Kekaisaran Prancis Pertama

Kekaisaran Prancis Pertama, pada umumnya dikenali sebagai Kekaisaran Prancis atau Kekaisaran Napoleon, adalah zaman keemasan Prancis di seluruh dunia, terutama di benua Eropa yang dipimpin oleh Kaisar Napoleon I. Secara resminya merujuk kepada tempo tahun 1804 hingga tahun 1814, dari Konsulat ke pengembalian Bourbon dalam sejarah negara Prancis tersebut, di mana disebut sebagai zaman Seratus Hari pada 1815.

Kekaisaran Prancis

Empire français (Prancis)
Imperium Francicum (Latin)
1804–1814, 1815
SemboyanLiberté, Ordre Public[1]
("Kebebasan, Ketertiban Umum")
Lagu kebangsaanChant du départ
("Lagu Keberangkatan")
Versi Instrumental
  Versi Vocal 
Kekaisaran Prancis Pertama pada puncaknya pada tahun 1812:

Kekaisaran Prancis dengan kepemilikan kolonialnya pada tahun 1812:
  Kekaisaran Prancis dengan koloninya
 Negara satelit dan wilayah pendudukan pada tahun 1812
Ibu kotaParis
Bahasa yang umum digunakanPrancis (resmi)
Latin (formal)
Agama
Katolik Roma (Agama negara)
Lutheranisme
Calvinisme
Yudaisme (Agama minoritas)
PemerintahanKesatuan monarki absolut Bonapartis di bawah kediktatoran militer (1804–1815)
Kaisar 
• 1804–1814/1815
Napoleon I
• 1815
Napoleon II (diperdebatkan)[a]
LegislatifParlemen
Sénat conservateur
(hingga 1814)
Bilik Sesama
(dari 22 April 1815 dan seterusnya)
Corps législatif
(hingga 4 Juni 1814)
Bilik Perwakilan
(dari 22 April 1815 dan seterusnya)
Era SejarahPerang Revolusi Prancis
Perang Napoleon
18 Mei 1804
• Penobatan Napoleon I
2 Desember 1804
7 Juli 1807
24 Juni 1812
11 April 1814
20 Maret – 7 Juli 1815
Luas
1812[3]2.500.000 km2 (970.000 sq mi)
Penduduk
• 1812
96.472.000[4]
Mata uangFranc Prancis
Kode ISO 3166FR
Didahului oleh
Digantikan oleh
Republik Prancis Pertama
krjKerajaan
Hollandia
Republik Liguria
Andorra
Kerajaan Prancis
Kepangeranan Berdaulat Belanda Bersatu
krjKerajaan
Bersatu Belanda
Moresnet
Luksemburg
Keharyapatihan Toscana
Andorra
Kepangeranan Monako
Kepangeranan Elba
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Latar belakang sunting

Pecahnya Revolusi Prancis pada tanggal 14 Juli 1789, menimbulkan pemberontakan dalam negeri Prancis yang menuntut pembubaran Kerajaan Prancis yang berada dibawah Wangsa Bourbon akibat penderitaan yang mereka rasakan karena pemerintahan yang sewenang-wenang dan royal. Karena itu, terjadilah aksi-aksi penangkapan terhadap para pejabat negara Kerajaan termasuk Raja Louis XVI dari Prancis dan Permaisuri Marie Antoinette. Ditambah lagi aksi teror kaum radikal yang dipimpin Maximilien de Robespierre. Tanggal 21 Januari 1793, Raja Louis XVI dan tanggal 16 Oktober 1793, Marie Antoinette dihukum penggal dibawah Guillotine yang secara simbolik menandai berakhirnya Kerajaan Prancis. Ditambah lagi, jatuhnya Penjara Bastille yang merupakan simbol monarki absolut Prancis.

Setelah Kematian keluarga Kerajaan, para revolusioner mendirikan Republik Pertama Prancis berdasarkan Keputusan Konvensi Nasional yang berada dibawah pimpinan Majelis Rakyat Prancis.

Munculnya Napoleon Bonaparte, seorang perwira militer, secara tak langsung menimbulkan perubahan sosial yang cepat di kalangan rakyat Prancis. Napoleon berhasil mengubah keadaan dalam negeri, mulai dari tatanan ekonomi, sosial, dan politik. Termasuk dalam peluncuran Undang-undang Napoleon.

Pada tanggal 7 November 1799, Napoleon melakukan sebuah kudeta yang disebut Kudeta 18 Brumaire, dimana Napoleon berusaha merebut kekuasaan Prancis. Kudeta ini berhasil dan membuat Napoleon diangkat sebagai konsul pertama Republik Pertama Prancis. Terlebih setelah dilakukan pemilihan oleh rakyat Prancis, dimana 99,8% rakyat Prancis memilih dirinya.

Awal berdiri sunting

Tanggal 18 Mei 1804, Senat memilih Napoleon sebagai Kaisar Prancis setelah pemungutan suara yang dilakukan berhasil. Pada 2 Desember 1804, Napoleon Bonaparte diangkat menjadi Kaisar Prancis, menandai berdirinya Kekaisaran Prancis Pertama. Dan juga menangkat istrinya, Joséphine de Beauharnais, sebagai permaisurinya.

Era Perang Napoleon sunting

Sejak sebelum perang dimulai, Napoleon Bonaparte sendiri memang adalah seorang perwira militer sehingga ia memiliki cita-cita melakukan perluasan terhadap daerah-daerah lain, termasuk dalam usahanya membentuk angkatan militer terkuat di Eropa kala itu.

Pada tanggal 2 Desember 1805, tentara Prancis dapat memukul mundur pasukan gabungan Austria-Rusia di Kota Austerlitztz, 20 km dari Kota Brno, Moravia yang kini berada di wilayah Ceko. Keberhasilan ini membawa kehancuran bagi Pasukan Perang Koalisi Ketiga dan juga menjadi pemicu bubarnya Kekaisaran Romawi Suci dan digantikan Kekaisaran Austria. Namun, juga menjadi awal terbentuknya Perang Koalisi Keempat.

Napoelon mencaplok Italia, dan membentuk pemerintahan boneka disana, dibawah pimpinan keponakannya, Eugène de Beauharnais. Kemudian menduduki Belanda pada 1806, dan mendirikan Kekaisaran Belanda, lalu mengangkat adiknya, Louis Bonaparte sebagai pemimpin disana, serta memaksa menyerahkan seluruh jajahannya dibawah Kekaisaran Prancis, termasuk Guyana Belanda dan Hindia Belanda.

Walau unggul di darat, tetapi dilaut, Angkatan Laut Kekaisaran Prancis lemah. Hal ini dapat dibuktikan dengan kekalahan pasukan gabungan Prancis-Spanyol melawan Angkatan Laut Inggris di Tanjung Trafalgar pada 1805 dalam Pertempuran Trafalgar, sebuah usaha Napoleon menduduki Inggris, musuh lama Prancis. Karena kalah, akhirnya Napoleon memutuskan untuk memblokade Laut Baltik bagi Inggris. Padahal, Laut Baltik adalah salah satu akses perdagangan Inggris- Rusia. Juga bagi negara-negara lain dilarang untuk berdagang dengan Inggris yang dinamakan Kebijakan Kontinental Namun karena Tsar Aleksandr I dari Rusia telah menandatangani kesepakatan damai antara Napoleon dalam Perjanjian Tilsit pada 1807, Rusia sejak saat itu mengikuti isi perjanjian, termasuk memutuskan hubungan perdagangan dengan Inggris.

Sasaran Prancis berikutnya adalah Kekaisaran Prussia. Tanggal 14 Oktober 1806, Tentara Napoleon mengalahkan Prussia dalam Pertempuran Jena-Auerstedt, yang membawa pasukan Prancis dapat menduduki ibukotanya, Berlin. Dan mendirikan negara Satelit disana, seperti Prussia Timur, Kadipaten Warsawa dan Konfederasi Rhein.

Pada tahun 1808, Prancis dibawah pimpinan Marsekal Joachim Murat menyerang Spanyol sehingga menyebabkan Spanyol bergabung dengan Koalisi Kelima yang baru saja terbentuk. Serta Inggris dan Portugal yang mengirim bantuan tentara bagi Spanyol. Pendudukan Prancis ini menyebabkan banyak daerah jajahan Spanyol secara serentak memberontak dan memerdekakan diri. Inggris juga memberi bantuan bagi Belanda yang masih diduduki Napoleon dalam Ekspedisi Walcheren.

Di lain sisi, untuk membalas kekalahan sebelumnya, Austria menyerang wilayah Prancis yang ada di Bayern (Bavaria) sehingga Prancis kemudian bersekutu dengan Kerajaan Bayern Perang Koalisi Kelima ini. Dimana pada akhirnya Austria mengalami kekalahan berat dalam Pertempuran Wagram pada 1809.

Sehingga akhirnya, Rusia, Inggris, Austria, Prussia, Spanyol, dan Portugal, dan Swedia yang merasakan dampak buruk dari Perang Napoleon, lalu membentuk Koalisi Keenam. Contohnya Rusia dan Inggris mengalami kemerosotan ekonomi akibat pemutusan hubungan dagang tahun 1807. Lalu, balas dendam pasukan Austria, Spanyol, Portugal, dan Prussia. Serta balas dendam seorang Jenderal Prancis yang dipecat Napoleon dalam Pertempuran Wagram, yang kemudian berpihak pada Swedia, Jenderal Bernadotte atau Karl XIV Johan dari Swedia.

Akibat-akibat dari itu semua membuat koalisi membentuk tentara yang besar. Bahkan, Rusia telah melanggar Perjanjian Tilsit dengan kembali melakukan perdagangan dengan Inggris. Sehingga Napoleon menjadi marah dan mengirim pasukan ekspedisi Le Grande Armee berjumlah 680.000 orang ke Tanah Rusia pada tanggal 24 Juni 1812, dibantu negara sekutunya seperti Kadipaten Warsawa, Belanda, Italia, Sachsen, Naples, dan Westphalia, ditandai dengan penyebrangan ke Rusia melalui Sungai Neman di Polandia. Untuk menarik simpati rakyat, Napoleon menamakan ekspedisinya ke Rusia sebagai Perang Polandia Kedua dengan dalih memerdekakan Polandia. Itu adalah pasukan terbesar yang pernah dibentuk dalam sejarah manusia sejak sebelum Perang Dunia I dan II

Pada tahap awal perang, banyak wilayah dan kota Rusia seperti Kiev, Minsk, Smolensk, Vilnius, St.Petersburg. Dan juga menimbulkan korban besar di pihak tentara Rusia, seperti dalam Pertempuran Borodino. Sampai ketika Tentara Prancis mendekati Moskow, Ibukota Kekaisaran Rusia, kota itu dibumihanguskan. Taktik ini dianggap lebih efektif agar mencegah Prancis mendapat barang rampasan yang dapat dipergunakan mendukung perang, ketimbang harus melawan tentara Prancis yang begitu banyak. Para warga dan tentara Rusia mundur keluar kota dan menyebar dimana-mana, sehingga sulit dijangkau Tentara Prancis. Sampai akhirnya, pasukan Napoleon yang besar mampu menduduki Moskow.

Setelah satu bulan menduduki ibukota Rusia, Napoleon belum mendapat respon dari apapun dari pihak Rusia. Ketika musim dingin tiba, barulah Napoleon tahu bahwa tentara Rusia telah berhasil menduduki salah satu pusat logistik utamanya di Rusia, yakni di Kaunas, Lithuania. Tetapi bahan makanan semakin berkurang, dan banyak tentara mulai mati kedinginan menghadapi musim dingin Rusia yang terkenal mematikan, yakni dibawah 0 derajat Celcius. Napoelon memutuskan untuk mundur dari Moskow. Hari demi hari, perlahan jumlah pasukan Prancis menyusut dan moral mereka menurun.

Pasukan Rusia dibawah pimpinan Jenderal Mikhail Kutuzov, menghantam sisa-sisa pasukan Napoelon di tepi Sungai Berezina dalam Pertempuran Sungai Berezina. Pasukan Rusia juga menghancurkan Jembatan Borisov, untuk menghalangi agar pasukan Prancis jangan sampai kabur begitu saja. Sekitar 10 ribu tentara terjebak dibelakang sungai. Sementara sisanya mati tenggelam.

Pasukan Napoleon tersisa mundur, hingga pasukan koalisi mendengar kabar kekalahan Napoelon di Rusia. Pasukan Koalisi kemudian menyatukan seluruh kekuatannya dan mencegat pasukan Prancis di Kota Leipzig, Sacshen di Jerman dalam Pertempuran Leipzig, yang dikenal sebagai Pertempuran Banyak Bangsa, pada 16-19 Oktober 1813, melibatkan Rusia, Prussia, Swedia, dan Austria. Meski tentara Napoelon didalam kota Leipzig menang, tetapi diluar kota para marsekal dan prajurit lainnya mengalami kekalahan, sehingga tidak ada lagi artinya dan dipukul sampai ke tanah air mereka, Prancis.

Kehancuran Kekaisaran sunting

Bulan Desember 1813, Pasukan Napoleon yang tersisa, kembali ke Paris dengan jumlah hanya sekitar 20.000 orang saja. Tanggal 30 Maret 1814, Pasukan Koalisi memasuki Paris. Napoleon Bonaparte kemudian ditangkap dan dibuang ke Pulau Elba, di lepas pantai Italia, sekaligus mengakhiri Kekaisaran Prancis.

Namun, Napoleon lari dari tahanannya dan kembali ke Prancis, mengumpulkan kembali pasukannya berjumlah 200.000, lalu berencana menyerang kedudukan Inggris yang di Belgia. Inilah yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran Waterloo, atau disebut pula Kampanye Seratus Hari setelah pelarian Napoleon dari Pulau Elba. Dimana pasukan gabungan Inggris dibawah pimpinan Arthur Wellesley, Adipati Wellington ke-1, dan pasukan Prussia, dibawah pimpinan Gebhard von Blucher, yang tergabung dalam Koalisi Ketujuh, berjumlah 225.000 pasukan menghajar pasukan Prancis di Waterloo, Belgia. Napoleon kembali ditangkap dan dibuang ke Pulau Saint Helena, Ascension, dan Tristan da Cunha di Samudera Atlantik bagian Selatan.

Penangkapan Napoleon ini menandai bahwa Kekaisaran Prancis yang pernah berjaya di Eropa, benar-benar telah berakhir. Negara-negara koalisi di Eropa sepakat untuk menegakkan kembali Wangsa Bourbon di Prancis dan mengembalikan semua wilayah yang pernah diduduki Prancis dan Sekutunya selama Perang dalam Konferensi Wina pada 1815.

Catatan sunting

  1. ^ Sesuai dengan wasiat ayahnya saja. Antara 23 Juni dan 7 Juli, Prancis dipegang oleh Komisi Pemerintahan yang terdiri dari lima anggota, yang tidak pernah memanggil Napoleon II sebagai kaisar dalam tindakan resmi apapun, dan tidak ada bupati yang pernah diangkat sambil menunggu kembalinya raja.[2]

Referensi sunting

  1. ^ "National Motto of France". French Moments. 7 Mei 2015. 
  2. ^ texte, France Auteur du (23 April 1815). "Bulletin des lois de la République française". Gallica. 
  3. ^ Rein Taagepera (September 1997). "Expansion and Contraction Patterns of Large Polities: Context for Russia". International Studies Quarterly. 41 (3): 501. doi:10.1111/0020-8833.00053. JSTOR 2600793. Diakses tanggal 2021-08-20. 
  4. ^ "Western colonialism – European expansion since 1763". Encyclopedia Britannica. Diakses tanggal 2021-08-20.