Meng Po (Hanzi=孟婆;pinyin=Mèng Pó) atau Nenek Meng merupakan salah satu dewi dalam Taoisme yang bertugas di Pengadilan Akhirat (Diyu) ke sepuluh. Tugasnya adalah menghapus ingatan jiwa-jiwa yang hendak bereinkaransi sehingga melupakan kehidupan mereka yang lampau serta kehidupan mereka selama berada di akhirat.

Sebuah altar untuk Meng Po pada Festival Perjamuan Arwah tahun 2022 di Kong Fuk Miau, Pulau Bangka.

Kultus sunting

Kepercayaan sunting

Meng Po Zun Shen (Hokkien=Beng Po Cun Sin adalah dewi yang bertugas di Nai He Qiao, yaitu sebuah jembatan yang merupakan batas akhirat dengan dunia.[1] Ia membuat ramuan yang akan diberikan kepada setiap jiwa sebelum mereka meninggalkan Diyu sehingga menyebabkan mereka mengalami amnesia yang instan serta permanen, dan semua ingatan di kehidupan yang lain menjadi hilang.

Setelah dibersihkan dari segala dosa-dosa yang lampau berikut segala pengetahuan yang diperoleh, jiwa-jiwa akan dikirim untuk terlahir kembali dalam inkarnasi duniawi yang baru, selanjutnya lingkaran kehidupan dimulai kembali.

Jiwa-jiwa diwajibkan untuk meminum ramuan Nenek Meng untuk melupakan semua budi dan dendam pada masa hidupnya yang lalu, supaya dapat mulai lembaran baru lagi pada hidup yang akan datang.[1] Manfaat lain adalah agar manusia tidak terjebak dengan popularitas, kemewahan, serta kepentingan pribadi di kehidupan yang sekarang. Bagi yang menolak, sepasang pasungan akan muncul mengunci kaki mereka, dan kuningan tajam akan menusuk kerongkongan mereka, memaksa mereka meminum ramuan itu.[2]

Terkadang ada beberapa jiwa yang terhindar dari minum ramuan Meng Po sehingga ia memiliki ingatan kehidupan lampaunya semasa kanak-kanak.[3]

Mihuntang sunting

Nenek Meng mengumpulkan bahan-bahan herbal dari berbagai kolam serta sungai di bumi untuk membuat Ramuan Pelupaan Lima Rasa (t=迷魂湯; s=迷魂汤; pinyin=míhúntāng; w=Mi-hun-t'ang; lit. air pelupaan). Dalam berbagai versi, ramuan ini disebut berupa teh, arak, sup, dan sebagainya.

Ramuan Meng Po dipercaya memiliki lima jenis rasa, yaitu manis, pahit, pedas, asam, dan asin.[2] Efek obat tersebut akan tetap dirasakan di dunia manusia, yaitu:[4]

  1. Manusia yang banyak berpikir akan merusak organ mereka dan mengeluarkan air liur.
  2. Manusia yang berbahagia dan banyak senyum akan banyak bernafas.
  3. Manusia yang khawatir akan mengeluarkan air mata.
  4. Manusia yang marah akan banyak bersedih.
  5. Manusia yang ketakutan akan banyak meludah.
  6. Setiap individu yg datang ke dunia akan menderita suatu macam penyakit.
  7. Mata, telinga, hidung, lidah, dan persendian manusia yang banyak melakukan kebajikan akan lebih sehat.
  8. Manusia yang berbuat jahat akan mendapatkan suara, indra, jiwa, dan pikiran mereka mudah lelah.

Menara Pelupaan dan Jembatan Kelahiran Kembali sunting

Meng Po tinggal di Menara Pelupaan yang berjarak enam jembatan dari Pengadilan Akhirat kesepuluh. Menara tersebut sangat tinggi dan memiliki 108 ruangan. Semua jiwa yang akan bereinkarnasi akan dibawa ke ruangan-ruangan ini dan di minta untuk minum sup dari mangkuk-mangkuk kecil yang tersedia, tidak penting seberapa banyak ramuan yang akan mereka minum. Setelah itu, jiwa-jiwa akan dibawa melalui jalan selebar 1 kaki 4 inci (40,64 cm) yang menuju ke arah Timur.[4]

Pada ujung jalan, terdapat Nai He Qiao atau Jembatan Reinkarnasi yang berupa jembatan bambu. Di bawah jembatan, terdapat aliran sungai berwarna merah mengalir. Di tepinya sungai, terdapat tulisan:[4]

“Mudah menjadi manusia, tapi sulit untuk hidup seperti manusia. Bahkan lebih sulit lagi untuk terlahir kembali sebagai manusia.”
“Mudah untuk dilahirkan di tempat penuh kekayaan. Selama pikiran, mulut kamu dan pikiran selaras.”

Dua prajurit yang menjaga jembatan itu bernama Huo Wu Chang dan Si You Wen. Huo Wu Chang mengenakan topi dan baju prajurit, beberapa kertas dan pena ditangan, pedang tajam di pundak, serta alat-alat penyiksaan di pinggangnya. Ia bermata lebar dan tertawa terbahak-bahak. Si You Wen berwajah kotor dan dipenuhi darah, membawa sempoa, mengenakan pakaian putih, menggantung beberapa kertas uang di dada, dan membawa satu sak nasi dipundak. Ia beroman kecewa dan suaranya penuh kekecewaan.[4]

Pemujaan sunting

Hari pemujaan Meng Po diperingati setiap tanggal 13 bulan 9 Imlek. Di Tainan, terdapat satu tempat yang memiliki altar pemujaan untuk Meng Po Zun Sheng, yaitu Kuil Fo Zi Guan.[1]

Legenda sunting

Asal usul sunting

Meng Po lahir pada zaman Han Barat. Ia menekuni ajaran Konfusius[2] dan telah menguasai empat kitab dan Lima Klasik semenjak usia muda,[4] kemudian mendalami kitab Buddha ketika beranjak dewasa. Menjelang akhir hidupnya, ia pergi ke gunung untuk berkultivasi dan menjadi orang yang tercerahkan.[2]

Selama masih hidup, Meng Po tidak pernah mengingat-ingat masa lalu ataupun memikirkan masa depannya. Ia hanya tekun memberitahu orang-orang untuk tidak membunuh dan menjadi vegetarian. Ia tetap melajang hingga umur 81 tahun[2] dan masih terlihat sangat muda. Meng Po masih hidup pada masa Dinasti Han Timur.[4]

Menjadi Dewi sunting

Pada periode Han Timur, banyak orang dapat mengetahui apa yang mereka alami di kehidupan sebelumnya sehingga banyak rahasia langit yang terbongkar.[2] Banyak orang pintar di dunia yg dapat menggunakan kemampuan khusus untuk mengetahui cara hukum karma bekerja sehingga dapat membocorkan kejadian-kejadian pada masa depan meskipun tidak diperlukan. Sebagai akibatnya, banyak orang mengenali relasinya dari kehidupan-kehidupan lalu dan berbuat serong.[4] Oleh karena itu, Langit (Kaisar Giok) menunjuk Meng Po untuk bertugas menangani jiwa manusia yang akan reinkarnasi[2] di alam baka. Ia harus memilih asisten-asistennya dan bertanggung jawab atas menara “Lupa Ingatan”.[4]

Kultur populer sunting

  • Meng Po muncul dalam legenda Putri Miao San. Ayah putri Miao San yang akan bereinkarnasi tidak dapat kehilangan ingatannya setelah meminum ramuan Meng Po dikarenakan kejahatan-kejahatan yang banyak ia lakukan di kehidupan sebelumnya. Akibatnya, ia masih memiliki ingatan sebagai manusia meskipun telah dilahirkan sebagai seekor sapi.
  • Dalam kisah perjalanan Kaisar Tang Taizong ke alam baka, Hakim Cui melarang Kaisar Tang Taizong untuk meminum ramuan Meng Po saat jiwanya hendak dikembalikan ke dunia untuk hidup kembali.
  • Sun Wukong menumpahkan ramuan Meng Po yang disodorkan kepadanya saat ia dipaksa untuk bereinkarnasi karena kehidupannya sudah usai.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c E. Setiawan dan Kwa Thong Hay. 1990. Dewa-Dewi Kelenteng. Gedung Batu, Semarang: Yayasan Kelenteng Sampookong.
  2. ^ a b c d e f g Vincentlouid. @9 November 2012. Akses= 20 Mei 2013. Ramuan Nenek Meng Pho (Kenapa kita Lupa kehidupan kita yang Lalu ?).
  3. ^ "CHINESE MYTHOLOGY". New Larousse Encyclopedia of Mythology. hlm. 400. Ada beberapa legenda yang berhubungan dengan kelahiran ajaib – seorang anak dapat segera berbicara setelah dilahirkan karena jiwa yang berada di dalam jasadnya berhasil menghindar dari pengawasan para penjaga akhirat yang memaksanya untuk meminum Cairan Pelupaan. 
  4. ^ a b c d e f g h Lie Fuiliong. 2 November 2011. Akses= 20 Mei 2013. Dewi Nenek Meng.

Pranala luar sunting