Meulaboh
Meulaboh (Ejaan Aceh: Mèulaboh, Jawoe: مولابوه) adalah ibu kota dari Kabupaten Aceh Barat, provinsi Aceh, Indonesia. Meulaboh terletak sekitar 240 km dari Kota Banda Aceh, di sebelah Barat Laut Pulau Sumatra. Semula bernama Pasir Karam.
Meulaboh | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Julukan: Kota Tauhid Sufi | |
Koordinat: 4°08′N 96°07′E / 4.13°N 96.12°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Aceh |
Dasar hukum | Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 |
Hari jadi | 28 April 2020; 3 tahun yang lalu |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Luas | |
• Total | 60,36 km2 (2,331 sq mi) |
Peringkat | 81 |
Populasi (2021) | |
• Total | 34.828 |
• Peringkat | 100 |
• Kepadatan | 62,16/km2 (161,0/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode area telepon | 0655 |
Sejarah
suntingMeulaboh diperkirakan sudah berdiri sejak masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah yang berkuasa di Kesultanan Aceh pada tahun 1589-1604.[1] Pada masa Sultan Iskandar Muda, kawasan ini menjadi tempat penanaman lada. Namun Meulaboh kalah bersaing dengan Singkil yang juga menawarkan lada beserta kemenyan dan kapur barus.
Pada abad ke-18, banyak masyarakat Minangkabau yang bermigrasi ke kota ini. Mereka mengembangkan perdagangan lada dan mengundang orang-orang Inggris untuk berdagang disini. Salah seorang saudagar Minang yang mengembangkan perdagangan lada adalah Datuk Makhudum Sati, yang merupakan kakek dari pahlawan nasional Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien.[2]
Pada tahun 1877, Belanda mendirikan pos militer di Meulaboh.[3] Setelah Belanda menguasai Aceh, Meulaboh menjadi tempat kedudukan asisten residen yang membawahi afdeeling pantai barat Aceh.[4]
Setelah masa kemerdekaan, kota ini menjadi ibu kota Kabupaten Aceh Barat yang merupakan bagian dari Provinsi Aceh. Di tahun 2004, Meulaboh merupakan salah satu kawasan terparah akibat bencana tsunami yang dipicu oleh gempa bumi di Samudera Hindia.
Silsilah Raja Meulaboh
suntingRaja-raja yang pernah bertahta di Kaway XVI hanya dapat dilacak dari Teuku Tjik Pho Rahman, yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Teuku Tjik Masaid, yang kemudian diganti oleh anaknya lagi yang bernama Teuku Tjik Ali.
Setelah masa jabatan Teuku Tjik Ali selesai, kemudian digantikan oleh anaknya Teuku Tjik Abah dan setelah itu diganti oleh Teuku Tjik Manso yang memiliki tiga orang anak yang menjadi Raja Meulaboh bernama Teuku Tjik Raja Nagor.[5]
Iklim
suntingMeulaboh memiliki iklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan lebat hingga sangat lebat sepanjang tahun.
Data iklim Meulaboh | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 30.0 (86) |
30.9 (87.6) |
32.0 (89.6) |
32.5 (90.5) |
32.0 (89.6) |
32.2 (90) |
31.8 (89.2) |
31.9 (89.4) |
31.2 (88.2) |
31.2 (88.2) |
30.2 (86.4) |
29.8 (85.6) |
31.31 (88.36) |
Rata-rata harian °C (°F) | 26.5 (79.7) |
26.8 (80.2) |
27.5 (81.5) |
28.0 (82.4) |
27.9 (82.2) |
27.9 (82.2) |
27.4 (81.3) |
27.5 (81.5) |
27.2 (81) |
27.4 (81.3) |
26.7 (80.1) |
26.4 (79.5) |
27.27 (81.08) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 23.0 (73.4) |
22.8 (73) |
23.0 (73.4) |
23.6 (74.5) |
23.8 (74.8) |
23.6 (74.5) |
23.0 (73.4) |
23.2 (73.8) |
23.2 (73.8) |
23.7 (74.7) |
23.3 (73.9) |
23.1 (73.6) |
23.28 (73.9) |
Curah hujan mm (inci) | 250 (9.84) |
244 (9.61) |
258 (10.16) |
384 (15.12) |
269 (10.59) |
225 (8.86) |
239 (9.41) |
247 (9.72) |
323 (12.72) |
348 (13.7) |
339 (13.35) |
315 (12.4) |
3.441 (135,48) |
Sumber: Climate-Data.org[6] |
Pemerintahan
suntingKecamatan dan gampong yang masuk ke wilayah Meulaboh,Kota Meulaboh terdiri dari 12 kecamatan, 123 gampong. Pada tahun 2021, jumlah penduduknya mencapai 34.828 jiwa dengan luas wilayah 60,36 km² km² dan sebaran penduduk 42 jiwa/km².[7][8] adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Kecamatan | Jumlah Gampong |
Daftar Gampong |
---|---|---|---|
11.05.01 | Johan Pahlawan | 21 | |
11.05.02 | Kaway XVI | 44 | |
11.05.09 | Meureubo | 26 | |
11.05.05 | Samatiga | 32 | |
TOTAL | 123 |
Pranala luar
suntingReferensi
sunting- ^ "Kota Tua yang Dulu Bernama Negeri Pasir Karam". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17.
- ^ H.M. Zainuddin, Tarikh Aceh dan Nusantara, 1961
- ^ Anthony Reid, Asal Mula Konflik Aceh: Dari Perebutan Pantai Timur Sumatra hingga akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19, 2005
- ^ John Fitzgerald McCarthy, The Fourth Circle: A Political Ecology of Sumatra's Rainforest Frontier, 2006
- ^ "Sejarah Raja Meulaboh Sewaktu Masih Gabung Kabupaten Aceh Barat". aryandashare.blogspot.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-10. Diakses tanggal 2021-05-08.
- ^ "Climate: Meulaboh". Climate-Data.org. Diakses tanggal 5 November 2020.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.