Louise dari Mecklenburg-Strelitz

Louise dari Mecklenburg-Strelitz (lahir dengan nama lengkap Luise Auguste Wilhelmine Amalie; 10 Maret 1776 – 19 Juli 1810) adalah Ratu dari kerajaan Prussia dan merupakan istri dari Raja Friedrich Wilhelm III dari Prusia.[1] Pasangan Louise dan Friedrich Wilhelm memiliki sembilan orang anak, dua diantaranya adalah Friedrich Wilhelm IV dari Prussia dan Kaisar Jerman Wilhelm I yang kelak menjadi penguasa monarki.[1][2] Louise dari Mecklenburg-Strelitz dikenang sebagai Ratu Prusia yang banyak dicintai rakyat atas pengabdiannya kepada negara dan keterlibatannya secara pribadi dalam melawan Napoleon Bonaparte.[3]

Louise dari Mecklenburg-Strelitz
Lukisan karya Josef Grassi
Periode16 November 1797 – 19 Juli 1810
Kelahiran(1776-03-10)10 Maret 1776
Hanover, Kekaisaran Roma
Kematian19 Juli 1810(1810-07-19) (umur 34)
Schloss Hohenzieritz, Kerajaan Prussia
Pemakaman
WangsaWangsa Mecklenburg
AyahCharles II, Adipati Agung dari Mecklenburg-Strelitz
IbuPutri Friederike dari Hesse-Darmstadt
PasanganFriedrich Wilhelm III dari Prusia
AnakFriedrich Wilhelm IV dari Prusia
Willhelm I, Kaisar Jerman
Aleksandra Fyodorovna
Putri Frederica
Pangeran Charles dari Prussia
Putri Alexandrine dari Prussia (1803–1892)
Pangeran Ferdinand
Putri Louise dari Prussia (1808–1870)
Pangeran Albert dari Prussia (1809–1872)
AgamaLutheran
Tanda tanganLouise dari Mecklenburg-Strelitz

Kehidupan awal sunting

Louise dari Mecklenburg-Strelitz lahir pada 10 Maret 1776.[1][2][4] Ia adalah anak perempuan ke empat atau anak ke enam dari sepuluh bersaudara dari pasangan Charles II Adipati Agung Mecklenburg-Strelitz dan Landgravine dengan putri Friederike dari Hesse-Darmstadt.[1][4] Saudara perempuan Louise adalah Charlotte dari Mecklenburg-Strelitz, Therese dari Mecklenburg-Strelitz, dan Fredrica dari Mecklenburg-Strelitz. Louise diketahui memiliki hubungan yang dekat dengan para saudarinya, terutama dengan adiknya, Fredrika.[2][4]

 
Sebuah patung yang menunjukan Louise (sebelah kiri) dengan adiknya Frederica dari Mecklenburg-Strelitz.

Ketika berusia enam tahun, Ibu Louise meninggal dunia.[2] Menurut beberapa sumber sejarah, Ibu Louise meninggal dunia ketika melahirkan.[2] Sumber lain mengatakan karena pendarahan akibat keguguran.[2] Sepeninggal Ibunya, Ayah Louise menikah lagi dengan adik perempuan ibunya bernama Charlotte.[2] Namun, tak lama setelah menikah, ibu tiri Louise ini pun meninggal dunia akibat persalinan.[2] Pada tahun yang sama, kakak perempuan Louise yang pertama, Charlotte, melangsungkan pernikahannya.[2] Semenjak itu, Louise dan saudari-saudarinya yang belum menikah tinggal bersama nenek mereka Marie Louise dari Hesse-Darmstadt di Darmstadt.[2] Selama tingga bersama neneknya, Louise dan para saudarinya diasuh oleh seorang pengasuh berkebangsaan Swiss yang mengajari mereka pelajaran terkait sejarah serta bahasa (bahasa Inggris dan bahasa Perancis).[2] Pada 1789, kakak perempuan kedua Louise, Therese, menikah dengan Pangeran dari Thurn dan Taxis dan meninggalkan hanya Louise dan Frederica.[2] Pada 1792, Louise bergabung dengan komunitas pertamanya di Gereja Lutheran.[2] Ketika pertama kali bergabung dengan komuntas tersebut, Louise dengan bangga menulis di dalam jurnal pribadinya sebagai hari paling penting dalam hidupnya.[2] Dalam jurnal tersebut, Louise juga berdoa agar Tuhan memberinya kekuatan untuk memberikan pelayanan di gereja sesuai dengan apa yang telah ia janjikan.[2] Louise sudah direncanakan untuk menikah sejak usianya enam belas tahun.[2]

Pernikahan sunting

Pada bulan Maret 1793, Louise dan Frederica diundang untuk menghadiri sebuah pentas teater dimana Raja Friedrich Wilhelm II bersama putra mahkota kerajaan Prussia, pangeran Friederich Wilhelm III, dan adiknya Louis Charles, juga ikut menonton pentas tersebut.[2][4] Louise sudah mengetahui bahwa undangan tersebut memiliki tujuan lain yaitu untuk menjodohkannya dengan sang putra mahkota.[2][4] Sementara itu, adiknya, Fredrica, disukai oleh adik Friederich Wilhelm, Louis Charles.[2][4] Maka, beberapa waktu setelah pertemuan di pentas teater tersebut, kedua pasangan merencanakan pertunangan ganda dan diselenggarakan pada 24 April 1793 di Darmstadt.[2][4] Pasangan Louise dan Friederich Wilhelm melangsungka pernikahannya pada 24 Desember 1793 di Berlin.[2][4] Dua hari setelahnya yaitu pada 26 Desember 1793, Fredrica dari Mecklenburg-Strelitz dengan Louise Charles juga melangsungkan pernikahannya.[2][4] Pernikah Louise dengan Friederich Wilhelm menghasilkan sembilan orang anak.[2][4]

 
Louise dan Frederick William pada 1794 – setahun setelah pernikahannya.

Keturunan sunting

Tak lama setelah menikah, Louise mengandung anak pertamanya namun ia mengalami kecelakaan tergelincir di tangga istana.[2] Akibat dari kecelakaan tersebut, anak pertama mereka meninggal dunia.[2] Tidak lama setelah kecelakaan itu, Fredrica melahirkan anak laki-laki pertamanya bersama Louis Charles.[2] Pada 1794, Louise mengandung anak kedua dan melahirkan pada 15 Oktober 1795.[2] Anak kedua tersebut adalah seorang bayi laki-laki yang juga dinamai Friedrich Wilhelm IV.[2] Tak lama setelah itu, keduanya pindah ke Paretz yang tidak jauh dari Postdam.[2] Satu tahun setelahnya, tepatnya pada 28 Desember 1796, Louis Charles diketahui meninggal dunia setelah sebelumnya mengeluhkan sakit dibagian tenggorokannya.[2] Sebelum meninggal, Louise Charles telah memiliki dua orang anak dari pernikahannya dengan Fredrika.[2] Selain Louis, Fredrick William juga mengeluhkan sakit yang sama.[2] Namun, Louise berhasil merawatnya ditengah kehamilannya yang ketiga.[2] Louise melahirkan anak ketiganya dengan Friederich Wilhelm, seorang bayi laki-laki, pada 22 Maret 1797.[2]

 
Ratu Louise dan Raja Fredrick William III pada tahun 1806 bersama anak-anaknya.

Pada musim tahun panas 1798, Louise melahirkan anak keempatnya, seorang anak perempuan yang dinamai Charlotte.[2] Sementara itu, Fredrica, saudara perempuan Louise mulai bertindak di luar batas.[2] Pada tahun 1798, Frederica yang saat itu tengah hamil menikahi Pangeran Frederick William dari Solms-Braunfels.[2] Hal ini membuat Friederich Wilhelm marah dan menyuruh Fredrica untuk meninggalkan Berlin.[2] Pada Januari 1799, Fredrica meninggalka Berlin dan merupakan kali pertama ia berpisah dengan Louise.[2] Meski demikian, Louise tidak siap berpisah dengan saudarinya, Fredrica.[2] Maka pada kelahiran anaknya yang kelima, Louise memberinya nama Fredrica seperti nama saudarinya.[2] Meski begitu, anak tersebut meninggal enam bulan setelah dilahirkan.[2] Dua tahun setelahnya, pada 29 Juni 1801, Louise melahirkan seorang anak laki-laki yang dinamai Alexander, dan diikuti oleh seorang anak perempuan yang dinamai Alexandrine dua tahun setelahnya, yaitu pada tahun 1803.[2] Pada 13 Desember 1804, Louise melahirkan seorang anak laki-laki namun anak tersebut meninggal karena penyakit difteri sebelum ulang tahunnya yang kedua.[2]

Melawan Napoleon sunting

Perjanjian Postdam sunting

Napoleon Bonaparte yang berkuasa atas Prancis memulai menginvasi negara-negara Eropa, termasuk diantaranya Prusia dan negara-negara tetangganya.[5] Pada 1797, Friederich Wilhelm naik takhta dan menjadi raja menggantikan ayahnya Friederich Wilhelm II dan menjadikan istrinya, Louis, menjadi seorang.[5] Pada tahun 1803, di Eropa tengah terjadi Perang Koalisi Ketiga antara Austria, Portugal, Rusia dan Britania Raya melawan Prancis dan sekutunya.[5][6] Prusia tidak terlibat dalam perang tersebut karena ketika menjadi raja, Raja Friederich Wilhelm lebih menyukai netralitas.[5][6] Namun, atas inisiatif dan saran istrinya, Ratu Louis, ia akhirnya beraliansi dengan negara-negara yang terlibat Perang Koalisi Ketiga.[5][6] Bersama dengan dengan Tsar Alexander I dari Kekaisaran Rusia pada 3 November 1805, Raja Friederich Wilhelm menandatangani sebuah perjanjian bernama Perjanjian Postdam.[5][6] Isi dari perjanjian itu adalah mengharuskan Prusia menjadi mediator antara negosiasi Kekaisaran Perancis yang dipimpin oleh Napoleon dan Kekaisaran Rusia.[5][6] Jika proses negosiasi tersebut gagal, maka Prusia harus bergabung dengan aliansi Rusia dalam Perang Koalisi Ketiga.[5][6]

Menurut beberapa sumber sejarah, Ratu Louise dan Tsar Alexander I bertemu pada tahun 1805 secara pribadi dan bersumpah di atas makam Friedrich I untuk menghentikan invasi Napoleon.[5] Perjanjian Postdam ini telah membuat kekaisaran Prancis gusar dan Napoleon menjuluki Louis dengan sebutan "Musuhku yang cantik" karena keterlibatannya dalam Perjanjian Postdam.[5]

Setelah perjanjian Postdam sunting

Namun isi perjanjian ini dibatalkan dengan kemenangan Napoleon yang cepat dalam menaklukan Rusia dan Austria. Hail ini membuat status Prusia menggantung.[5] Perwakilan dari Rusia dan Austria yang tadinya akan menyatakan perang terhadap Napoleon, nyatanya justru memberikan selamat dan menawarkan untuk membuat sebuah kesepakatan baru dengan Perancis.[5] Isi dari kesepakatan baru ini menyatakan bahwa Prusia harus menyerahkan sejumlah wilayahnya seperti Ansbach, Cleve, Neufchatel dan Wesel ke Prancis.[5] Begitu pula, Perancis menjanjikan wilayah Hanover yang secara teknis merupakan milik Inggris. Pada akhirnya, Perancis mengingkari janjinya dan mengembalikan wilayah Hanover ke Inggris sebagai imbalan perdamaian.[5]

Perlawanan melawan Perancis sunting

 
Sebuah lukisan karya pelukis Jerman Henriette-Félicité Tassaert yang menunjukan Louise tahun 1797, setahun setelah ia menjadi seorang Ratu.

Sementara itu, lima belas negara bagian Jerman melihat peluang bahwa Napoleon bisa memisahkan Perancis dari Kekaisaran Roma Suci.[5] Sebagai kesepakatannya, kelimabelas negara bagain itu akan mendukung pasukan Perancis dalam perang apapun.[5] Napoleon kemudian memusatkan perhatiannya pada Prusia dan melakukan penyerangan.[5][7] Serangan tersebut bernama Pertempuran Jena-Auerstedt.[5][7]

Pertempuran Jena-Auerstedt sunting

Pertempuran Jena-Auerstedt terjadi pada tanggal 14 Oktober 1806.[8] Berlangsung di sebuah dataran tinggi sebelah barat sungai Saale di sebuah wiliayah yang saat ini menjadi negera Jerman bagian tengah.[8] Pertempuran ini dipimpin oleh Napoleon Bonaparte di pasukan Perancis dan Friedrich Ludwig Fürsten von Hohenlohe-Ingelfingen di pasukan Prusia.[8] Raja dan Ratu Prusia terlibat pertempuran dan harus segera menyelamatkan diri ke wilayah Konigsberg.[5][7] Sementara itu, di sebagian besar wilayah Prusia sudah mulai kehabisan makanan dan air bersih.[5][7] Pada pertempuran ini, Prusia mengalami kekalahan. Ibukota Prusia di Berlin akhirnya jatuh ke tangan Perancis di bawah komando Napoleon pada akhir Oktober 1806.[5][7][8]

Beberapa tokoh yang tidak terpisahkan dari reformasi tentara Prusia berpartisipasi di Jena-Auerstedt, termasuk Gebhard von Blücher, Carl von Clausewitz, August Neidhardt von Gneisenau, Gerhard von Scharnhorst, dan Hermann von Boyen.[8] Kekalahan Prusia pada pertempuran Jena-Auerstedt menjadi salah satu pemicu pembubaran Kerajaan Prusia dan reformasi modern di kemudian hari.[8]

Pertemuan di Tilsit sunting

Pada 1807, keluarga kerajaan Prusia bertemu dengan Napoleon di Tilsit untuk menandatangani perjanjian damai.[5] Raja Friederich Wilhelm datang bersama Ratu Louis yang kala itu tengah mengandung.[5] Ratu Louise menyadari bahwa saat ini, seluruh rakyat Prusia sedang menaruh harapan yang besar kepadanya.[5] Maka, Ia memohon kepada Napoleon untuk membebaskan Prusia.[5] Dalam sebuah surat kepada suaminya, Louise mengatakan, “Tidak ada yang bisa membuktikan rasa cintaku yang sangat besar kepadamu dan pengabdianku kepada negara selain kedatanganku ke Tilsit."[2]

 
Napoleon, Alexander I dari Russia, Ratu Louise, dan Raja Frederick William III di Tilsit, 1807. Dilukis oleh pelukis Nicolas Gosse pada tahun 1900

Namun usahanya sia-sia. Napoleon tidak memberikan simpatinya kepada Ratu Louis.[5] Meski demikian, segala upaya yang sudah dilakukan oleh Ratu Louis untuk negaranya sangat berkesan bagi rakyatnya dan oleh sebab itu Ratu Louis menjadi Ratu Prusia yang sangat dicintai.[5] Sayangnya, Ratu Louis tidak berumur panjang sehingga ia tidak menyaksikan jatuhnya Napoleon dan bagaiamana putranya, Wilhem I, membagun kembali kekaisaran Jerman.[5]

Kematian sunting

 
Sarkofagus Ratu Louise di mausoleum Charlottenburg Palace

Setelah bertemu dengan Napoleon di Tilsit, Ratu Louis kembali ke Berlin dengan kondisi kesehatan yang menurun.[2] Kondisi Prussia pasca perang dan dilanda kelaparan menjadi beban pikiran tersendiri bagi Ratu Louis.[2] Meski demikian, pasca pertemua di Tilsit, perhatian Napoleon telah bergeser dari Prusia ke Belanda.[2] Napoleon mulai menaruh perhatiannya untung menyerang ke wilayah Belanda.[2] Hal ini membuat Ratu Louis sedikit lega.[2] Dalam jurnalnya ia menulis, “Pisau itu telah telah dijauhkan dari tenggorokan kita.”[2]

Ketika di Hohenzieritz, kesehatan Ratu Louise semakin menurun.[2] Demamnya semakin tinggi dan ia mengalami pendarahan.[2] Ketika demamnya mulai menurun, sakit jantung Ratu Louis muncul kembali.[2] Raja Friederich Wilhelm segera menemui istrinya dan terkejut melihat istrinya.[2] Ketika kematian semakin dekat, Ratu Louis berpesan kepada suaminya bahwa dia hanya ingin agar suaminya bahagia dan agar anak-anaknya dibesarkan dengan baik.[2] Ratu Louise meninggal pada 19 Juli 1810 pada usia 34 tahun.[1][2] Ketika Ratu Louis meninggal, Raja Friederich Wilhelm yakin bahwa hal ini sudah ditakdirkan, dia berkata, “Jika dia adalah istri dari lelaki lain, dia akan hidup, tetapi karena dia adalah istriku maka kematian itu harus ia alami."[2]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e (Inggris) Kipp, Günther (22 Desember 2018). "Louise Augusta Wilhelmina Amelia of Mecklenburg-Strelitz, Queen consort of Prussia Electress consort of Brandenburg". Geni: A Heritage Company. Diakses tanggal 21 Februari 2020. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf (Inggris) "Louise of Mecklenburg-Strelitz – Fighting the monster". History of Royal Women. 13 April 2018. Diakses tanggal 16 Februari 2020. 
  3. ^ (Inggris) Rae, Elisabeth (19 Jul 2004). "Louise of Mecklenburg-Strelitz". Find a Grave. Diakses tanggal 20 Februari 2020. 
  4. ^ a b c d e f g h i j (Inggris) "Louise of Mecklenburg-Strelitz, the Beloved Prussian Queen". History Things. 10 Agustus 2017. Diakses tanggal 18 Februari 2020. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab (Inggris) ER (13 Oktober 2015). "Louise of Mecklenburg-Strelitz, Queen of Prussia". Naked History. Diakses tanggal 20 Februari 2020. 
  6. ^ a b c d e f (Inggris) "Treaty of Potsdam, 3 November 1805". History of War. Diakses tanggal 20 Februari 2020. 
  7. ^ a b c d e (Inggris) The Editors of Encyclopaedia Britannica. "Battle of Jena: EUROPEAN HISTORY". Encyclopaedia Britannica. Diakses tanggal 20 Februari 2020. 
  8. ^ a b c d e f (Inggris) "Pertempuran Jena – Auerstedt". Mimir Ensiklopedia bahasa Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-20. Diakses tanggal 20 Februari 2020. 
Louise dari Mecklenburg-Strelitz
Lahir: 10 Maret 1776 Meninggal: 19 Juli 1810
Gelar penyandang kekuasaan
Didahului oleh:
Frederika Louisa dari Hesse-Darmstadt
Ratu Prussia
16 November 1797 – 19 Juli 1810
Lowong
Selanjutnya dijabat oleh
Elisabeth Ludovika dari Bavaria