Lumbung

lumbung padi

Lumbung, jelapang, atau rangkiang adalah bangunan penyimpanan padi-padian yang telah dirontokkan, kadang kala lumbung juga digunakan untuk menyimpan pakan ternak. Pada peradaban purba atau primitif, lumbung kebanyakan terbuat dari tanah liat atau tembikar. Lumbung sering kali dibangun dalam bentuk panggung dengan kaki tinggi dari atas tanah untuk mencegah agar padi yang disimpan tidak dimakan tikus atau binatang lain.

Leuit, lumbung tradisional Sunda di Desa Sirnarasa, Kasepuhan Banten Kidul, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
ca. 1870

Asal mula sunting

Sejak zaman purba biji-bijian dan padi-padian telah disimpan dalam jumlah besar. Lumbung tertua yang ditemukan berasal dari tahun 9500 SM[1] dan terletak di situs permukiman pra-tembikar neolitik A di lembah Sungai Jordan. Lumbung pertama terletak di antara bangunan lainnya. Akan tetapi sekitar tahun 8500 SM, lumbung dipindahkan ke dalam rumah, dan pada 7500 SM gudang penyimpanan pangan menempati ruang khusus.[1] Lumbung tertua ini berukuran 3 x 3 m dari bagian luar dan memiliki kaki penunjang yang melindungi biji-bijian dari tikus atau serangga, serta memberikan sirkulasi udara.[1]

Lumbung seperti ini kemudian disusul oleh lumbung di situs Mehrgarh di lembah Sungai Indus dari tahun 6000 SM. Bangsa Mesir Kuno kemudian mempraktikan penyimpanan biji-bijian untuk menghadapi masa paceklik. Karena iklim Mesir yang kering, biji-bijian dapat disimpan dalam lubang dalam waktu lama tanpa kerusakan berarti. Lubang silo, adalah cara penyimpanan biji-bijian yang lazim dilakukan di Timur Tengah. Di Turki dan Persia, pengguna biasanya membeli gandum atau jelai ketika masa panen dan harganya murah, kemudian minyimpannya di lubang tersembunyi untuk persiapan pada masa kekeringan atau paceklik. Di Malta sejumlah besar gandum disimpan dalam ratusan lubang silo yang dipahat di batu. Satu lubang silo ini dapat menampung 60 hingga 80 ton gandum, yang dengan pernagaan yang baik dapat bertahan hingga empat tahun.

Asia Timur sunting

Lumbung sederhana yang ditunjang empat atau lebih kaki ditemukan dalam kebudayaan Yangshao di China dan pada masa bercocok tanam intensif di Semenanjung Korea pada periode tembikar Mumun (sekitar 1000 SM), juga ditemukan di Kepulauan Jepang pada masa akhir Jōmon atau awal periode Yayoi (sekitar 800 SM). Dari temuan purbakala di Asia Timur Laut, bangunan lumbung biasanya ditemukan juga dengan bangunan berbentuk rumah panggung yang berfungsi sebagai tempat tinggal, semua jenis bangunan ini disebut In 'bangunan berlantai terangkat'.

Dalam arsitektur vernakular Indonesia lumbung bisanya terbuat dari bahan kayu atau bambu. Lumbung tradisional Indonesia dibangun di atas empat atau lebih kaki yang menunjang bangunan lumbung agar aman dari gangguan tikus, serangga, atau binatang lainnya. Contoh dari lumbung tradisional Indonesia adalah leuit Sunda dan rangkiang Minang.

Lihat juga sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c DOI:10.1073/pnas.0812764106
    Rujukan ini akan diselesaikan secara otomatis dalam beberapa menit. Anda dapat melewati antrian atau membuat secara manual