Kristianus (lahir 28 Agustus 1966) adalah seorang akademisi, budayawan, dan tokoh pendidikan Indonesia yang berkiprah di Kalimantan Barat. Ia juga dikenal sebagai peneliti dan penulis yang cukup produktif.

Kristianus Atok
Lahir28 Agustus 1966 (umur 57)
Menjalin, Kalimantan Barat

Biografi sunting

Kehidupan awal dan pendidikan sunting

Kristianus Atok dilahirkan di Menjalin, Kalimantan Barat, pada 28 Agustus 1966. Tambahan “Atok” di belakangnya adalah nama seorang saudagar Cina di kampungnya, Karangan—suatu dusun terpencil di Tanah Landak, Kalbar, yang ketika ia lahir tak ditemukan dalam peta, kini masuk Kecamatan Mempawah Hulu, Landak--. Sang kakek ingin si cucu seperti saudagar tersebut. Nama saudagar kampung itu ia imbuh sebagai pembeda dengan Kris yang lain. Seraya berdoa, kelak suatu masa di kemudian hari, nasib baik saudagar tua pun keciprat padanya.

Pendidikan dasar dan menengah pertama ia selesaikan di kampung kelahirannya, Menjalin, Landak. Kemudian jenjang SMA ia lanjutkan di Kabupaten Sanggau. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, ia melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dengan mengambil program studi Agronomi di Universitas Tanjungpura dan meraih gelar sarjana (S1) pada 1991. Pada 2006, ia meraih gelar S2 melalui Program Magister Sosiologi di universitas yang sama. Minatnya pada manusia sebagai subjek penelitian, mengantarnya menjadi mahasiswa antropologi di Universiti Kebangsaan Malaysia pada Fakultas Alam dan Tamadun Melayu, dan berhasil meraih gelar Ph.D.

Ia pernah punya pengalaman berharga. Ingin balik badan dari akademisi ke wirausaha, namun sempat gagal. Pada 2000, ia mencoba usaha ternak babi dan itik. Usaha ini ditekuninya hingga tahun 2006. Berhenti akibat trauma, sebab adik sepupu yang mengelolanya langsung, mendadak wafat. Pada 2015, sempat berusaha untuk bangkit lagi, kali ini berkebun sayur. Pada 2017, merambah usaha ternak lele dan ikan gurame.

Kiprah dan karya sunting

Dalam karier akademik, ia adalah pengajar tetap di Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak dan dosen luar biasa pada Pasca Sarjana Prodi Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak mulai 2015 hingga sekarang. Selain aktif sebagai dosen, juga aktif membangun jaringan internasional diantaranya menjadi anggota East West Center Association, Hawaii, sejak 1997 sampai sekarang, anggota CUSO Consultative Meeting Indonesia (2003-2004), dan anggota CUSO Asia Consultative (2004-2005). Sebagai akademisi, Kristianus kerap melakukan diskusi dan kajian ilmiah di Malaysia dan Brunei. Forum diskusi yang diikutinya antara lain Meeting Borneo Dayak Forum Internasional (BDF-I), suatu forum diskusi internasional bagi peradaban dan kemajuan suku bangsa Dayak, baik sebagai narasumber maupun peserta aktif. Aktif juga di Borneo Studies Network (BSN) yaitu jaringan peneliti dari seluruh Borneo. Ia juga anggota tim seleksi KPU Sanggau dan KPU Kubu Raya sejak Oktober 2018. Ia kini tercatat sebagai anggota Dewan Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat.[1]

Ia juga merupakan salah satu panitia penyelenggara Kongres Internasional I Kebudayaan Dayak di Bengkayang, 4-6 Juni 2017, sebuah kongres bergengsi di Kalimantan yang diikuti pakar dan akademisi dalam dan luar negeri, Kris narasumber membawakan topik “Culinary Based on Dayak Culture in West Kalimantan”, kuliner khas Dayak Kalimantan, yang mamaparkan pusparagam kuliner Dayak.[2]

Keanggotaan dalam Organisasi Masyarakat:

  1. Ketua Departemen Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) periode 2015-2020.
  2. Sekretaris Pergerakan Indonesia Maju (PIM), Dewan Wilayah Provinsi Kalbar 2015-2020.
  3. Ketua 1 , Vox Point Indonesia Kalimantan Barat, Dewan Wilayah Provinsi Kalbar 2017-2020.
  4. Sekretaris DPD Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) Kalimantan Barat 2019-2022.
  5. Ketua Divisi di Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional Kalimantan Barat, 2018-2021

Kristianus juga telah menulis beberapa buku antara lain :

  • Pemetaan Partisipatif Manual “Manjawat Kar Kampokng Diri” sebagai referensi utama pemetaan partisipatif di Indonesia (1995)
  • bersama dengan Frank Momberg dan Martua Thomas Sirait menulis “Participatory Mapping”; buku panduan untuk pelatih (1995),
  • sebagai penulis dan editor “Peran Masyarakat dalam Tata Ruang” (1998),
  • penulis dan editor “Pengelolaan Sumber Daya Alam Oleh Masyarakat” (1999),
  • sebagai penulis dan editor “Forest and Reefs in the Control of Indigenous Communities” (2000),
  • menulis buku “Sistem Pertanian Asli Masyarakat Adat Dayak” (2000),
  • penulis buku DAYAK KANAYATN MENGGUGAT’ (2003),
  • penulis buku Membangun Relasi Etnik; Pembelajaran Dari Beberapa Kampung di Kalimantan barat (2005),
  • penulis buku Pendidikan Anti Kekerasan Pada Anak dan Remaja; Konteks Kalimantan Barat (2005),
  • penulis buku Membangun Komitmen, Meniti Hari, Merajut Masa Depan. Panduan bagi pengembangan kepribadian anak dan remaja (2005)
  • penulis buku Upaya-Upaya Komunitas Multietnik dalam membangun kapasitas lokal untuk perdamaian di Kalimantan Barat (2003).

Adapun buku terbaru Kristianus sebagai berikut.

  1. Budaya Tenun Ikat Dayak Keninjal Melawi (2020).
  2. Dialektika Budaya dengan Agama Katolik di kawasan perbatasan Kabupaten Sanggau (2019).
  3. Menjadi Dayak tanpa Sekat (Editor). (2018).
  4. Dialektika Agama Bahaii dengan Orang Dayak di Kawasan Perbatasan Indonesia – Malaysia (2018).
  5. Dayak Ot Danum di Serawai dan Ambalau (2017).
  6. Antropologi Agama, Perspektif Katolik (2016).

Selain itu, ia juga aktif menulis di Jurnal Nasional dan Internasional setiap tahun minimal satu paper sejak 2010, salah satunya yang dipublikasikan oleh LIPI dengan judul “Nasionalisme Etnik di Kalimantan Barat” (2011). Pada Jurnal IJECA (International Journal od Education & Curriculum Application) dengan judul “Cultural Dialectics With Catholic Education in The Border Areas in Sanggau Regency, West Kalimantan” (Desember 2018). Jurnal terbaru berjudul “Gawai Dayak as Communication Media of Dayak People in Borneo” yang diterbitkan oleh Jurnal Medio Vol 2, No 1 Juli, 2020.

Referensi sunting

Catatan kaki
Daftar pustaka