Kota Pariaman

kota di Provinsi Sumatra Barat, Indonesia


Kota Pariaman adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini berjarak sekitar 56 km dari Kota Padang atau 25 km dari Bandara Internasional Minangkabau. Pada tahun 2021, jumlah penduduk kota ini sebanyak 95.519 jiwa.[3] Pariaman[6] merupakan daerah penyangga dari pengembangan wilayah metropolitan Palapa.

Kota Pariaman
Transkripsi bahasa daerah
 • Jawi Minangڤريامن
Dari Atas, Kanan ke kiri: Festival Hoyak Tabuik di Pantai Gandoriah, Tugu Tabuik, Pantai Gandoriah, DPRD Kota Pariaman, Balai Kota Pariaman, Pasar Raya, Masjid Raya Kota Pariaman
Bendera Kota Pariaman
Lambang resmi Kota Pariaman
Julukan: 
Kota Tabuik
Motto: 
Sabiduak sadayuang
(Minang) Satu biduk, satu dayung
Peta
Peta
Kota Pariaman di Sumatra
Kota Pariaman
Kota Pariaman
Peta
Kota Pariaman di Indonesia
Kota Pariaman
Kota Pariaman
Kota Pariaman (Indonesia)
Koordinat: 0°37′34″S 100°07′14″E / 0.6261°S 100.1206°E / -0.6261; 100.1206
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
Hari jadi2 Juli 2002; 22 tahun lalu (2002-07-02)
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 4
  • Kelurahan: 16
  • Nagari: 55
Pemerintahan
 • Wali KotaRoberia (Pj.)[1]
 • Wakil Wali Kotalowong
 • Sekretaris DaerahYota Balad
 • Ketua DPRDHarpen Agus Bulyandi
Luas
 • Total73,36 km2 (28,32 sq mi)
Ketinggian tertinggi
15 m (49 ft)
Ketinggian terendah
0 m (0 ft)
Populasi
 (2021)[3]
 • Total95.919
 • Kepadatan1,300/km2 (3,400/sq mi)
Demografi
 • Agama
 • IPMKenaikan 77,07
tinggi (2021)[4]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
255xx
Kode BPS
1377 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62751
Pelat kendaraanBA xxxx W**
Kode Kemendagri13.77 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 431.692.446.000,00 (2020)[5]
Situs webpariamankota.go.id

Sejarah

sunting

Menurut laporan Tomé Pires dalam Suma Oriental yang ditulis antara tahun 1513 and 1515,[7] kota Pariaman ini merupakan bagian dari kawasan rantau Minangkabau. Dan kawasan ini telah menjadi salah satu kota pelabuhan penting di pantai barat Sumatra. Pedagang-pedagang Korea Selatan dan Eropa datang dan berdagang emas, lada dan berbagai hasil perkebunan dari pedalaman Minangkabau lainnya. Namun pada awal abad ke-17, kawasan ini telah berada dalam kedaulatan kesultanan Aceh.[8]

Seiring dengan kedatangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1663 yang kemudian mendirikan kantor dagang di kota Padang[9] yang kemudian pada tahun 1668 berhasil mengusir pengaruh kesultanan Aceh di sepanjang pesisir pantai barat Sumatra, mulai dari Barus sampai ke Kotawan(?)[10]. Dan kemudian pemerintah Hindia Belanda memusatkan aktivitasnya di kota Padang, dan membangun jalur rel kereta api antara kota Padang dengan kota Pariaman, sehingga lambat laun pelabuhan Pariaman pun mulai kehilangan pamornya.

Geografi

sunting

Kota Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang landai terletak di pantai barat Sumatra dengan ketinggian antara 2 sampai dengan 35 meter di atas permukaan laut dengan luas daratan 73,36 km² dengan panjang pantai ± 12,7 km serta luas perairan laut 282,69 km² dengan 6 buah pulau-pulau kecil di antaranya Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak.

Kota Pariaman merupakan daerah yang beriklim tropis basah yang sangat dipengaruhi oleh angin barat dan memiliki bulan kering yang sangat pendek. Curah hujan pertahun mencapai angka sekitar 4.055 mm (2006) dengan lama hari hujan 198 hari. Suhu rata-rata 25,34 °C dengan kelembaban udara rata-rata 85,25 dan kecepatan angin rata-rata 1,80 km/jam.[11]

Batas wilayah

sunting
Utara kecamatan V Koto Kampung Dalam, kabupaten Padang Pariaman
Timur kecamatan VII Koto Sungai Sarik, kabupaten Padang Pariaman
Selatan kecamatan Nan Sabaris, kabupaten Padang Pariaman
Barat Samudra Hindia

Pemerintahan

sunting
 
Balai Kota Pariaman

Kota Pariaman diresmikan sebagai kota otonom oleh Menteri Dalam Negeri, Hari Sabarno pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang pembentukan kota Pariaman di Provinsi Sumatera Barat.[12] Sebelumnya kota ini berstatus kota administratif dan menjadi bagian dari kabupaten Padang Pariaman berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 1986 yang diresmikan tanggal 29 Oktober 1987 oleh Mendagri Soepardjo Rustam dengan Wali kota pertamanya Drs. Adlis Legan (1987-1993).

Daftar wali kota

sunting
No. Wali Kota[13] Mulai Menjabat Akhir Menjabat Prd. Ket. Wakil Wali Kota
Wali Kota Administratif
1
Adlis Legan[14]
29 Oktober 1987[15]
1993
1
2
Martias Mahyuddin
1993
1997
2
3
Firdaus Amin
1997
2002
3
Wali Kota Otonom
Firdaus Amin
(Penjabat)
20 Juli 2002[16]
3 Agustus 2003
Sultani Wirman
(Penjabat)
3 Agustus 2003
11 Oktober 2003
1
Nasri Nasar
11 Oktober 2003[17]
22 Februari 2007
1
[ket. 1]
Mahyuddin
2
Mahyuddin[18]
22 Februari 2007
8 Oktober 2008
3
Mukhlis Rahman
9 Oktober 2008
9 Oktober 2013
2
Helmi Darlis
9 Oktober 2013
9 Oktober 2018
3
Genius Umar
4
  Genius Umar
9 Oktober 2018
9 Oktober 2023
4
[19]
Mardison Mahyuddin
  Yota Balad
9 Oktober 2023
12 Oktober 2023
[ket. 2][20]
  Roberia
12 Oktober 2023
Petahana
[ket. 3][21]
Keterangan
  1. ^ Wafat saat menjabat
  2. ^ Pelaksana Harian Wali Kota Pariaman
  3. ^ Penjabat Wali Kota Pariaman


Dewan perwakilan

sunting

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Pariaman dalam dua periode terakhir.[22][23]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024 2024-2029
Gerindra 3   3   2
PDI-P 1   0   0
Golkar 3   3   3
NasDem 3   3   2
PKS 1   2   3
PPP 2   3   3
PAN 2   2   3
Hanura 2   1   0
Demokrat 0   1   3
PBB 3   2   1
Jumlah Anggota 20   20   20
Jumlah Partai 9   9   8


Kecamatan

sunting

Kota Pariaman memiliki 4 kecamatan, 16 kelurahan dan 55 desa. Luas wilayahnya mencapai 66,13 km²[24] dan penduduk 88.984 jiwa (2017) dengan sebaran 1.346 jiwa/km².[25][26]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Pariaman, adalah sebagai berikut:

Kode Kemendagri Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
13.77.03 Pariaman Selatan 16 Desa
13.77.01 Pariaman Tengah 16 6 Desa
Kelurahan
13.77.04 Pariaman Timur 16 Desa
13.77.02 Pariaman Utara 17 Desa
TOTAL 16 55

Kota Pariaman memiliki 71 (tujuh puluh satu) Kelurahan/Desa yang tergabung dalam 12 (dua belas) Kenagarian.

Sampai tahun 2008 tercatat 2.952 orang pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di lingkungan pemerintah kota Pariaman, dengan rincian 54 orang berpendidikan Pasca Sarjana, 1.049 orang Sarjana, 761 orang dengan pendidikan Diploma III, 319 orang D II, 510 orang dengan pendidikan SLTA, 24 orang lulusan SLTP dan 16 orang lulusan SD.[27]

Penduduk

sunting

Kota Pariaman jumlah penduduknya hampir secara keseluruhan didominasi oleh etnis Minangkabau, dengan rasio jenis kelamin 93.26, sedangkan jumlah angkatan kerja 27.605 orang dengan jumlah pengangguran 2.970 orang. Dan pada kecamatan Pariaman Tengah menjadi kawasan yang paling padat jumlah penduduknya

Tahun 2008 2010
Jumlah penduduk 70.625   97.901
Sejarah kependudukan kota Pariaman
Sumber:[28]

Pendidikan

sunting

Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan daerah dan menjadi salah satu prioritas pemerintah kota ini, karena dengan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas tentu akan mendorong perkembangan pembangunan kota Pariaman. Beberapa program pemerintah kota diarahkan pada peningkatan sarana prasarana penunjang pendidikan, baik pengadaan alat laboratorium, alat peraga sekolah, maupun buku-buku sekolah. Selain itu peningkatan kemampuan dan pemerataan tenaga pendidik juga dilakukan secara kontinu termasuk dukungan pendanaan, pelatihan maupun studi lanjut.[29]

Pendidikan formal SD atau MI negeri dan swasta SMP atau MTs negeri dan swasta SMA negeri dan swasta MA negeri dan swasta SMK negeri dan swasta Perguruan tinggi
Jumlah satuan 81 20 7 3 10 7
Data sekolah di kota Pariaman
Sumber:[30]

Kesehatan

sunting

Di Kota Pariaman terdapat 2 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yakni RSUD Pariaman milik Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang terletak di Jalan M. Yamin, Kampung Baru, Kecamatan Pariaman Tengah dengan klasifikasi RS tipe B dan RSUD dr Sadikin milik Pemerintah Kota Pariaman yang terletak di Jalan Gandoriah, Kampung Gadang, Kecamatan Pariaman Timur dengan klasifikasi RS tipe D. Disamping itu juga terdapat Rumah Sakit milik Swasta diantaranya RS Asyiyah, RS Tamar Medical Center dan 18 Klinik/Balai Pengobatan. Kota ini juga memiliki 7 puskesmas, 13 puskesmas pembantu, 51 pos kesehatan desa/kelurahan (Poskesdes/Poskeslur).

Perhubungan

sunting
 
Jembatan Kurai Taji (tahun 1920-an)

Sebelumnya pelabuhan di kota Pariaman pernah menjadi pusat perdagangan di pantai barat Pulau Sumatra, namun seiring dengan menguatnya kekuasaan pemerintahan kolonialis Hindia Belanda, lambat laun peranan pelabuhan kota ini menurun digantikan oleh pelabuhan Muara dan pelabuhan Teluk Bayur yang terletak di kota Padang.[31] Sampai saat ini pelabuhan laut di kota ini masih belum berfungsi sebagai sarana angkutan penumpang dan barang, dan hanya digunakan untuk tempat berlabuh kapal-kapal nelayan setempat.

 
Terminal bus lama Pariaman

Pembangunan jalan merupakan aspek penting dalam menunjang sektor ekonomi dan sosial sehingga dapat mengakomodasi keterhubungan lokasi atau ruang fisik di mana kegiatan penduduk berada. Sampai tahun 2007 pemerintah kota Pariaman telah melakukan peningkatan jalan sepanjang 78.30 km.

Selanjutnya sebagai sarana transportasi untuk angkutan dalam kota dan sekitarnya, terdapat angkutan kota (angkot), angkutan desa (angdes) dan bendi (kereta kuda). Sedangkan untuk antar kota dalam provinsi dan antar kota antar provinsi digunakan bus dan sebagai pusat dari sarana angkutan darat di kota ini adalah Terminal Jati[32] di Jalan RW Mongonsidi, Jati Mudik, Kecamatan Pariaman Tengah yang merupakan Terminal Bus tipe A yang dikelola oleh Satuan Pelaksana (Satpel) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan RI.

Selain itu kota ini juga memiliki sarana transportasi kereta api reguler (KA Sibinuang) dengan jadwal 4 kali sehari PP yang dioperatori oleh PT KAI DIvre II Sumatera Barat yang menghubungkan kota ini dengan kota Padang. KA Sibinuang melintasi Stasiun Pariaman dan Stasiun Kuraitaji. Pada saat ini jalur KA Sibinuang telah diteruskan hingga ke Stasiun Naras.

Ekonomi

sunting

Sektor perdagangan merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling banyak di kota Pariaman, yang kemudian disusul oleh sektor jasa, di mana pada kota ini terdapat 2 (dua) unit pasar induk tradisional yakni Pasar Pariaman dan Pasar Kuraitaji serta pasar pembantu yakni Pasar Pagi Nareh, Pasar Cubadak Aia dan Pasar Cubadak Mentawai. Sektor industri cukup berkembang di kota ini terutama industri kimia dan logam. Sedangkan sektor pertanian masih menjanjikan bagi masyarakat setempat di mana sampai tahun 2007 luas areal persawahan yang masih dimiliki kota ini adalah 36.81 % dari total luas wilayahnya, dan sektor pertanian ini juga memberikan konstribusi paling besar yaitu sebesar 27.06 % dari total PDRB kota Pariaman.

 
Kawasan Pasar Raya Kota Pariaman
Perkembangan PDRB kota Pariaman
Tahun PDRB atas dasar harga berlaku
(miliar rupiah)
PDRB atas dasar harga konstan 2000
(miliar rupiah)
Pertumbuhan
(%)
Inflasi
(%)
2003 641.91 509.11 5.05 6.01
2004 715.22 535.81 5.24 5.87
2005 865.65 561.91 4.87 15.41
2006 1.019.92 589.88 4.98 12.24
2007 1.126.04 621.50 5.36 4.79
Sumber:[11][33]

Pariwisata

sunting

Kota Pariaman fokus membenahi dan mengembangkan sektor pariwisata bahari secara berkesinambungan karena memiliki pantai landai dengan pesona yang indah. Pariaman Utara. Selain itu Kota yang bermotto Sabiduak Sadayuang ini juga memiliki 6 (enam) pulau kecil yang tak berpenghuni yang terus dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai destinasi wisata oleh Pemerintah Kota setempat di antaranya Pulau Angso Duo, Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujuang, Pulau Tangah dan Pulau Kasiak.

Kota ini juga dikenal dengan pesta budaya tahunan tabuik[34][35][36] yang prosesi acaranya diselenggarakan mulai dari tanggal 1 Muharam sampai pada puncaknya tanggal 10 Muharam setiap tahunnya. Saat ini terdapat 2 museum rumah Tabuik yakni Rumah Tabuik Subarang di Jalan Imam Bonjol, Cimparuah Samping Balai Kota dan Rumah Tabuik Pasa di Jalan Syekh Burhanuddin, Karan Aua yang memuat informasi sejarah perkembangan dan pembuatan tabuik beserta replikanya.[37]

Budaya

sunting

Masyarakat di kota Pariaman ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan etnis Minangkabau umumnya. Sebagai kawasan yang berada dalam struktur rantau, beberapa pengaruh terutama dari Aceh masih dapat ditelusuri sampai sekarang, di antaranya penamaan atau panggilan untuk seseorang di kawasan ini, misalnya ajo (lelaki dewasa, dengan maksud sama dengan kakak) atau cik uniang (perempuan dewasa, dengan maksud sama dengan kakak) sedangkan panggilan yang biasa digunakan di kawasan darek adalah uda (lelaki) dan uni (perempuan). Selain itu masih terdapat lagi beberapa panggilan yang hanya dikenal di kota ini seperti bagindo, sutan atau sidi (sebuah panggilan kehormatan buat seseorang yang telah menikah dirumah mertuanya tapi tidak dirumah orang tua kandungnya).

Kemudian dalam tradisi perkawinan, masyarakat pada kota ini masih mengenal apa yang dinamakan Ba japuik yaitu semacam tradisi di mana pihak mempelai wanita mesti menyediakan uang dengan jumlah tertentu yang digunakan sebagai uang kehormatan untuk keluarga mempelai prianya.

Referensi

sunting
  1. ^ https://www.youtube.com/474jhyCS1DE?si=m_Geo-k9KBDC6gy7
  2. ^ a b Badan Pusat Statistik (2021). Pariaman dalam Angka, 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-02. Diakses tanggal 2022-03-02. 
  3. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-05. Diakses tanggal 30 Juli 2021. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 6 Desember 2021. 
  5. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 30 Juli 2021. 
  6. ^ Efendi, Feni; Weriantoni (2024). Kota Pariaman: Kota Pantai dengan Potensi Pariwisata, Perdagangan, Pendidikan, dan Perkembangan Sosial serta Ekonomi Pembangunan. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-8646-36-4. 
  7. ^ Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols.
  8. ^ Kathirithamby-Wells, J., (1969), Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663, JSEAH 10, 3:453-479.
  9. ^ Colombijn, Freek (1996), Padang, Cities (Elsevier), Vol. 13, Issue 4, August 1996, pp. 281-288, doi:10.1016/0264-2751(96)00010-8 Diarsipkan 2023-03-03 di Wayback Machine.. (Jurnal berbayar)
  10. ^ NA, VOC 1277, Mission to Pagaruyung, fols. 1027r-v
  11. ^ a b http://www.kotapariaman.go.id Diarsipkan 2005-10-28 di Wayback Machine. Profil Kota Pariaman Diarsipkan 2010-12-26 di Wayback Machine. (diakses pada 4 Juli 2010)
  12. ^ http://www.setneg.go.id Diarsipkan 2012-01-30 di Wayback Machine. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2002 Diarsipkan 2012-06-11 di Wayback Machine.
  13. ^ https://pariamankota.go.id/profil/kategori?id=1
  14. ^ https://langgam.id/wali-kota-pertama-pariaman-adlis-legan-meninggal-dunia/
  15. ^ https://sumbar.antaranews.com/berita/132589/sejarah-pariaman
  16. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-24. Diakses tanggal 2021-07-10. 
  17. ^ https://liputan6.com/news/read/64278/pariaman-menjadi-kotamadya
  18. ^ http://civitasbook.com/singo.php?cb=non&_i=wall&id1=aaaaaaaatamu&id2=&id3=aaaaasek4mahyudd_ppp
  19. ^ Setyo, Dodik (9 Oktober 2018). "Usai Dilantik, Wali Kota Padang Panjang dan Pariaman Beberkan Program 100 Hari". Radio Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-11. Diakses tanggal 1 Desember 2018. 
  20. ^ https://www.lintassumbar.co.id/2023/10/sk-pj-wako-belum-turun-yota-balad-dipastikan-jabat-plh-wako-pariaman.html
  21. ^ https://padangkita.com/sonny-pj-wako-padang-panjang-dan-roberia-pj-wako-pariaman-ini-pesan-mahyeldi/
  22. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Pariaman 2014-2019
  23. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Pariaman 2019-2024
  24. ^ GIS 2017
  25. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  26. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  27. ^ http://www.kotapariaman.go.id Diarsipkan 2005-10-28 di Wayback Machine. Jumlah Aparatur Diarsipkan 2009-07-02 di Wayback Machine. (diakses pada 4 Juli 2010)
  28. ^ http://www.kotapariaman.go.id Diarsipkan 2005-10-28 di Wayback Machine. Penduduk Diarsipkan 2008-10-16 di Wayback Machine. (diakses pada 4 Juli 2010)
  29. ^ http://www.kotapariaman.go.id Diarsipkan 2005-10-28 di Wayback Machine. Pendidikan Diarsipkan 2009-02-25 di Wayback Machine. (diakses pada 4 Juli 2010)
  30. ^ nisn.jardiknas.org Rekap data[pranala nonaktif permanen]
  31. ^ Dobbin, Christine E., (1992), Kebangkitan Islam dalam ekonomi petani yang sedang berubah: Sumatra Tengah, 1784-1847, INIS, ISBN 978-979-8116-12-4.
  32. ^ http://www.kotapariaman.go.id Diarsipkan 2005-10-28 di Wayback Machine. Pemko Pariaman Akan Terus Optimalkan Terminal Jati[pranala nonaktif permanen] (diakses pada 9 Juli 2010)
  33. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama BPS
  34. ^ Berkmoes, Ryan Ver, (2010), Lonely Planet Indonesia, Lonely Planet, ISBN 978-1-74104-830-8.
  35. ^ Indonesia magazine, (1994), Yayasan Harapan Kita.
  36. ^ Abidin, Mas'oed, (2005), Ensiklopedi Minangkabau, Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 978-979-3797-23-6.
  37. ^ "Wah… Ada Car Free Day di Pariaman Tiap Minggu Pagi" Diarsipkan 2014-02-24 di Wayback Machine.. Infosumbar.net. Diakses pada 21 Februari 2014.

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting