Kerajaan Indraprahasta

Kerajaan Indraprahasta Cirebon Girang adalah suatu kerajaan di pulau Jawa. Berlokasi di Cirebon Girang lereng gunung Cereme (gunung Indrakila). Awalnya berupa kemandalaan yang bernama Mandala Indraprahasta. Selanjutnya kemandalaan Indraprahasta ini berkembang menjadi kerajaan. Nama Mandala atau kerajaan Indraprahasta ini mirip dengan nama kerajaan yang berada di India.[1]

Sejarah sunting

Dalam naskah "Negara Kretabhumi’ sargah I parwa I" disebutkan ‚ sejak tahun 80 saka hingga 230 saka (308 M), banyak kelompok pendatang yang menumpang berbagai perahu dari negeri Bharata dan Bhenggali yang bermukim di Nusantara. Tiba dari daerah Gangga India.

Di antara mereka yang berasal dari negeri Bharata (India) terdapat Resi Waisnawa, mereka mengajarkan agamanya kepada penghulu masyarakat, tempat mereka bermukim, khususnya di Jawa Barat. Sedangkan Resi Syaiwa banyak yang bermukim di Jawa Timur. Di antara penganut agama Hindu sekte pemuja Batara Wisnu tersebut adalah Maharesi Sentanu Murti yang bermukim di Desa Krandon, Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.

Wilayah Kecamatan Talun adalah daerah yang dialiri tiga hulu sungai, yaitu Sungai Grampak yang mengalir dari Desa Sarwadadi ke Desa Sampiran. Kemudian Sungai Suba yang mengalir dari Desa Patapan menuju Sampiran, serta Sungai Cirebon Girang yang mengalir dari Desa Cirebon Girang juga menuju ke Sampiran.

Di Desa Sampiran itulah ketiga hulu sungai tersebut bertemu menjadi satu, yang diberi nama Maharesi Sentanu dengan nama Gangganadi.

Selanjutnya ‘Naskah Pustaka Rajya-rajya I Bumi Nusantara’ juga menyebutkan bahwa Indraprahasta didirikan Maharesi Sentanu yang berasal dari kawasan Sungai Gangga India. Kedatangannya ke pulau jawa karena mengungsi akibat negaranya diserang pasukan Samudra Gupta.

Indraprahasta didirikan 363 M dan Maharesi Sentanu berkuasa sampai tahun 398 M, dengan gelar Prabu Indaswara Sakalakretabuwana. Kekuasaanya berdampingan dengan Kerajaan Salakanagara yang dipimpin Prabu Darmawirya Dewawarman VIII.[2]

Disebutkan pula Maharesi Sentanu ini kemudian menikah dengan putri Prabu Darmawirya Dewawarman VIII yang bernama Dewi Indari. Wilayah Indraprahasta kala itu kini meliputi Desa Sarwadadi Kecamatan Sumber (sebagai pusat pemerintahan), Cimandung di Desa Krandon Kecamatan Talun dan Desa Cirebon Girang.

Kala itu duplikasi tempat-tempat di India diaplikasikan untuk menamai Gunung Cireme sebagai Indrakila, sungai yang melintasi wilayahnya diberi nama Gangganadi, termasuk memperdalam sungai yang kemudian diberi nama Setu Gangga.

Raja-raja Indraprasta Cirebon Girang sunting

Raja-raja Indraprahasta (perubahan bentuk dari Mandala Indraprahasta) 285 – 645 Caka (398 – 747 Masehi):[3]

  1. Maharesi Sentanu yeng menjadi Raja Pertama Indraprahasta. Berkuasaja sejak tahun 285 – 320 Caka (398 – 432 Masehi): 15 tahun.Penobatan di Indraprahasta ke 1 sebagai bawahan Kerajaan Salakanagara. Raja Prabu Maharesi Santanu.bergelar Prabursi Indraswara Salakakretabuwana. Permaisuri Indari adalah putri Dewawarman VIII. Prabu Maharsei Sentanu berputra Jayasatyanagara. Kerajaan ini berada di lereng gunung Cereme (gunung Indrakila);
  2. Jayasatyanagara Raja ke-2 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 320 – 343 Caka (432 – 454 Masehi): 23 tahun. Penobatannya di Indraprahasta sebagai kerajaan bawahan Kerajaan Tarumanagara. Permaisuri Ratna Manik, putri Wisnubumi, raja dari Kerajaan Malabar. Berputra Wiryabanyu
  3. Wiryabanyu raja ke-3 Kerajaan Indraprahasta . Berkuasa mulai tahun 343 – 366 Caka (454 – 476 M): 23 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Permaisuri Nilem Sari, putri kerajaan Manukrawa. Berputra (1) Suklawati, diperistri oleh Wisnuwarman, putra Purnawarman; (2) Warna Dewaji. Sejak raja Indraprahasta ke-2, Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara.
  4. Warna Dewaji raja ke- 4 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 366 – 393 Caka (476 – 503 Masehi): 27 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Raksahariwangsa.
  5. Raksahariwangsa raja ke-4 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 393 – 429 Caka (503 – 538 Masehi): 36 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Setelah penobatan, bergelar Prabu Raksahariwangsa Jayabhuwana. Permaisuri putri raja Sanggarung. Berputra Dewi Rasmi, bersuami Tirtamanggala, putra kedua raja Kerajaan Agrabintapura.
  6. Dewi Rasmi ratu ke-6 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 429 – 448 Caka (538 – 556 Masehi): 19 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Dewi Rasmi menikah dengan Tirtamanggala, putra kedua raja Kerajaan Agrabintapura. Bergelar Prabu Tirtamanggala Darmagiriswara. Berputra (1).Astadewa (2).Jayagranagara.
  7. Astadewa raja ke-7 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 448 – 462 Caka (556 – 570 Masehi): 14 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Rajaresi Padmayasa (ia memilih menjadi pertapan, penerus pamannya di Mandala Indraprahasta). Sebagai catatan Jayagranagara adalah adik Astadewa, penerus raja-raja Indrprahasta adalah dari anak bungsu.
  8. Jayagranagara raja ke-8 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 462 – 468 Caka (570 – 575 Masehi): 6 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Sebagai catatan Ia adalah adik Astadewa, raja Indraprahasta 7
  9. Rajaresi Padmayasa raja ke-9 Kerajaan indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 468 – 512 Caka (575 – 618 Masehi): 44 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Anak Andabuwana. Catatan Raja Rajaresi Padmayasa adalah putra Astadewa, raja Indraprahasta ke 7. Ia menggantikan kedudukan pamannya.
  10. Andbuana raja ke-10 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 512 – 558 Caka (618 – 663 Masehi): 46 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Anak Wisnumurti.
  11. Wisnumurti raja ke-11 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 558 – 583 Caka (663 – 688 Masehi): 25 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra (1) Dewi Ganggasari, diperistri oleh Linggawarman, yang kelak menjadi raja Tarumanagara ke 12 (2) Tunggulnagara, melanjutkan warisan ayahnya.
  12. Tunggalnagara raja ke-12 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 583 – 629 Caka (688 – 732 Masehi): 46 tahun. Penobatan di Indraprahasta. ia adiknya Ganggasari; Anak Padmahariwangsa. Gangasari ialah putri sulung Prabu Indraprahasta ke 11 yang diperistri oleh Prabu Tarumanagara 12.
  13. Resiguru Padmahariwangsa raja ke-13 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 629 – 641 Caka (732 – 744 Masehi): 12 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra (1) Citrakirana, yang diperistri oleh Purbasora.(2) Wiratara, yang menjadi penerus ayahnya (3) Ganggakirana, yang menjadi Adipati Kusala dari kerajaan Wanagiri, bawahan Indraprahasta.
  14. Prabu Wiratara raja ke-14 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 641 – 645 Caka (743 – 747 Masehi): 4 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Raksadewa. Peristiwa yang terjadi dalam pemerintahan Prabu Wiratara ialah Ia membantu Purbasora merebut kekuasaan Galuh dari Prabu Sena. Sementara itu, Kakak Wiratara, yang bernama putri Citrakirana, diperistri oleh Purbasora.

Tahun 645 Caka (748 Masehi), terjadi peristiwa Kerajaan Sunda menyerbu Indraprahasta. Terjadi juga ekspansi kekuasan Sanjaya dengan menyerang Galuh. Galuh ditaklukkan, Sanjaya menumpas pendukung Purbasora. Terutama kerajaan Indraprahasta, yang turut membantu Purbasora waktu merebut kekuasaan Galuh dari Sena. Indraprahasta yang didirikan sejak zaman Tarumanagara, ahirnya diratakan dengan tanah oleh Sanjaya, seolah tidak pernah ada kerajaan disitu.”Indraprahasta sirna ing bhumi”.

Kurun waktu tahun 645 – 649 Caka (748 – 751 Masehi): 4 tahun; Penobatan di Indraprahasta digabungkan dengan Kerajaan Wanagiri. Penguasanya dalah Adipati Kulasa. Berputra Raksadewa. Peristiwa Bekas kawasan Indraprahasta digabungkan dengan Wanagiri oleh Adipati Kulasa sebagai negara baru bawahan Galuh. Kulasa menjadi ratunya.

Kerajaan Indraprahasta menjadi salah satu kerajaan tertua di Nusantara

Garis waktu sunting

Templat:Kerajaan Sunda

Referensi sunting

  1. ^ The Sunda Kingdom of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor, Herwig Zahorka, 2007. Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta
  2. ^ Sasramidjaya, Ali. "Data Kala Sejarah Kerajaan – Kerajaan di Jawa Barat". Penerbit Sangkala.
  3. ^ "Kerajaan Indraprahasta". Artshangkala (dalam bahasa Inggris). 2009-07-17. Diakses tanggal 2018-04-05.