Konflik Israel–Palestina

konflik militer dan politik yang sedang berlangsung di Timur Tengah
(Dialihkan dari Konflik Israel-Palestina)

Konflik Israel–Palestina adalah konflik militer dan politik yang sedang berlangsung dari abad ke-19 hingga pada abad ke-21. Konflik ini merupakan salah satu konflik terpanjang yang masih berlangsung di dunia.[1] Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik sebagai bagian dari proses perdamaian Israel–Palestina,[2] di mana upaya perdamaian ini juga merupakan upaya lain untuk menyelesaikan konflik Arab–Israel yang lebih luas.[3]

Konflik Israel dan Palestina
Bagian dari Konflik Arab–Israel

Peta pendudukan Israel di Palestina, per Desember 2011
Tanggal1948 – sekarang
(75 Tahun)
LokasiIsrael, Palestina
Hasil Masih berlangsung
Pihak terlibat

Negara Palestina Otoritas Palestina


Fatah (Tepi Barat)
 Hamas (Jalur Gaza)
 Israel
Proses Perdamaian

Masalah utama dari konflik ini mencakup status kepemilikan Yerusalem, pemukiman Israel,[4] perbatasan, keamanan dan hak atas air serta kebebasan bergerak Palestina dan hak kembali Palestina.[5] Konflik antara dua pihak ini berdampak besar bagi media internasional, di mana akibat dari konflik ini berbagai media luar negeri banyak membahas hak-hak bersejarah, masalah keamanan, dan hak asasi manusia di Palestina.[6] Selain berdampak bagi media luar, konflik ini juga berdampak pada pariwisata, di mana terhambatnya akses umum ke wilayah-wilayah yang diperebutkan.[7] Beberapa upaya perdamaian menyarankan solusi pembentukan dua negara, yang melibatkan pembentukan negara Palestina merdeka dari Israel di mana solusi ini dulunya banyak didukung oleh bangsa Yahudi.[8] Namun, dukungan publik terhadap solusi dua negara yang sebelumnya mendapat dukungan dari warga Yahudi Israel dan Palestina, telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir.[9][10][11]

Latar belakang

Kembalinya beberapa nasionalis Arab-Palestina garis keras, di bawah kepemimpinan Haji Amin al-Husseini,[12] dari Damaskus ke Mandat Palestina menjadi pertanda dimulainya perjuangan nasionalis Arab Palestina menuju pendirian pemukiman nasional bagi orang Arab di Palestina.[13] Amin al-Husseini, perancang gerakan nasional Arab Palestina menganggap gerakan nasional Yahudi dan imigrasi Yahudi ke Palestina merupakan satu-satunya musuh perjuangannya, dan pada saat itu mereka memulai kerusuhan besar-besaran terhadap orang-orang Yahudi pada awal tahun 1920 di Yerusalem, dan tahun 1921 di Jaffa.[14] Salah satu akibat kekerasan tersebut adalah pembentukan pasukan paramiliter Yahudi bernama Haganah.[15] Pada tahun 1929, peristiwa kerusuhan ini mengakibatkan kematian 133 orang Yahudi dan 116 orang Arab, dengan banyak korban orang Yahudi di Hebron dan Safed, dan evakuasi orang Yahudi dari Hebron dan Gaza.[16]

Kekerasan kembali terjadi dan berlanjut secara sporadis hingga awal Perang Dunia II berakhir yang memakan korban sekitar 5.000 orang, sebagian besar dari pihak Arab.[17] Berakhirnya Perang Dunia II membuat situasi di daerah Palestina menjadi tenang. Hal ini menyebabkan berubahnya situasi ke arah sikap yang lebih moderat di antara orang-orang Arab Palestina di bawah kepemimpinan klan Nashashibi dan bahkan pembentukan Resimen Yahudi-Arab Palestina di bawah komando Inggris, yang memerangi Jerman di Afrika Utara.[18] Namun, pihak al-Husseini yang lebih radikal di pengasingan cenderung tetap bekerja sama dengan Nazi Jerman, dan berpartisipasi dalam pembentukan strategi propaganda pro-Nazi di seluruh dunia Arab.[19]

Kekalahan kaum nasionalis Arab di Irak dan relokasi al-Husseini ke Eropa yang diduduki Nazi mengikat mereka dalam operasi lapangan di Palestina secara teratur, menuntut agar Italia dan Jerman untuk  mengebom Tel Aviv.[20] Pada akhir Perang Dunia II, krisis mengenai nasib para penyintas Holocaust dari Eropa menyebabkan ketegangan baru antara Yishuv dan kepemimpinan Arab Palestina.[21] Kuota imigrasi ditetapkan oleh Inggris, sementara di sisi lain imigrasi ilegal dan pemberontakan Zionis terhadap Inggris semakin meningkat.[22][23]

Pada tanggal 29 November 1947, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa membuat Resolusi 181(II),[24] sebuah rencana untuk membagi Palestina menjadi negara Arab, serta negara Yahudi dan Kota Yerusalem. Namun keesokan harinya pada tanggal 30 November 1947[25] Palestina dilanda kekerasan, yang berlanjut selama empat bulan, di bawah provokasi dan serangan Arab yang terus-menerus.[26]

Liga Arab mendukung perjuangan Arab dengan membentuk Tentara Pembebasan Arab berbasis sukarelawan, mendukung Tentara Arab Palestina pada Perang Suci,[27] di bawah kepemimpinan Abdul al-Qadir al-Husayni dan Hasan Salama. Di pihak Yahudi, perang saudara dikelola oleh milisi bawah tanah besar antara Haganah,[28] Irgun dan Lehi  yang diperkuat oleh banyaknya veteran Yahudi yang ikut berpartisipasi pada Perang Dunia II dan sukarelawan asing.[29] Pada musim semi tahun 1948, sudah terlihat jelas bahwa pasukan Arab hampir mengalami kehancuran total, sementara pasukan Yishuv memperoleh lebih banyak wilayah yang menimbulkan banyak masalah bagi para pengungsi Arab Palestina.[30]

Sejarah

Sejarah dimulainya konflik Israel-Palestina berawal pada akhir abad ke-19,[31] ketika Zionis berusaha mendirikan tanah air bagi orang-orang Yahudi di Palestina yang saat itu masih dikuasai oleh Ottoman,[32] di mana saat itu diadakan sebuah deklarasi Balfour pada tahun 1917 yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris,[33] untuk mendukung gagasan tanah air Yahudi di Palestina. Hal ini menyebabkan masuknya imigran Yahudi ke wilayah tersebut setelah Perang Dunia II dan Holocaust.[34] Saat itu dukungan secara internasional meningkat untuk pembentukan negara Yahudi di Palestina, yang mengarah pada pembentukan Israel pada tahun 1948.[35][36]

Pembentukan Israel dan perang yang terjadi menyebabkan ratusan ribu warga Palestina mengungsi dan menjadi pengungsi,[37] sehingga memicu konflik selama puluhan tahun antara Israel dan rakyat Palestina.[38] Orang-orang Palestina berusaha untuk mendirikan negara merdeka mereka sendiri setidaknya di sebagian wilayah Palestina yang bersejarah.[39] Pertahanan Israel atas perbatasannya sendiri, kendali atas Tepi Barat, blokade Mesir-Israel di Jalur Gaza, dan politik dalam negeri Palestina saat ini menjadikan tujuan ini tidak dapat dicapai.[40]

Berbagai perundingan untuk upaya perdamaian telah dilakukan selama bertahun-tahun, namun perjanjian damai yang langgeng masih sulit dicapai.[41] Konflik tersebut ditandai dengan kekerasan, termasuk serangan teroris oleh militan Palestina dan operasi militer oleh Israel.[42] Amerika Serikat dan negara-negara lain juga ikut serta memainkan peran penting dalam upaya menengahi perdamaian, namun masih banyak kendala yang dihadapi, termasuk masalah pemukiman Israel di Tepi Barat, status Yerusalem, dan nasib akhir para pengungsi Palestina.[43]

Perang Israel dan negara-negara Arab tahun 1948 – 1949

Badan bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 15 Mei 1947 itu terdiri dari 11 negara, dan tanggal 31 Agustus 1947 di sidang umum PBB merekomendasikan pembagian wilayah Palestina dalam masa transisi, selama dua tahun dimulai pada tanggal 1 September 1947.[44] Saat itu Inggris mengumumkan niatnya menyerahkan Mandat Palestina ke tangan PBB, setelah aksi kekerasan terus terjadi di wilayah tersebut.[45] Akan tetapi, kelompok Zionis melancarkan serangan terus menerus kepada orang Inggris di wilayah itu.[46] Mereka menuntut dibukanya keran imigrasi untuk bangsa Yahudi, yang masih tertahan di kamp Holocaust Nazi Jerman.

Meskipun para pasukan Arab memerintahkan penduduk desa untuk mengungsi demi tujuan militer ke daerah terpencil, akan tetapi tidak ada bukti bahwa para pemimpin Arab menyerukan evakuasi dan bahkan sebagian besar mendesak warga Palestina untuk tetap tinggal di rumah mereka.[47] Penyerangan oleh Haganah terhadap pusat-pusat padat penduduk Arab seperti Jaffa dan Haifa serta pengusiran yang dilakukan oleh kelompok-kelompok seperti Irgun dan Lehi[48] seperti di Deir Yassin dan Lydda menyebabkan kekacauan sebagian besar masyarakat Arab.[49] Perang tersebut menghasilkan kemenangan bagi Israel, dengan berhasilnya Israel mencaplok wilayah di luar perbatasan partisi untuk usulan negara Yahudi, serta merebut beberapa perbatasan yang diusulkan sebagai negara Arab Palestina.[50][51]

1920-1948: Mandat Britania atas Palestina

Revolusi Arab dipimpin Amin Al-Husseini. Tak kurang dari 5.000 warga Arab terbunuh. Sebagian besar oleh Inggris. Ratusan orang Yahudi juga tewas. Husseini terbang ke Irak, kemudian ke wilayah Jerman, yang ketika itu dalam pemerintahan Nazi.

Secara sepihak Israel mengumumkan diri sebagai negara Yahudi. Inggris hengkang dari Palestina. Mesir, Suriah, Irak, Libanon, Yordania, dan Arab Saudi menabuh genderang perang melawan Israel.

1948-1967

3 April 1949. Israel dan Arab bersepakat melakukan gencatan senjata. Israel mendapat kelebihan wilayah 50 persen lebih banyak dari yang diputuskan dalam Rencana Pemisahan PBB.

Tahun 1968 hingga 1993

Pada bulan Juli 1968 para organisasi bersenjata non-negara seperti Fatah dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina berhasil memperoleh mayoritas suara di Dewan Nasional Palestina,[52] serta perolehan suara di Dewan Nasional Palestina di Kairo pada tanggal 3 Februari 1969, di mana melalui perolehan suara itu pemimpin Fatah yakni Yasser Arafat terpilih sebagai ketua PLO.[53] Sejak awal, organisasi ini menggunakan kekerasan bersenjata terhadap warga sipil dan militer selama konflik dengan Israel.[54] PLO mencoba mengambil alih penduduk Tepi Barat, namun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mendeportasi mereka ke Yordania, di mana mereka mulai bertindak melawan pemerintahan Yordania,[55] di mana 70% dari total warga Palestina di Yordania menyerang Israel berkali-kali menggunakan infiltrasi teroris serta menembakkan roket Katyusha, yang menyebabkan beberapa pembalasan dari Israel.[56]

Pada akhir tahun 1960-an, ketegangan antara Palestina dan pemerintah Yordania meningkat pesat,[57] di mana pada September 1970 terjadi bentrok berdarah militer antara Yordania dan organisasi bersenjata Palestina, di mana pada saat itu Raja Hussein dari Yordania beserta para pasukannya berhasil menumpas pemberontakan Palestina.[58]

Selama konflik bersenjata itu, ribuan orang terbunuh, yang sebagian besar korbannya adalah warga Palestina.[59] Pertempuran terus berlanjut hingga tahun 1982 PLO diusir ke Lebanon, di mana hal ini membuat PLO berhasil menguasai sebagian wilayah Lebanon.[60] Sejumlah besar warga Palestina berimigrasi ke Lebanon dengan puluhan ribu pengungsi Palestina yang sudah berada di sana.[61] Pusat kegiatan PLO kemudian beralih ke Lebanon, di mana mereka mendirikan pangkalan untuk melakukan serangan terhadap Israel dan melancarkan kampanye teror internasional, yang sebagian besar bertujuan untuk menculik pesawat perang Israel.[62][63] Daerah yang dikuasai oleh PLO itu dikenal oleh pers internasional dan penduduk lokal sebagai Tanah Fatah,[64] yang menciptakan ketegangan dengan warga lokal Lebanon yang menyebabkan Perang Saudara Lebanon yang berlangsung sejak tahun 1975 hingga tahun 1990.[65][66]

Perjanjian Oslo

Upaya perdamaian oleh Oslo

Upaya perdamaian di tanah Arab telah diupayakan oleh pemerintah dunia sejak tahun 1939. konflik yang terus berkepanjangan antara Palestina dan Israel bermula ketika perjanjian Camp David antara Mesir dan Israel tidak berjalan lancar.[67] Perjanjian Camp David yang disetujuai oleh pemerintah Mesir dan Israel yang mengindikasikan pengembalian Semenanjung Sinai kepada Mesir dan pembahasan pembentukan pemerintahan otonomi di Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai masa depan Palestina dianggap gagal.[68] Diwaktu yang sama, Israel menolak untuk melakukan negosiasi dengan PLO berujung dengan berbagai macam konflik seperti Perang Lebanon 1982 dan pembantaian di Kamp pengungsian Sabra dan Shatila pada 16 hingga18 September 1982.[69] Semakin memanasnya hubungan anatara Palestina juga ditandai dengan pecahnya perang intifada atau perlawanan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel di jalur Gaza, Tepi Barat dan Jersalem Timur pada tahun 1987.[70] Perjanjian damai antara Palestina dan Israel terus diupayakan untuk menekan terjadinya pelebaran konflik dengan beberapa perjanjian seperti perjanjian OSLO I dan OSLO II.[71] Perjanjian ini melingkupi kesepakatan yang ditandatangani oleh pemerintah Israel dan Palestina, yang diwakilkan dengan kepemimpinan Organisasi Pembebasan Palestina.[72]

Pada bulan Agustus 1993, terungkap bahwa negosiasi rahasia di Oslo, Norwegia antara pejabat tinggi Israel dan Palestina telah menghasilkan perjanjian Israel-Palestina yang pertama.[73] Pembicaraan tersebut, yang dimulai beberapa bulan sebelumnya di bawah naungan Kementerian Luar Negeri Norwegia, dimulai secara informal dengan diplomat dan akademisi tingkat rendah Israel dan Palestina.[74] Namun seiring dengan semakin suksesnya penyusunan perjanjian, perundingan ditingkatkan dan segera dilakukan oleh pejabat tinggi Israel dan Palestina.

1993-2000: Proses perdamaian Oslo

 
Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat berjabat tangan,dipantau oleh Bill Clinton, pada penandatanganan Persetujuan Oslo pada 13 September 1993

13 September 1993. Israel dan PLO bersepakat untuk saling mengakui kedaulatan masing-masing. Pada Agustus 1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya adalah Kesepakatan Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa "memerintah" di kedua wilayah itu. Arafat "mengakui hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai". 28 September 1995, Implementasi Perjanjian Oslo Otoritas Palestina segera berdiri.

September 1996. Kerusuhan terowongan Al-Aqsa. Israel sengaja membuka terowongan menuju Masjidil Aqsa untuk memikat para turis, yang justru membahayakan fondasi masjid bersejarah itu. Pertempuran berlangsung beberapa hari dan menelan korban jiwa.

Situasi saat ini

Sejak Persetujuan Oslo, Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina secara resmi telah bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara. Masalah-masalah utama yang tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini adalah:

  • Status dan masa depan Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur yang mencakup wilayah-wilayah dari Negara Palestina yang diusulkan.
  • Keamanan Israel.
  • Keamanan Palestina.
  • Hakikat masa depan Negara Palestina.
  • Nasib para pengungsi Palestina.
  • Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib para penduduk pemukiman itu.
  • Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci dan kompleks Tembok (Ratapan) Barat.

Masalah pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948. Masalah Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat dari Perang Enam Hari pada 1967.

Selama ini telah terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan berbagai tingkat intensitasnya dan konflik gagasan, tujuan, dan prinsip-prinsip yang berada di balik semuanya. Pada kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif, dll. Ada pula orang-orang yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang satu atau yang lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul taktik-taktik yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari tujuan-tujuan dari kedua belah pihak. Dan menyebutkan "kedua belah" pihak itu sendiri adalah suatu penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang berbagai partai politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada partai-partai Yahudi Israel.

Mengingat pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas mengenai sifat konflik ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti, mereka yang menganjurkan perlawanan Palestina dengan kekerasan biasanya membenarkannya sebagai perlawanan yang sah terhadap pendudukan militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas Palestina, yang didukung oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S. Banyak yang cenderung memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan serangan-serangan, yang sering kali dilakukan terhadap warga sipil, di wilayah Israel itu sendiri.

PLO Al-Fatah Hamas JIP
    Berkas:Hamas logo.png  
Lambang-lambang dari organisasi-organisasi utama Palestina termasuk peta wilayah Israel sekarang, Tepi Barat dan Jalur Gaza. (Sejumlah besar penduduk Palestina maupun Israel sama-sama mengklaim hak atas seluruh wilayah ini).

Demikian pula, mereka yang bersimpati dengan aksi militer Israel dan langkah-langkah Israel lainnya dalam menghadapi bangsa Palestina cenderung memandang tindakan-tindakan ini sebagai pembelaan diri yang sah oleh bangsa Israsel dalam melawan kampanye terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Palestina seperti Hamas, Jihad Islami, Al Fatah dan lain-lainnya, dan didukung oleh negara-negara lain di wilayah itu dan oleh kebanyakan bangsa Palestina, sekurang-kurangnya oleh warga Palestina yang bukan merupakan warga negara Israel. Banyak yang cenderung percaya bahwa Israel perlu menguasai sebagian atau seluruh wilayah ini demi keamanannya sendiri. Pandangan-pandangan yang sangat berbeda mengenai keabsahan dari tindakan-tindakan dari masing-masing pihak di dalam konflik ini telah menjadi penghalang utama bagi pemecahannya.

 
Sebuah poster gerakan perdamaian: Bendera Israel dan bendera Palestina dan kata-kata Salaam dalam bahasa Arab dan Shalom dalam bahasa Ibrani. Gambar-gambar serupa telah digunakan oleh sejumlah kelompok yang menganjurkan solusi dua negara dalam konflik ini.

Sebuah usul perdamaian saat ini adalah peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 "reservasi". Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh "kehadiran sipil dan militer... yang permanen" di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan "mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza." Pemerintah Israel berpendapat bahwa "akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan," sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel "akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok [artinya, Penghalang Tepi Barat Israel] dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini" [1] [2] Diarsipkan 2005-12-29 di Wayback Machine..

Dengan rencana pemisahan diri sepihak, pemerintah Israel menyatakan bahwa rencananya adalah mengizinkan bangsa Palestina untuk membangun sebuah tanah air dengan campur tangan Israel yang minimal, sementara menarik Israel dari situasi yang diyakininya terlalu mahal dan secara strategis tidak layak dipertahankan dalam jangka panjang. Banyak orang Israel, termasuk sejumlah besar anggota partai Likud—hingga beberapa minggu sebelum 2005 berakhir merupakan partai Sharon—kuatir bahwa kurangnya kehadiran militer di Jalur Gaza akan mengakibatkan meningkatnya kegiatan penembakan roket ke kota-kota Israel di sekitar Gaza. Secara khusus muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok militan Palestina seperti Hamas, Jihad Islami atau Front Rakyat Pembebasan Palestina akan muncul dari kevakuman kekuasaan apabila Israel memisahkan diri dari Gaza.

Korban

Korban sipil yang tewas akibat konflik Israel-Palestina, data berasal dari B'tselem dan Kementerian Luar Negeri Israel antara tahun 1987 hingga 2011[75][76][77][78]
(angka dalam tanda kurung merupakan korban yang berusia di bawah 18 tahun)
Tahun Kematian
Palestina Israel
2011 118 (13) 11 (5)
2010 81 (9) 8 (0)
2009 1034 (314) 9 (1)
2008 887 (128) 35 (4)
2007 385 (52) 13 (0)
2006 665 (140) 23 (1)
2005 190 (49) 51 (6)
2004 832 (181) 108 (8)
2003 588 (119) 185 (21)
2002 1032 (160) 419 (47)
2001 469 (80) 192 (36)
2000 282 (86) 41 (0)
1999 9 (0) 4 (0)
1998 28 (3) 12 (0)
1997 21 (5) 29 (3)
1996 74 (11) 75 (8)
1995 45 (5) 46 (0)
1994 152 (24) 74 (2)
1993 180 (41) 61 (0)
1992 138 (23) 34 (1)
1991 104 (27) 19 (0)
1990 145 (25) 22 (0)
1989 305 (83) 31 (1)
1988 310 (50) 12 (3)
1987 22 (5) 0 (0)
Total 7978 (1620) 1503 (142)

Upaya perdamaian

Konflik masyarakat Israel dan Palestina ini menimbulkan beragam pandangan dan opini. Sejak awal konflik, korban konflik tidak hanya sebatas pada para pihak militer, namun banyak juga warga sipil menjadi korban akibat dari konflik ini.[79] Sebanyak 32% warga Yahudi Israel mendukung kemerdekaan Palestina dengan dibaginya wilayah berdasarkan garis ideologi. Akan tetapi banyak juga masyarakat yang mendukung mempertahankan status quo.[80][81]

Sekitar 70% warga Palestina (65% di Jalur Gaza dan 35% di Tepi Barat), mendukung serangan bersenjata terhadap warga Israel di wilayah Israel sebagai cara untuk mencegah pendudukan warga Yahudi, sementara 30% lainnya mendukung pembagian dua negara adalah solusi yang tepat,[82] karena Palestina tidak mungkin lagi melakukan perluasan daerah. Lebih dari dua pertiga warga Yahudi Israel mengatakan bahwa, jika Tepi Barat dianeksasi oleh Israel, warga Palestina yang tinggal di sana tidak boleh diizinkan untuk memilih.[83]

Rasa saling tidak percaya dan perbedaan pendapat yang signifikan sangat erat kaitannya dengan isu-isu mendasar, begitu pula dengan skeptisisme timbal balik mengenai komitmen pihak lain untuk menegakkan kewajiban dalam perjanjian bilateral.[84]

Sejak tahun 2006 pihak Palestina telah terpecah belah akibat konflik antara Fatah, di mana partai yang secara tradisional yakni Hamas (sebuah kelompok Islam militan yang menguasai Jalur Gaza) dominan dalam pemilu. Sejak saat itu, Hamas dan Israel telah berperang sebanyak lima kali, di mana perang yang terakhir terjadi pada tahun 2023.[85]

Upaya untuk memperbaiki hal ini telah berulang kali dan terus berlanjut. Dua pihak yang melakukan perundingan langsung adalah pemerintah Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Perundingan resmi dimediasi oleh Kuartet Timur Tengah, yang terdiri dari PBB , Amerika Serikat, Rusia, dan Uni Eropa. Putaran terakhir perundingan perdamaian dimulai pada Juli 2013 namun terhenti pada tahun 2014.[86]

Lihat pula

 
Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza berada di pusat konflik Israel-Palestina.

Etnisitas

Agama

Geografi

Tempat-tempat penting

Ideologi dan gagasan

Laporan media

Organisasi dan angkatan bersenjata

Tokoh

Israel

Palestina

Lainnya

Konflik-konflik terkait

Referensi

  1. ^ "BBC NEWS". news.bbc.co.uk. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  2. ^ Munayer, Salim J.; Loden, Lisa (2014-02-01). Through My Enemy's Eyes: Envisioning Reconciliation in Israel-Palestine. Authentic Media Inc. ISBN 978-1-84227-859-8. 
  3. ^ "Balfour Declaration | History & Impact | Britannica". www.britannica.com. 2023-10-11. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  4. ^ "Canadian Policy on Key Issues in the Israeli-Palestinian Conflict". web.archive.org. 2018-02-18. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  5. ^ "Wayback Machine" (PDF). web.archive.org. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  6. ^ Indonesia, C. N. N. "Apa itu Solusi Dua Negara Terkait Konflik Israel-Palestina?". internasional. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  7. ^ "'Terjadi kejahatan perang' dalam konflik di Gaza antara Israel dan milisi Palestina". BBC News Indonesia. 2021-07-28. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  8. ^ Grinberg, Lev Luis (2009-09-10). Politics and Violence in Israel/Palestine: Democracy Versus Military Rule (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-135-27589-1. 
  9. ^ "Two States for Two People? A Long Decline in Support". en.idi.org.il (dalam bahasa Ibrani). 2018. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  10. ^ "With only 40% support, Israelis still think 2 states best option - poll". The Jerusalem Post | JPost.com. 2021-08-04. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  11. ^ "Public Opinion Poll No (84) | PCPSR". pcpsr.org. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  12. ^ History of Husseini and Conlfict Israeli - Palestine (PDF). diposit.ub.edu. hlm. 01. 
  13. ^ "Amin al-Husseini | Biography, Family, Jerusalem, & Palestine | Britannica". www.britannica.com. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  14. ^ Kessler, Oren. "1921 Jaffa riots 100 years on: Mandatory Palestine's 1st 'mass casualty' attack". www.timesofisrael.com. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  15. ^ admin. "The 1929 Palestine Riots – A Conflicted Jewish Historiography by William M Mathew | Balfour Project". Diakses tanggal 2023-10-24. 
  16. ^ "The Hebron Riots of 1929: Consequences and Lesson | Hudson". www.hudson.org. 2023-10-16. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  17. ^ "British Library". www.bl.uk. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  18. ^ Abbasi, Mustafa (2019-04). "Palestinians fighting against Nazis: The story of Palestinian volunteers in the Second World War". War in History (dalam bahasa Inggris). 26 (2): 227–249. doi:10.1177/0968344517696527. ISSN 0968-3445. 
  19. ^ "Goda on Gensicke, 'The Mufti of Jerusalem and the Nazis: The Berlin Years, 1941-1945' | H-Net". networks.h-net.org. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  20. ^ "Hajj Amin al-Husayni: Wartime Propagandist". encyclopedia.ushmm.org. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  21. ^ "Amin Al-Husseyni and Otority in Palestine" (PDF). www.diplomatie.gouv.fr. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  22. ^ "Jordan - History - The Tragedy of Palestine". www.kinghussein.gov.jo. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  23. ^ Moussa, Emad (2023-05-02). "Palestine's 1936 Great Revolt revisited". www.newarab.com. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  24. ^ "United Nations General Assembly Resolution 181 - "The World and Japan" Database". worldjpn.net. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  25. ^ "UN Partition Plan, 1947". Interactive Encyclopedia of the Palestine Question – palquest. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  26. ^ "9. British Palestine (1917-1948)". uca.edu. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  27. ^ "جريدة القدس". www.alquds.com. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  28. ^ "Palestinian freedom fighter takes pride in defending Jerusalem". www.aa.com.tr. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  29. ^ Nicol, Mark (2023-10-19). "IDF poised to invade Gaza as minister vows 'total annihilation'". Mail Online. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  30. ^ "THE HAGANA - OFFICIAL SITE". www.irgon-haagana.co.il. Diakses tanggal 2023-10-24. 
  31. ^ Redaksi (2023-10-15). "Akar-Akar Konflik Israel-Palestina". UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Diakses tanggal 2023-10-23. 
  32. ^ abbalove. "Masa Khilafah Ottoman di wilayah Palestina | Abbalove Ministries". Diakses tanggal 2023-10-23. 
  33. ^ Tahhan, Zena Al (2017-10-29). "More than a century on: The Balfour Declaration explained". www.aljazeera.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-10-23. 
  34. ^ Refugees, United Nations High Commissioner for. "Refworld | Chronology for Palestinians in Israel". Refworld. Diakses tanggal 2023-10-23. 
  35. ^ "Historical Timeline: 1900-Present - Israeli-Palestinian - ProCon.org". Israeli-Palestinian. Diakses tanggal 2023-10-23. 
  36. ^ "Declaration of Israel's Independence, 1948 | American Experience | PBS". www.pbs.org. Diakses tanggal 2023-10-23. 
  37. ^ "How 1948 Still Influences the Israeli-Palestinian Conflict". Time (dalam bahasa Inggris). 2018-05-14. Diakses tanggal 2023-10-23. 
  38. ^ "Israel's apartheid against Palestinians". Amnesty International. 2022-02-01. Diakses tanggal 2023-10-23. 
  39. ^ "Milestones: 1993–2000 - Office of the Historian". history.state.gov. Diakses tanggal 2023-10-23. 
  40. ^ "Israel strikes and seals off Gaza after incursion by Hamas, which vows to execute hostages". AP News. 2023-10-09. Diakses tanggal 2023-10-23. 
  41. ^ Brzozowski, Alexandra (2023-09-24). "EU hopes to drive new international peace effort for Israel and Palestine". www.euractiv.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-10-23. 
  42. ^ "Israeli-Palestinian peace talks". www.timesofisrael.com. Diakses tanggal 2023-10-23. 
  43. ^ "Hamas-Israel conflict: Which nation can be the mediator? – DW – 10/13/2023". dw.com. Diakses tanggal 2023-10-23. 
  44. ^ "The Declaration of the Establishment of the State of Israel". www.gov.il. Diakses tanggal 25 Oktober 2023. 
  45. ^ "Kisah Perang Arab-Israel 1948, Staregi Jitu Israel Membuatnya Menang & Deklarasi Kemerdekaan Sepihak". Serambinews.com. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  46. ^ "Israel-Hamas war cuts deep into Germany's soul". POLITICO (dalam bahasa Inggris). 2023-10-21. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  47. ^ "Israel's recent call for mass evacuation echoes catastrophic 1948 Palestinian exodus". PBS NewsHour. 2023-10-13. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  48. ^ "TERROR OUT OF ZION - IRGUN ZVAI LEUMI, LEHI, AND THE PALESTINE UNDERGROUND, 1929-1949 | Office of Justice Programs". www.ojp.gov. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  49. ^ "Localized Nature of Fighting Favoured Arabs They Knew The Terrain They Succeeded". www.coursehero.com. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  50. ^ "Israel concluded armistice agreements with Jordan, Egypt, Syria, and Lebanon, thus reaching an official cessation of hostilities of the first Arab-Israeli war that had started in May 1948". embassies.gov.il. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  51. ^ "Memandang Akhir dari Konflik Palestina Israel". www.its.ac.id. 16 September 2021. Diakses tanggal 25 Oktober 2023. 
  52. ^ "The Palestinian National Liberation Movement – Fatah (I)". Interactive Encyclopedia of the Palestine Question – palquest. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  53. ^ "Politics: Palestinian National Dialogue in Cairo Ahead of Upcoming Elections". www.freiheit.org. 2021-02-09. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  54. ^ Holt, Maria (2003). "Palestinian Women, Violence, and the Peace Process". Development in Practice. 13 (2/3): 223–238. ISSN 0961-4524. 
  55. ^ "Just Vision". justvision.org. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  56. ^ "Palestine Liberation Organization (PLO) | ADL". www.adl.org. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  57. ^ Holt, Maria (2003). "Palestinian Women, Violence, and the Peace Process". Development in Practice. 13 (2/3): 223–238. ISSN 0961-4524. 
  58. ^ Abrahams, Fred (2009-04-20). "Under Cover of War". Human Rights Watch. 
  59. ^ "Learning from the Oslo Accords to foster a new rights" (PDF). oxfamilibrary.openrepository.com. Diakses tanggal 25 Oktober 2023. 
  60. ^ "Rockets fired at Israel fall in Jordan-source". Reuters (dalam bahasa Inggris). 2010-04-22. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  61. ^ "Jordan's Black September, 1970 – Association for Diplomatic Studies & Training". adst.org. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  62. ^ "How Pakistan's Zia-ul-Haq helped Jordan king massacre thousands of Palestinians". India Today (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-10-25. 
  63. ^ Matamis, Joaquin (2023-10-12). "Hamas is Only One of Four Iranian Fronts Against Israel • Stimson Center". Stimson Center. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  64. ^ Salhani, Mat Nashed,Justin. "Israel's war in Gaza revives Sabra and Shatila massacre memories in Lebanon". www.aljazeera.com. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  65. ^ Liputan6.com (2023-04-13). "13 April 1975: Penyerangan Bus di Beirut Mengawali Perang Saudara Lebanon, 27 Orang Palestina Tewas". liputan6.com. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  66. ^ October 2023, Naharnet Newsdesk 11; 13:22. "Bassil warns against return to 'Fatah Land' era". Naharnet. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  67. ^ "Perjanjian Camp David" (PDF). repository.umu.ac.id. Diakses tanggal 25 Oktober 2023. 
  68. ^ Miller, Aaron David (2023-09-13). "Why the Oslo Peace Process Failed". Foreign Policy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-10-25. 
  69. ^ Media, Kompas Cyber (2021-05-12). "Perjanjian Oslo: Jejak Upaya Damai Atas Konflik Israel dan Palestina yang Terus Dilanggar". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  70. ^ Morrison, Suzanne (2020-12). "Whither the State? The Oslo Peace Process and Neoliberal Configurations of Palestine". Social Science Quarterly (dalam bahasa Inggris). 101 (7): 2465–2484. doi:10.1111/ssqu.12914. ISSN 0038-4941. 
  71. ^ "The Oslo Accords/Oslo Process | ADL". www.adl.org. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  72. ^ developer, mediaindonesia com (2023-09-10). "Tiga Dekade Upaya Perdamaian Utama Palestina-Israel". mediaindonesia.com. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  73. ^ "Israeli–Palestinian Peacemaking". www.chathamhouse.org. Juli 2018. Diakses tanggal 25 Oktober 2023. 
  74. ^ Aharoni, Sarai (2011-09). "Gender and "Peace Work": An Unofficial History of Israeli-Palestinian Peace Negotiations". Politics & Gender (dalam bahasa Inggris). 7 (3): 391–416. doi:10.1017/S1743923X11000274. ISSN 1743-9248. 
  75. ^ Data tabulated from "B'Tselem – Statistics – Fatalities in the first Intifada." B'Tselem.
  76. ^ "Fatal Terrorist Attacks in Israel Since the Declaration of Principles." Jewish Virtual Library. 31 August 2010.
  77. ^ "Fatal Terrorist Attacks in Israel Since the DOP (Sept 1993)." Israel Ministry of Foreign Affairs. 24 September 2000.
  78. ^ "The Intrafada: Palestinians Killed by Palestinians." Jewish Virtual Library.
  79. ^ SARWINDANINGRUM, IRENE (2023-10-12). "Perang Israel-Hamas, dan Krisis Sandera di Gaza". kompas.id. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  80. ^ "Israel Dukung Kemerdekaan, Palestina Menang? - PinterPolitik.com". www.pinterpolitik.com. 2022-10-10. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  81. ^ "On the Eve of the Jewish New Year: How Optimistic Are Israelis and What Are Their Opinions on Iran and the Two-State Solution?". en.idi.org.il (dalam bahasa Ibrani). 2022. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  82. ^ "Mengapa banyak warga Yahudi yang ingin menetap di kawasan pendudukan Tepi Barat?". BBC News Indonesia. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  83. ^ Sherwood, Harriet (2012-10-23). "Israeli poll finds majority would be in favour of 'apartheid' policies". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  84. ^ "Just Another Forgotten Peace Summit". Haaretz (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-10-17. 
  85. ^ "What does the Middle East offer America?". The Economist. ISSN 0013-0613. Diakses tanggal 2023-10-17. 
  86. ^ Keller-Lynn, Carrie. "Bennett announces coalition's demise, new elections: 'We did our utmost to continue'". www.timesofisrael.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-10-17. 

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar