pulau-pulau Seribu.” Diarsipkan 2022-01-03 di Wayback Machine. dalamTeluk Jakarta: sumber daya, sifat-sifat ekologis serta permasalahannya: hlm 311-26. Seri Penerbitan LIPI SDE-44. Jakarta: Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI.
  12. ^ Evans, S.M., A. Cram, K. Eaton, R. Torrance & V. Wood. 1976. "Foraging and agonistic behaviour in the ghost crab Ocypode kuhlii de Haan." Marine Behaviour and Physiology, Vol 4(2): 121-35, 1976. DOI 10.1080/10236247609386946. (abstract)
  13. ^ A Fieldguide to Kenyan Mangrove: Ocypode ryderi Kingsley Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine.

Pranala luar sunting