Mandor Kiru, Jelimpo, Landak

desa di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat

Mandor Kiru merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Jelimpo, Kabupaten Landak, provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.

Mandor Kiru
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Barat
KabupatenLandak
KecamatanJelimpo
Kode pos
79357
Kode Kemendagri61.08.11.2006
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Dayak Sengkunang sunting

Dayak Sengkunang adalah subsuku Dayak yang bermukim di wilayah adat Sengkunang Desa Mandor Kiru. Sengkunang berasal dari benda Gaib yang datang berupa kunang-kunang  mengerumuni masyarakat yang rapat pada saat itu, dengan jumlah yang tak terhitung  sehingga membuat ruangan rapat menjadi terang, oleh benda gaib tersebut hingga panglima Jago Ma Linat memberi nama "kampung Sengkunang". Sejarah Asal usul bahasa dayak sengkunang adalah anak dari suku Dayak Peruan karena memiliki bahasa yang sama yaitu "bahasa beaje", "aje" artinya (tidak), Secara kebahasaan, bahasa ini tergolong dalam rumpun bahasa Bidayuhik.[butuh rujukan]

Jumlah penutur bahasa Sengkunang menurut pendataan penduduk awal tahun 2015 sebanyak  2.191 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.127 jiwa dan perempuan sebanyak 1064 jiwa, dengan kepala keluarga sebanyak 560 kepala keluarga.

Dayak sengkunang merupakan satu rumpun induk suku dayak peruan dan yang memisahkan antara kabupaten sanggau dan kabupaten landak sejak dari zaman pemerintahan Belanda. Pada zaman itu Anak suku dayak peruan pindah ke Sengkunang, berpisah dengan induk sukunya dayak peruan. Adapun alasan nya berpisah dengan dayak peruan karena batas antara kabupaten sangau dan landak dari aliran sungai. Sejak di pisahkan nya pada zaman itu juga dayak sengkunang bergabung dengan subsuku dayak rentawan karena kekuasaan ketemenggungan.

Adapun nenek moyang suku dayak Sengkunang adalah Buduh Ma Laut, Santap Ma gonong, Jago Ma Linat,Palangok Patih Kaya, Singa Patih, dan Macan Kangkom. Inilah asal usul pendiri nama penduduk dayak sengkunang dari enam bersaudara yang menetap di Sembiu. Karena terlalu ramai jiwa penduduknya, Pati Kaya  pindah ke Manur (yang sekarang menjadi tembawang yang ada di desa mandor kiru), Buduh Ma Laut pindah ke Tembuan Bangan, Santap Ma gonong pindah ke bingkai, Jago Ma Linat pindah ke Semayang, Singa Patih pindah ke Kalong, dan Macan Kangkom pindah ke Peluntan. Anak dari panglima Singa Patih pindah ke bungkang.

Dari anak cucu Pelangok Patih Kaya, yang tadinya hidup di kampung Manur pindah lagi dan mendirikan kampung ke Mandor Kiru. Dari enam saudara pelanggok- pelanggok tersebut terjadilah tujuh kampung satu Binua yang di sebut Binua Sengkunang.

Dari beberapa nenek moyang sengkunang yang paling kuat adalah Singa Patih sejak zaman bakayo antar benua salah satu nya pernah bekayo dengan dayak jangkang yang di bawa oleh Ma Tajin yang menikah di Jangkang dan pernah berperang melawan belanda di maja yang ada di daerah Tembuan Bangan.

Yang kini hanya meningalkan benteng bekas melawan Belanda dan pohon durian yang diberi nama durian Patih ada di timbawang Tembuan Bangan dan yang menjadi mesteri sampai sekarang makam Singa Patih tidak ditemukan yang dimakamkan di mana.