Kuil Palani Andawer

bangunan kuil di Indonesia

Kuil Palani Andawer adalah Kuil Hindu tertua dan satu-satunya di Aceh. Kuil ini dibangun pada tahun 1934 oleh imigran Tamil.[1][2] Kuil ini adalah satu-satunya tempat ibadah bagi ratusan umat Hindu di ibu kota provinsi Aceh. Bangunan ini sempat hancur saat tsunami 2004, namun akhirnya bisa direnovasi kembali seperti bentuknya yang sekarang. Kuil ini adalah titik fokus festival Thaipusam di Aceh.[1][2]

Palani Andawer Temple
பழனி ஆண்டவர் கோவில்
Kuil Hindu Aceh
Kuil Palani Andawer
Agama
AfiliasiHindu
DistrikKampung Kedah, Kutaraja
DewaKartikeya
FestivalsThaipusam
Lokasi
LokasiBanda Aceh
Negara bagianAceh
NegaraIndonesia
Arsitektur
TipeSeni bina Dravidia
Rampung1934

Arsitektur sunting

Bangunan atas kuil mencolok dengan lima undakan dengan variasi warna kuning, hijau, merah, jingga, dan ungu muda. Berdasarkan keterangan Pak Radha, undakan-undakan ini harus ganjil, namun tidak memiliki ketentuan khusus mengenai jumlahnya. Beberapa kuil ada yang memiliki tujuh tingkat undakan. Di bagian dasar undakan ini terdapat sepasang burung Merak, mengapit sebilah senjata yang disebut Wel. Wel merupakan senjata khusus milik Dewa Mereger. Mengenai warna-warna ini juga tidak memiliki aturan khusus.

Melangkahkan kaki ke dalam, pandangan mata kita akan tertuju pada warna-warna lembut kuning muda yang melapisi dindingnya. Juga warna-warna mecolok dari bangunan altar utama, tempat Dewa Mereger ditempatkan. Dewa Mereger merupakan titisan dari Dewa Shiwa langsung. Ada juga altar yang lebih kecil yang menjadi tempat bagi batu Ganesha.

Secara spesifik di dalam kuil ini terdapat dua bangunan penting yaitu altar Mereger dan altar Ganesha yang kita kenal sebagai patung gajah. Altar Mereger berwarna ungu, di altar ini terdapat simbol bunga teratai dan dia atasnya ada lambang Om diapit oleh dua kelapa bertunas. Lambang teratai merupakan tempat bersemayamnya para dewa, dan kelapa melambangkan nilai manfaat keberadaan seorang insan.

Di depan ke dua altar ini terdapat bangunan khusus yang menyerupai tiang. Di bagian atas tiang ini disematkan sembilan lonceng sebagai simbol sembilan lubang yang ada di tubuh manusia. Nilai yang terkandung melalui simbol lonceng ini adalah, mereka yang akan masuk ke kuil harus membersihkan sembilan lubang di tubuh mereka, seperti lubang telinga dan hidung.

Di dinding terdapat tiga patung Dewa Mereger, yang didesain khusus oleh seniman Tamil dari Medan. Ketiga patung tersebut menceritakan perjalanan hidup Dewa Mereger semasa kecilnya, pada masa remaja dan pada masa tuanya, dengan latar belakang gunung. Gunung merupakan tempat Dewa Mereger bertapa. Dua patung di antaranya terlihat Dewa Mereger menaiki Merak. Dikisahkan bahwa Merak merupakan kendaraan resmi Dewa Mereger untuk bepergian.

Sedangkan di sisi sebelah kiri terdapat lambang Dewata Nawa Sanga, yang merupakan milik Hindu Bali. Dewata Nawa Sanga ini merupakan lambang sembilan arah mata angin. Di mana setiap arah mata angin memiliki warna khusus yang dijaga oleh Dewa yang berbeda dengan jenis senjata yang berbeda pula.

Bagian timur atau purwa, dikuasai oleh Dewa Iswara dengan jenis senjata bernama Bajra. Bagian timur ini dilambangkan dengan warna putih. Tenggara atau ghneya dijaga oleh Dewa Mahesora, senjatanya bernama Dupa dan memiliki warna identik merah muda. Daksina atau bagian selatan dikuasai oleh Dewa Brahma, memiliki unsur warna merah dan senjatanya adalah Gadha. Warna jingga berada di wilayah barat daya atau Nairiti yang dipegang oleh Dewa Radra, dewa ini memiliki senjata andalan Moksala.

Wilayah barat laut, wayabhya, berada di bawah Dewa Sangkara dengan lambang warna hijau dan mempunyai senjata Angkus. Utara dengan lambang warna hitam merupakan wilayah kekuasan Dewa Wisnu dengan senjatanya bernama Cakra. Di bagian timur laut atau airsanya dikuasai oleh Dewa Shambu dengan senjata yang sangat terkenal yaitu Trisula, warnanya abu-abu. Di bagian tengah atau madia menjadi wilayah bagi Dewa Siwa yang mempunyai senjata bernama Padma, memiliki lambang panca warna. Terakhir adalah wilayah barat atau pascma, memiliki unsur warna kuning di bawah kendali Mahadewa yang memiliki senjata bernama Nagapasa.

Lokasi sunting

Kuil ini terletak tidak jauh dari gerbang masuk Gampong Keudah, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.

Referensi sunting