Monotelistisme (Inggris: Monothelitism atau Monotheletism) berasal dari bahasa Yunani, monotheletai, terbentuk dari dua kata mono artinya satu dan thelin artinya kehendak, sehingga bisa diartikan satu kehendak.[1] Ajaran ini berusaha mempertahankan bahwa Yesus Kristus hanya memiliki satu kehendak saja, yaitu "Kehendak Ilahi".[1] Munculnya istilah ini bermaksud menyatukan Golongan Monofisit dengan gereja untuk menghadapi serangan dari Persia.[2] Monotelitisme dipelopori oleh hasil pembicaraan para pemimpin Monofisit dengan Kaisar Bizantin, Heraclius, yang diterima oleh Sergius, Uskup Agung dari Yerusalem. Lalu Sergius menerbitkan tulisan "Ecthesis" (Uraian Tentang Iman) pada tahun 638.[2][3] Tulisan ini melarang perdebatan mengenai satu atau dua daya, tetapi tulisan ini menegaskan "satu-satunya kehendak dari Tuhan kita Yesus Kristus".[3] Namun, hal ini ditentang oleh para paus pengganti Honorius, yaitu Severinus, Yohanes IV, dan Theodorus I yang sangat mengutuk "Monotelitisme".[2] Perdebatan mengenai monotelitisme ini terus berlanjut hingga tahun 680 melalui Konsili Konstantinopel III.[2] Konsili ini menolak rumusan monotelitisme dan para pengikutnya serta mengakui bahwa Kristus memiliki dua kehendak.[2][1][3]

Yesus Kristus

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c Henk ten Napel.2009, Kamus Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 216.
  2. ^ a b c d e F. D. Wellem.1994, Kamus Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 168.
  3. ^ a b c Tony Lane.2009, Runtut Pijar. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 61-62.