Muhammad Jujur (lahir 26 Januari 1961) adalah pencipta lagu dan seniman musik Padang panjang yang telah menciptakan 300-an lagu anak-anak sejak tahun 1980-an. Berkat dedikasinya di dunia lagu anak-anak itu, bersama sahabatnya pada 2012 ia diundang menjadi bintang tamu "Kick Andy" Metro TV. Di Padangpanjang, bersama teman-temannya, ia membangun gerakan peduli lagu anak-anak lewat sanggar “Dunia Kita”.[1]

Muhammad Jujur
LahirPadang Panjang, Sumatera Barat
KebangsaanIndonesia
PekerjaanPencipta lagu, seniman dan pengajar
Orang tuaRamoedin, Huriah Adam

Kehidupan sunting

Muhammad Jujur adalah putra ketiga mendiang Huriah Adam, koreografer perempuan Minangkabau yang pertama kali mengubah orientasi Tari Minangkabau pada tahun 1968-1971, yang sebelumnya berdasarkan pada gerak Tari Melayu kepada gerak yang berasaskan pencak (silat) Minangkabau.

Huriah Adam meninggal dunia bersama puluhan penumpang lainnya di dalam pesawat Merpati PCMVS tipe 828 tahun 1971 di kawasan laut Painan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Seluruh penumpang pesawat itu tidak meninggalkan sisa-sisa jejak, hanya menyisakan puing-puing kapal berserak di permukaan laut. Sejak itu Minangkabau kehilangan tokoh koreografer legendaris yang gerak dan tarinya menginspirasi dan mengharumkan nama Indonesia, khususnya Sumatera Barat.

Mewarisi darah kedua orang tuanya yang seniman, Muhammad Jujur sejak kecil mahir bermain gitar. Saat ini ia telah menciptakan 300-an lagu anak-anak yang sebagiannya telah dibuatkan videoklip dengan amat sederhana dan dibagi-bagikan percuma di lingkungan masyarakat di Kota Padangpanjang.

Dia juga pernah mendapat dukungan dari pencipta lagu anak-anak legendaris, mendiang AT Mahmud dan Surtantio (putra Ibu Kasur) untuk menasionalkan karya-karyanya. Juga ia sangat dekat dengan keluarga mantan Presiden RI Soekarno khususnya keluarga Sukmawati Soekarnoputri.

Muhammad Jujur sempat hijrah meninggalkan kampung halamannya kota Padangpanjang lebih 30 tahun untuk mencari kehidupan yang lebih baik di sejumlah kota di Indonesia, hingga akhirnya ia kembali pulang ke Padangpanjang kota Serambi Mekah yang berhawa sejuk di kaki Gunung Singgalang. Hidupnya sederhana, dan sekarang ia bekerja memasarkan gorengan bakwan ke beberapa sekolah di kota tempat tinggalnya. Di sela aktivitasnya itu, ia sempatkan secara rutin melatih anak-anak di sekitar rumahnya bernyanyi dan bermain musik.

Karier Pencipta Lagu sunting

Atas perhatian beberapa orang tua dari anak-anak yang dilatihnya itu, dibuatlah videoklip dengan perangkat sederhana namun cukup profesional hasilnya. Ia bercita-cita, kelak, yang entah kapan masanya, orang-orang dewasa di dunia pertelevisian kita dapat mengembalikan dunia anak-anak yang mulai hilang seiring hilangnya lagu anak-anak yang nyaris tak lagi ditemukan di layar kaca.

Atas dedikasinya di dunia musik anak-anak, Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Nasional dalam acara Seminar Internasional Guru di Padang Panjang 2010 lalu pernah memberikan Piagam Penghargaan kepada Muhammad Jujur yang diserahkan oleh Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, P.Si, M.Si. Beberapa lagu ciptanya telah beredar di tengah masyarakat Indonesia, khususnya album bersama diantaranya berjudul: Kembalikan Dunia Kami, Lagu-lagu TK Tema Juara Porseni Nasional, Senam Irama Ceria 2, Musik Cilik Musiknya Anak-anak, dan Dendang 12 Anak Minang.

Di akhir tahun 2011 lalu, Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Barat menggarap Drama Musikal Anak (Empat Episode) dalam bentuk DVD yang didalamnya dinyanyikan lima judul lagu ciptaannya, yaitu: Kawasan Dilarang Bohong, Pemberani, Maafkan Kakak, Coba Lagi, dan Dag-dig-dug.

Di usianya yang telah memasuki kepala lima, cita-citanya sangat sederhana, yaitu ingin mengembalikan dunia anak-anak dengan lagu-lagu yang bermoral dan mendidik mental anak serta mengandung nilai-nilai pendidikan agama di dalamnya. Salah-satu lagu ciptaannya berjudul Kembalikan Dunia Kami mencerminkan semangatnya itu:

Mari bernyanyi bersama
Dalam dunia kita
Tepuk tangan bergembira
Lagu yang sederhana
Kita belum dewasa
Jangan sampai terpaksa
Meniru, bukanlah sifatmu
Berbanggalah, semua
Dunia kita berbeda
Duniaku, adalah milikku.

Itulah Muhammad Jujur. Dia mencoba memanggil anak-anak Indonesia untuk pulang kembali ke rumahnya setelah sekian lama menginap di dunia orang dewasa idolanya itu yang ternyata tidak mengacuhkan mereka bahkan telah menjadikan anak-anak yang dieksploitasi dengan sangat keji sebagai tontonan saja, ibarat “atraksi badut” yang menghibur dan mengisi waktu luang mereka.

Sementara orang tua khususnya para pengelola program televisi meraup keuntungan besar dalam pundi-pundi uang milik mereka. Semoga saja, dakwahnya itu tak pernah kenal henti dan semakin berarti.

Referensi sunting

Pranala luar sunting