Kesultanan Rum

bekas kesultanan di Anatolia
(Dialihkan dari Kesultanan Rûm)

Kesultanan Rum (bahasa Turki: Anadolu Selçuklu Devleti, yang berarti "Negara Seljuk Anatolia" atau bahasa Turki: Türkiye Selçuklu Devleti yang berarti "Negara Seljuk Turki";[4] bahasa Persia: سلجوقیان روم Saljūqiyān-i Rūm), merupakan sebuah negara Muslim Sunni,[5] dengan tradisi Persia-Turki abad pertengahan,[6] di Anatolia. Keberadaannya dimulai dari tahun 1077 sampai 1307, dengan ibu kota pertamanya di İznik (Nicea) dan kemudian di Konya (Ikonium). Bagaimanapun istana kesultanan ini mobilitasnya tinggi, kota-kota seperti Kayseri dan Sivas untuk sementara waktu juga berfungsi sebagai ibu kota. Kesultanan ini mencapai puncaknya saat wilayahnya terbentang di Anatolia tengah, dari garis pantai Antalya dan Alanya di pesisir Laut Tengah sampai wilayah Sinop di Laut Hitam. Di bagian timur, kesultanan ini mengabsorb negara-negara Turki lainnya sampai ke Danau Van. Batasnya di bagian barat berada di dekat Denizli dan pintu-pintu masuk cekungan Aegea.

Kesultanan Rum

Anadolu Selçuklu Devleti
سلجوقیان روم
1077–1307
Bendera Rum
Elang Romawi digunakan sebagai sebuah simbol untuk Kesultanan Rum (Roma)
Ekspansi Kesultanan Rum pada ca 1100–1240.
  Kesultanan Rum pada 1100
  Direbut dari Danishmends hingga 1174
  Direbut dari Byzantium hingga 1182
  Penaklukan lain hingga 1243
StatusKesultanan
Ibu kotaNicea (İznik)
Ikonium (Konya)
Sivas
Bahasa yang umum digunakanPersia (resmi & literatur)[1][2]
Turki Anatolia Lama[3]
Sultan 
• 1077–1086
Suleiman I dari Rûm
• 1220–1237
Kayqubad I
• 1303–1308
Mesud II
Sejarah 
• Pemisahan dari Kesultanan Seljuk Raya
1077
• Perselisihan internal Menyebabkan Runtuhnya Kesultanan Rum
1307
Luas
1243400.000 km2 (150.000 sq mi)
Didahului oleh
Digantikan oleh
kslKesultanan
Seljuk Raya
Danishmend
Mengujekids
Saltukids
dnsDinasti
Artuqid
Beylik
kslKesultanan
Utsmaniyah
Ilkhanat
krjKerajaan
Armenia Kilikia
Sekarang bagian dari
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Kesultanan Rum, 1190
Peta Eropa pada abad ke 1097, di mana Kesultanan Rum menguasai Anatolia.

Istilah "Rûm" berasal dari kata Arab yang berarti Kekaisaran Romawi.[7] Orang Seljuk menyebut daratan kesultanan mereka dengan nama Rum karena didirikan di wilayah yang sejak dahulu dianggap sebagai "Romawi", yaitu Bizantium, oleh para tentara Muslim.[8] Negara ini terkadang disebut Kesultanan Konya (atau Kesultanan Ikonium) dalam sumber-sumber Barat yang lebih lama.

Kesultanan ini mengalami kemakmuran khususnya selama akhir abad ke-12 dan awal abad ke-13 setelah merebut pelabuhan-pelabuhan utama Bizantium di pesisir Laut Hitam dan Laut Tengah. Seljuk membantu perkembangan perdagangan di Anatolia melalui program bangunan karavanserai, yang mana memfasilitasi arus barang dari Iran dan Asia Tengah ke pelabuhan-pelabuhan tersebut. Hubungan dagang yang kuat dengan pihak Genoa terbentuk selama periode ini. Peningkatan kemakmuran memungkinkan kesultanan ini untuk menyerap negara-negara Turki lainnya yang telah didirikan di Anatolia timur setelah Pertempuran Manzikert, yaitu: Danishmend, Mengujekids, Saltukids, dan Artuqid. Para sultan Seljuk berhasil menanggung beban dari Perang Salib, namun pada tahun 1243 menyerah terhadap bangsa Mongol yang sedang melakukan perluasan wilayah. Seljuk kemudian menjadi vasal dari bangsa Mongol setelah Pertempuran Köse Dağ. Meskipun ada upaya-upaya dari para pengelola yang cerdik untuk menjaga integritas negara ini, kekuatan kesultanan ini mengalami disintegrasi selama paruh kedua abad ke-13 dan menghilang sepenuhnya pada dekade pertama abad ke-14.

Dalam beberapa dekade terakhirnya, sejumlah kepangeranan kecil (atau beylik) bangkit untuk berkuasa di wilayah kesultanan ini, misalnya Dinasti Osman yang kemudian mendirikan Kekaisaran Ottoman (Kesultanan Utsmaniyah) di bagian barat Kesultanan Rum.

Sejarah

sunting

Pendirian

sunting

Sejak dekade 1030-an, berbagai kelompok Turki nomaden yang mencari ladang subur telah menembus perbatasan Bizantium, mencapai daerah Anatolia.[9] Pada dekade 1070-an setelah Pertempuran Manzikert, seorang jenderal Seljuk Sulaiman bin Qultumish berhasil mengonsolidasikan kekuatan di Anatolia Barat.[10] Dalam rentang waktu 1075 hingga 1081, Sulaiman berhasil menguasai kota-kota Bizantium di Nikea (sekarang İznik) dan juga untuk sementara waktu menguasai Nicomedia (sekarang İzmit). Sekitar dua tahun setelahnya, ia mendirikan sebuah kerajaan, yang meskipun awalnya merupakan vasal Bizantium, negara tersebut menjadi semakin independen setelah enam hingga sepuluh tahun. Meskipun demikian, Sulaiman ditugaskan oleh kaisar Bizantium Aleksius I Komnenus pada tahun 1085 untuk menaklukkan kembali Antiokhia dan yang pertama melakukan perjalanan ke sana melalui rute rahasia, yang kemungkinan dipandu oleh orang-orang Bizantium.[11]

Pada tahun 1086, Sulaiman berupaya untuk menaklukan Aleppo, tetapi gagal dan justru tewas dalam Pertempuran Ain Salm.[12] Setelah kejadian tersebut, putra Sulaiman, Kilij Arslan I dipenjara dan salah seorang jenderalnya, Abu al-Qasim, mengambil alih kekuasaan di Nikea. Mengikuti kematian Sultan Malik Syah pada tahun 1092, Kilij Arslan dibebaskan dari penjara dan menetap di wilayah ayahnya pada tahun 1092 hingg 1094, kemungkinan besar atas persetujuan dari putra dan penerus Malik Shah, Berkyaruq.[13]

Penaklukan mongol

sunting

Pasukan Kekaisaran Mongol berhasil merebut Erzurum pada tahun 1242 dan pada tahun 1243, dengan pasukan Sultan Keyhusrev II dihancurkan oleh Baiju pada Pertempuran Köse Dağ, yang mengakibatkan suku Turki Seljuk dipaksa untuk bersumpah setia kepada bangsa Mongol dan menjadi pengikut mereka.[14] Sang sultan sendiri melarikan diri ke Antalya setelah pertempuran tersebut, dan ia meninggal pada tahun 1246. kematian Sultan Keyhusrev II memulai periode pemerintahan tripartit, dan kemudian diarki, yang berlangsung hingga tahun 1260.

Wilayah kekuasaan Seljuk dibagi di antara ketiga putra Keykhusrev. Putra tertua, Kaykaus II (1246–1260), mengambil alih kekuasaan di sebelah barat sungai Kızılırmak. Sementara adik-adiknya, Kilij Arslan IV (1248–1265) dan Kayqubad II (1249–1257), memerintah wilayah sebelah timur sungai di bawah pemerintahan Mongol. Pada bulan Oktober 1256, Bayju mengalahkan Kaykaus II di dekat Aksaray dan seluruh Anatolia secara resmi di bawah kekuasaan Möngke Khan. Pada tahun 1260, Kaykaus II melarikan diri dari Konya ke Krimea dan meninggal pada tahun 1279. Kilij Arslan IV dieksekusi pada tahun 1265, dan Keykhusrev III (1265–1284) menjadi penguasa de jure seluruh Anatolia, dengan kekuasaan de facto dijalankan oleh bangsa Mongol atau bupati-bupati sultan yang berpengaruh.

Lihat pula

sunting
 
Sejarah bangsa Turk
Sejarah bangsa Turk
Sebelum abad ke-14
Kekhaganan Turk 552–744
  Turk Barat
  Turk Timur
Kekhaganan Avar 564–804
Kekhaganan Khazar 618–1048
Xueyantuo 628–646
Bulgaria Besar 632–668
  Danube Bulgaria
  Volga Bulgaria
Persatuan Kangar 659–750
Kekhaganan Turgesh 699–766
Kekhaganan Uighur 744–840
Negara Karluk Yabgu 756–940
Kekhanan Kara-Khanid 840–1212
  Kara-Khanid Barat
  Kara-Khanid Timur
Dinasti Gansu Uighur 848–1036
Kerajaan Qocho 856–1335
Kekhanan Pecheneg
860–1091
Kekhanan Kimek
743–1035
Cumania
1067–1239
Negara Oghuz Yabgu
750–1055
Kekaisaran Ghaznawiyah 963–1186
Kekaisaran Seljuk 1037–1194
  Kesultanan Seljuk Rum
Kekaisaran Khwarezmia 1077–1231
Kekhanan Kerait Abad ke 11–13
Kesultanan Delhi 1206–1526
  Dinasti Mamluk
  Dinasti Khilji
  Dinasti Tughlaq
Gerombolan Emas | [15][16][17] 1240an–1502
Kesultanan Mamluk (Kairo) 1250–1517
  Dinasti Bahri

Referensi

sunting
  1. ^ Grousset, Rene, The Empire of the Steppes: A History of Central Asia, (Rutgers University Press, 2002), 157; "...the Seljuk court at Konya adopted Persian as its official language.".
  2. ^ Bernard Lewis, Istanbul and the Civilization of the Ottoman Empire, (University of Oklahoma Press, 1963), 29; "The literature of Seljuk Anatolia was almost entirely in Persian...".
  3. ^ Encyclopedia Britannica: "Modern Turkish is the descendant of Ottoman Turkish and its predecessor, so-called Old Anatolian Turkish, which was introduced into Anatolia by the Seljuq Turks in the late 11th century ad." [1]
  4. ^ http://dergiler.ankara.edu.tr/dergiler/18/35/310.pdf
  5. ^ "Institutionalisation of Science in the Medreses of pre-Ottoman and Ottoman Turkey", Ekmeleddin Ihsanoglu, Turkish Studies in the History and Philosophy of Science, ed. Gürol Irzik, Güven Güzeldere, (Springer, 2005), 266.
  6. ^ Bernard Lewis, Istanbul and the Civilization of the Ottoman Empire, 29; "Even when the land of Rum became politically independent, it remained a colonial extension of Turco-Persian culture which had its centers in Iran and Central Asia","The literature of Seljuk Anatolia was almost entirely in Persian...".
  7. ^ Christianity in Persia and the Status of Non-muslims in Iran By A. Christian Van Gorder, P.215
  8. ^ Alexander Kazhdan, "Rūm" The Oxford Dictionary of Byzantium (Oxford University Press, 1991), vol. 3, p. 1816.
  9. ^ Peacock, Acs; Yildiz, Sara Nur, ed. (2013). The Seljuks of Anatolia: Court and Society in the Medieval Middle East. I.B.Tauris & Co. Ltd. hlm. 12. doi:10.5040/9780755693368.009. ISBN 978-0-7556-9336-8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  10. ^ Peacock, Acs; Yildiz, Sara Nur, ed. (2013). The Seljuks of Anatolia: Court and Society in the Medieval Middle East. I.B.Tauris & Co. Ltd. hlm. 72. doi:10.5040/9780755693368.009. ISBN 978-0-7556-9336-8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  11. ^ Frankopan, Peter (2013). The First Crusade: the call from the East. London: Vintage Books. hlm. 51. ISBN 978-0-09-955503-2. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  12. ^ Frankopan, Peter (2013). The First Crusade: the call from the East. London: Vintage Books. hlm. 52. ISBN 978-0-09-955503-2. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  13. ^ Frankopan, Peter (2013). The First Crusade: the call from the East. London: Vintage Books. hlm. 68-9. ISBN 978-0-09-955503-2. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  14. ^ Saunders, J. J. (2023-07-07). The Turkish rehearsal for the Mongol conquests. London: Routledge. hlm. 16–29. ISBN 978-1-003-40809-3.
  15. ^ Marshall Cavendish Corporation (2006). Peoples of Western Asia. hlm. 364.
  16. ^ Bosworth, Clifford Edmund (2007). Historic Cities of the Islamic World. hlm. 280.
  17. ^ Borrero, Mauricio (2009). Russia: A Reference Guide from the Renaissance to the Present. hlm. 162.

Sumber

sunting

Pranala luar

sunting