Kapitalisme kroni adalah istilah untuk menyebut ekonomi yang kesuksesan bisnisnya bergantung pada hubungan dekat antara pebisnis dengan pejabat pemerintah. Kapitalisme kroni dapat diamati dari tindakan pilih-pilih saat mengeluarkan izin operasi, kontrak pemerintah, potongan pajak khusus, dan intervensi pemerintah lainnya.[1][2] Kapitalisme kroni diyakini terbentuk ketika kroniisme bisnis dan perilaku melayani diri sendiri oleh bisnis atau pebisnis merambah dunia politik dan pemerintah,[3] atau ketika ikatan pertemanan dan keluarga yang melayani diri sendiri antara pebisnis dan pemerintah memengaruhi ekonomi dan masyarakat sampai-sampai melemahkan ekonomi dan politik yang melayani masyarakat.

Indeks Persepsi Korupsi Transparency International, 2010

Istilah "kapitalisme kroni" mulai mencuat ke publik setelah dinyatakan sebagai salah satu penyebab krisis keuangan Asia.[4] Istilah ini juga dipakai untuk menyebut keputusan pemerintah yang cenderung membantu "kroni" pejabat pemerintah. Dalam konteks ini, istilah tersebut sering dipakai bersama kesejahteraan perusahaan. Perbedaannya adalah sejauh mana keputusan pemerintah menguntungkan individu alih-alih seluruh sektor industri.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

Vernon, Raymond (1989), "Technological Development", EDI Seminar Paper, 39, ISBN 978-0821311622 

Catatan kaki sunting

  1. ^ Helen Hughes (Spring 1999). "Crony Capitalism and the East Asian Currency and Financial 'Crises'". Policy [1]. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-15. Diakses tanggal 2012-07-22. Japan’s dismal performance in the 1990s and the East Asian collapses of 1997 indicate that dirigisme can only boost economies in the short run and at high cost. It breaks down in the long run (Lindsey and Lukas 1998).  Hapus pranala luar di parameter |magazine= (bantuan)
  2. ^ Kristof, Nicholas (March 27, 2014). "A Nation of Takers?". New York Times. Diakses tanggal March 27, 2014. 
  3. ^ The Discovery that Business Corrupts Politics: A Reappraisal of the Origins of Progressivism, by McCormick, Richard. 1981. The American Historical Review, Vol. 86, No. 2 (Apr., 1981), pp. 247-274.
  4. ^ Kang, David C. (2002). Crony Capitalism: Corruption and Development in South Korea and the Philippines (PDF). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-00408-4. Focused only on explaining successful outcomes, the conventional model provided no analytic way to explain the 1997 crisis. Countries previously regarded as miracles now were nothing more than havens for crony capitalists (p.3) 

Bacaan lanjutan sunting

Pranala luar sunting