Lukisan Korea adalah jenis lukisan tradisional yang dilukis dengan gaya lukis Korea.[1]

Lukisan Gunung Geumgang karya Jeong Seon (1734)
Lukisan harimau dan burung kucica.

Lukisan tradisional Korea dapat dikategorikan dari 20 sampai 30 jenis berdasarkan teknik atau gaya melukisnya. Aliran yang utama adalah aliran formal dan minhwa, gaya lukisan rakyat.

Lukisan pemandangan adalah salah satu tema yang paling umum selain tema hewan, bunga-bunga, kehidupan sehari-hari dan religius (Buddhisme, Konfusianisme, Taoisme, Shamanisme.)

Sejarah sunting

Dinasti Joseon sunting

Lukisan Korea mengalami masa keemasan pada akhir periode Dinasti Joseon, dari akhir abad ke-18 sampai awal abad ke-19.[2] Pada saat itu Korea dipimpin oleh dua orang raja, Yeongjo dan Jeongjo, yang berturut-turut berhasil memajukan ekonomi dalam negeri dan perdagangan dengan bangsa lain.[2] Dalam bidang kebudayaan, seni lukis juga mendapat perhatian khusus.[2] Di zaman ini lahir banyak seniman yang memajukan seni lukis antara lain Jeong Seon, Kang Se-hwang, Sim Sa-jeong, Sin Yun-bok, Jo Yeong-seok, Yi In-sang, serta Kim Hong-do.[2] Aliran seni lukis Korea yang lahir pada masa ini dinamakan Jin-gyeong (arti:"pemandangan nyata"), lukisan-lukisan yang dibuat langsung dari pemandangan nyata.[3] Pelopor aliran Jin-gyeong adalah Jeong Seon (1676-1759) yang kemudian disempurnakan oleh Kim Hong-do.[3]

Minhwa sunting

Minhwa adalah genre lukisan Korea yang bercirikhas bertolak belakang dari lukisan bangsawan dan formal. Lukisan genre ini lahir di tengah-tengah rakyat jelata, sehingga disebut "Lukisan Rakyat". Ciri khas lukisan ini adalah gambarnya jenaka dan agak aneh. Terdapat beberapa nama yang digunakan untuk menyebut lukisan rakyat, antara lain Hanhwa (Lukisan Korea), Minsokhwa (Lukisan Rakyat Jelata), Kongyehwa (Lukisan Kerajinan Tangan). Tema lukisan-lukisan ini adalah termasuk tentang Shamanisme, Tao, hewan serta kehidupan rakyat jelata.

Tema sunting

Untuk binatang, favorit pelukis adalah harimau, sementara untuk religius, bervariasi dari gambar dewa Tao, orang-orang suci, Buddha, dewa gunung dan raja naga. Orang Korea menyukai harimau dan menganggapnya jinak, lucu dan bodoh. Dalam banyak lukisan harimau disatukan dengan tema religius bersama lukisan dewa-dewa. Contohnya dalam kepercayaan Shamanisme Korea, harimau adalah piaraan dewa gunung yang patuh. Harimau juga sering dilukis berdampingan dengan binatang lain seperti burung kucica, ayam dan singa.

Lukisan bertema Taoisme menggambarkan dewa-dewa sebagai simbol harmoni alam yang memiliki kehidupan abadi. Lukisan seperti ini dianggap dapat membawa keberuntungan dan kesehatan bagi pemiliknya, antara lain lukisan dewa gunung (sansin-do) dan raja naga yang dilukis berdasarkan kepercayaan Shamanisme, legenda Dangun dan raja naga. Lukisan dewa gunung melukiskan orang tua berjanggut putih mengendarai harimau, sementara lukisan raja naga melukiskan seekor naga terbang di antara awan dan lautan. Raja naga merupakan wujud Raja Munmu dari kerajaan Silla Bersatu yang dimakamkan di bawah laut. Lukisan-lukisan ini disimpan di kuil-kuil yang terletak di gunung atau pinggir pantai.

Lukisan bertema Buddhisme yang sederhana dan berwarna terang umumnya berada di kuil-kuil Buddha, contohnya ilustrasi sutra dan potret biksu.

Lukisan bertema Konfusianisme dilukis berdasarkan ajaran Konfusius dan pengikutnya yang berkembang di Korea. Tema-tema populer antara lain pendidikan, rasa kasih sayang dan cita-cita.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ (Inggris)About Korean Paintings, korean-arts.com. Diakses pada 7 Mei 2011.
  2. ^ a b c d (Inggris)Kim Hong-do Captures the Essence of Joseon Society Diarsipkan 2016-02-02 di Wayback Machine., koreana. 2016-01-25
  3. ^ a b (Indonesia)Pelukis Unik Kerajaan Joseon, Kim Hong-do Diarsipkan 2016-01-29 di Wayback Machine., world.kbs.co.kr. 2016-01-23