Kesetaraan gender adalah pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka yang bersifat kodrati.[1] Isu ini adalah salah satu tujuan dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia oleh PBB yang berusaha untuk menciptakan kesetaraan dalam bidang sosial dan hukum, seperti dalam aktivitas demokrasi dan memastikan akses pekerjaan yang setara dan upah yang sama.[2]

Simbol kesetaraan gender

Dalam praktiknya, tujuan dari kesetaraan gender adalah agar tiap orang memperoleh perlakuan yang sama dan adil dalam masyarakat, tidak hanya dalam bidang politik, di tempat kerja, atau bidang yang terkait dengan kebijakan tertentu.

Awal pemikiran sunting

Feminisme Kristen sunting

Kesetaraan gender merupakan sebuah hasil pemikiran yang muncul akibat dari gerakan pembebasan wanita yang bersifat ekstrim. Kecenderungan munculnya kesetaraan gender terjadi secara global. Gerakan feminisme yang ekstrim ini berawal dari pemberian kebebasan tanpa batas kepada wanita di dunia Barat. Para kaum feminisme di dunia Barat kemudian mulai mencari legitimasi atas pemikiran mereka dengan mengutip Alkitab. Mereka mulai menggantikan istilah "god" yang maskulin, menjadi "goddes" yang feminin.[3]

Feminisme muslim sunting

Selain dari tradisi Kristen, kesetaraan gender juga mulai diusung oleh kaum wanita muslim. Mereka mengatakan bahwa ajaran Islam bersifat membatasi dan menindas wanita. Upaya-upaya delegitimasi terhadap Al-Qur'an pun mulai dilakukan. Pernyataan yang diberikan menjelaskan bahwa Al-Qur'an merupakan kitab yang bias gender.[4]

Diskriminasi sunting

Di seluruh dunia, diskriminasi berdasarkan jenis kelamin masih dipraktikkan di semua bidang kehidupan. Terlepas dari kemajuan signifikan dalam kesetaraan gender saat ini, ini adalah kenyataan. Negara atau wilayah yang berbeda memiliki rentang perbedaan yang luas dalam jenis dan tingkat keparahan diskriminasi. Di negara dunia ketiga tidak ada wanita yang mengalami kesetaraan dalam hal hak hukum, sosial, dan fiskal mereka. Ada banyak contoh disparitas gender dalam akses dan kontrol atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan keterlibatan politik. Ketidaksetaraan yang terjadi secara tidak proporsional mempengaruhi perempuan dan anak perempuan, tetapi pada akhirnya merugikan semua orang. Oleh karena itu, perhatian utama dari tujuan pembangunan yang memiliki nilai intrinsik adalah kesetaraan gender.[5]

Meningkatkan kesetaraan gender sunting

Perbaikan jangka panjang dalam kesetaraan gender dimungkinkan berkat pertumbuhan ekonomi dalam banyak hal. Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan penting karena, setelah disetujui, akan berfungsi sebagai referensi global dan nasional, membantu mempersempit ruang lingkup agenda pembangunan. Semua tujuan tersebut mendukung hak asasi manusia (HAM), mempromosikan kesetaraan gender, dan memberikan otoritas kepada perempuan dari segala usia.[6]

Dampak kesetaraan gender sunting

Ada nya kesetaraan tersebut menimbulkan dampak positif seperti:[7]

  1. Kemampuan suami menghidupi dirinya sendiri dan kemampuan istri untuk menambah pendapatan keluarga, perekonomian rumah tangga berjalan dengan baik.
  2. Wanita dapat menggunakan keahliannya dalam berbagai bidang dalam situasi lain.
  3. Membuat diri percaya diri dan menjaga penampilan Anda memiliki efek lain. Wanita harus memiliki kepercayaan diri untuk membiarkan potensi bawaan mereka bersinar di tempat kerja. Wanita harus menjaga penampilan baik di tempat kerja maupun di luar karena banyak orang yang melihatnya.

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ United Nations.
  2. ^ "Universal Declaration of Human Rights" (PDF). wwda.org. United Nations. December 16, 1948. Diakses tanggal October 31, 2016. 
  3. ^ Husaini 2005, hlm. 16.
  4. ^ Husaini 2005, hlm. 16-17.
  5. ^ "tujuan-5" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-18. 
  6. ^ "Kesetaraan Gender (Gender Equality)". elearning.menlhk.go.id. Diakses tanggal 2023-03-18. 
  7. ^ Kompasiana.com (2021-11-16). "Dampak Positif dan Negatif Kesetaraan Gender dalam Budaya Jawa". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2023-03-18. 

Daftar pustaka sunting

  • Husaini, Adian (2005). Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler Liberal. Jakarta: Gema Insani. ISBN 978-602-250-517-4.