Kapal penangkap ikan

Kapal penangkap ikan atau kapal nelayan adalah perahu atau kapal yang digunakan untuk menangkap ikan di laut, danau, atau sungai. Berbagai jenis kapal laut digunakan dalam penangkapan ikan komersial, olahraga, maupun rekreasi.

Perahu penangkap ikan tradisional milik nelayan di Makassar, Sulawesi Selatan
Kapal penangkap ikan Jerman yang dilengkapi dengan fasilitas pemrosesan ikan

Berdasarkan FAO, pada tahun 2004 terdapat setidaknya empat juta kapal penangkap ikan komersial.[1] Sekitar 1,3 juta merupakan kapal yang memiliki geladak. Hampir semua kapal bergeladak ini sudah termekanisasi, dan 40 ribu diantaranya berbobot lebih dari 100 ton. Sekitar dua per tiga dari empat juta kapal tersebut merupakan perahu penangkap ikan tradisional dengan berbagai tipe, digerakkan dengan layar dan dayung.[1] Perahu tersebut biasanya digunakan oleh nelayan tradisional.

Sulit untuk menentukan berapa jumlah perahu penangkap ikan rekreasi. Ukuran perahu tersebut sangat bervariasi, selain tujuan penggunaannya tidak selalu untuk menangkap ikan.

Sebelum tahun 1950-an, hanya ada sedikit standardisasi kapal penangkap ikan. Desain dapat bervariasi antar pelabuhan dan galangan kapal. Sebelumnya perahu dibuat dari kayu. Namun karena biaya perawatan tinggi dan dengan perkembangan teknologi material, baja, fiberglass, dan serat karbon lebih banyak digunakan.

Lamanya pembuatan perahu penangkap ikan tradisional bervariasi antara enam bulan hingga satu tahun.[2]

Sejarah sunting

Kapal penangkap ikan terdahulu yaitu rakit, kano, dan perahu yang dibuat dari rangka kayu dibalut kulit hewan atau kulit kayu.[3] Perahu tertua yang pernah ditemukan dalam arkeologi adalah sebuah kano dari Zaman Neolitik sekitar 7000-9000 tahun yang lalu. Kano ini dibuat dari batang pohon konifer yang dilubangi dengan menggunakan alat batu sederhana.[3][4] Sebuah perahu yang mampu berlayar di lautan dan terbuat dari anyaman batang rumput dan dilapisi tar ditemukan di Kuwait.[5] Kapal-kapal terdahulu ini memiliki kemampuan yang terbatas, sekadar untuk mengapung dan bergerak di atas air namun tidak mampu digunakan terlalu jauh dari bibir pantai. Mereka digunakan terutama untuk menangkap ikan dan berburu.

Sekitar tahun 4000 SM, bangsa Mesir kuno membangun perahu panjang yang digerakkan oleh dayung dengan beberapa manusia. Selanjutnya perkembangan perahu begitu cepat dengan ditemukannya layar yang terbuat dari tenunan kapas sehingga kapal mampu melaju lebih cepat bersama dengan angin. Mereka lalu membangun perahu lebih besar untuk menyebrangi lautan dengan dayung dan layar sekaligus. Pada tahun 3000 SM, bangsa Mesir mulai memiliki kemampuan menyusun papan kayu menjadi lambung kapal.[6] Mereka juga menggunakan pengikat dari rumput Cyperus papyrus dan rerumputan lainnya untuk menyatukan papan-papan tersebut dan menyumbat lubang yang ada di antara papan kayu.[6] Kapal Khufu dibangun dengan cara ini.

Bangsa belanda lalu membangun kapal pemburu ikan herring yang menjadi cetakan biru bagi pembangunan kapal penangkap ikan Eropa. Kapal Herring Buss digunakan oleh nelayan Belanda hingga abad ke 19. Kapal jenis ini kemungkinan pertama kali dibangun di Hoorn sekitar tahun 1415 dan terakhir dibuat di Vlaardingen tahun 1841. Kapal ini memiliki panjang 20 meter dan displacement antara 60 hingga 100 ton. Kapal ini menggunakan jaring insang untuk menangkap herring. Jaring ditarik di malam hari oleh belasan hingga 30 nelayan lalu digaramkan dan difermentasikan di drum kayu di atas kapal.[7]

Pada abad ke 17 perahu dogger dibuat oleh bangsa Inggris yang merupakan kapal pukat dan rawai pertama dan beroperasi di laut utara. Nama dogger diambil dari bahasa Belanda, dogger yang berarti "kapal pukat". Istilah dogger bank digunakan oleh bangsa Belanda untuk menyebut kawasan tempat menangkap ikan dengan pukat.[8] Dogger merupakan kapal yang lambat, namun tangguh dan mampu menangkap ikan di Laut Utara yang memiliki cuaca yang ekstrem.[9] Kapal ini lebar dengan panjang 15 meter, lebar 4.5 meter, draft 1.5 meter, dan displacement 13 ton. Kapal ini mampu mengangkut satu ton umpan, tiga ton garam, setengah ton makanan dan kayu bakar, serta kembali dengan enam ton ikan hasil tangkapan.[9]

Dory adalah perahu kecil dengan draft yang dangkal, biasanya hanya sepanjang lima hingga tujuh meter. Dory memiliki pinggir yang relatif tinggi, dasar lambung yang rata, dan haluan yang tajam, serta relatif mudah dibuat karena bentuknya sederhana. Dory pertama muncul di pemukiman nelayan di New England sekitar awal abad ke 18.[10] Dory merupakan adaptasi dari perahu bateau Prancis yang digunakan di Sungai Saint Lawrence pada tahun 1600-an.[11] Wherry merupakan perahu pantai yang menjadi penghubung generasi antara bateau dan dory. Beberapa jenis perahu lainnya yang terdapat di Inggris, Prancis, Italia, dan Belgia juga terlihat mirip dengan dory dan diperkirakan mempengaruhi desain dari dory.[12]

Dory yang didesain untuk ditumpuk satu sama lain dan memudahkan penyimpanan muncul pertama kali pada tahun 1830-an. Perahu jenis ini digunakan agar mudah dibawa dalam jumlah banyak ke tengah laut untuk menangkap lebih banyak ikan.[10]

Pada abad ke 19, desain yang lebih efektif untuk kapal pukat layar dikembangkan di pelabuhan penangkapan ikan Inggris, Brixham. Desain ini menyebar hingga ke seluruh dunia dan mempengaruhi perancangan kapal penangkapan ikan di berbagai tempat. Pada tahun 1890-an terdapat 300 kapal pukat jenis ini di pelabuhan tersebut. Beberapa kini telah diawetkan.[13][14]

Perahu nelayan tradisional sunting

Nelayan tradisional melakukan penangkapan ikan skala kecil secara subsisten maupun komersial, umumnya dilakukan oleh penghuni pantai dan kelompok etnik tertentu menggunakan metode penangkapan ikan dan perahu tradisional.

Berdasarkan FAO, terdapat empat juta kapal/perahu di seluruh dunia, dengan 2.7 juta berupa perahu terbuka atau tanpa geladak. Hampir semua kapal dengan geladak sudah bermesin, dan hanya sepertiga perahu tanpa geladak yang memiliki mesin, umumnya mesin eksternal yang terpisah dari badan kapal. Dan 1.8 juta perahu merupakan perahu yang dibuat secara tradisional yang dioperasikan dengan layar dan dayung.[1] Data tersebut merupakan kumpulan dari data resmi kapal di setiap negara di dunia yang terdaftar atau membutuhkan lisensi penangkapan ikan dari lembaga resmi; jumlah kapal tradisional yang sebenarnya kemungkinan lebih banyak dari jumlah tersebut.[1]

Sejumlah besar kapal dan perahu nelayan tradisional masih digunakan di negara berkembang dengan garis pantai perikanan produktif yang panjang. Indonesia dilaporkan memiliki sekitar 700 ribu perahu penangkapan ikan, dengan seperempatnya berupa kano dan setengahnya tidak memiliki mesin.[15] Filipina memiliki kurang lebih jumlah yang sama, dengan sebagian merupakan perahu dengan lambung yang sempit dan memiliki "sayap". Perahu ini disebut dengan jukung, atau dalam Bahasa Filipina disebut banca.[16]

Kapal/perahu rekreasi sunting

 

Kapal penangkap ikan rekreasi hanya digunakan sebagai sarana rekreasi atau olahraga, bukan untuk bertahan hidup dan komersial. Istilah ini tergolong cair karena apapun yang mengapung dan orang di atasnya ingin menangkap ikan dengan tujuan selain komersial dan subsisten dapat disebut dengan kapal penangkap ikan rekreasi. Jenisnya bervariasi mulai dari rakit, kano, kayak, hingga kapal jelajah (cruising ships) dengan geladak besar dan kabin mewah.[17] Kapal yang sejak awal bukan untuk penangkapan ikan rekreasi (misal untuk perjalanan atau kargo) pun dapat berubah seketika menjadi kapal penangkapan ikan rekreasi.

Perburuan ikan (big game fishing) menjadi sebuah olahraga resmi sejak ditemukannya kapal motor. Charles Frederick Holder, seorang pakar biologi kelautan ditengarai sebagai pencetus olahraga ini pada tahun 1898.[18] Kapal yang dibangun khusus untuk big game fishing muncul segera setelah itu.[19]

Kapal komersial sunting

 
 
 
 
 
 

Sejak diratifikasinya zona ekonomi eksklusif di berbagai negara, pola perikanan tangkap internasional berubah. Kapal penangkap ikan menjadi lebih terspesialisasi dan memiliki fungsi khusus untuk memaksimalkan tangkapan tertentu, mulai dari kapal penangkap cumi (squid jigger) hingga kapal penangkap ikan paus. Standardisasi pun semakin meningkat, karena penangkapan ikan komersial termasuk salah satu lapangan pekerjaan yang paling berisiko sehingga standardisasi fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja diperlukan. Organisasi Maritim Internasional membuka konvensi pada tahun 1959 melalui PBB untuk mencegah terjadinya kecelakaan, termasuk di dalamnya standardisasi desain, konstruksi, peralatan, pengoperasian, dan kualitas tenaga kerja di atas kapal.

Secara umum, kapal penangkap ikan komersial dapat diklasifikasikan berdasarkan desain, jenis hewan laut yang ditangkap, metode penangkapan ikan yang digunakan, dan asalnya.[20] Berdasarkan FAO, kapal penangkap ikan yang beroperasi di seluruh dunia mencapai empat juta kapal, dengan 1.3 juta merupakan kapal yang dilengkapi dengan geladak. Hampir seluruh kapal bergeladak memiiki mesin, dan 86%-nya berlabuh Asia.[1] Kapal penangkap ikan komersial secara umum dapat dibagi menjadi:

Pukat hela
Pukat hela (trawler) adalah kapal penangkap ikan yang digunakan untuk menarik jaring sepanjang alur pelayaran untuk menangkap ikan dalam jumlah besar sekaligus.[21]
Pukat tarik
Pukat tarik (seiner) adalah kapal yang menggunakan jaring penangkap ikan yang lebar untuk mengurung ikan. Umumnya digunakan untuk menangkap ikan yang berenang dekat dengan permukaan, namun telah ada desain pukat yang dapat menangkap ikan laut dalam.[22][23]
Rawai
Kapal rawai (longliner) adalah kapal yang menggunakan satu atau lebih tali atau kail dengan rangkaian umpan dan kait. Panjang dan jumlah kail, umpan, dan kait bervariasi tergantung pada ukuran kapal, jumlah kru, dan level mekanisasi kapal. Jenis ikan yang ditangkap pun bergantung pada umpan yang digunakan. Kail dapat diulur dan ditarik menggunakan drum berputar yang besar, yang biasanya diletakkan di buritan kapal. Kapal rawai ukuran kecil dapat menggunakan tangan untuk mengulur dan menarik kail.[24] Kecepatan kapal menentukan seberapa dalam dan seberapa jauh jangkauan kail.
Troller adalah salah satu jenis longliner dengan kail yang tergantung di sisi kapal yang bergerak. Squid jigger menggunakan kail yang panjang untuk menangkap cumi-cumi. Squid jigger biasanya dilengkapi dengan cahaya lampu yang terang untuk menarik perhatian cumi-cumi.
Dredger
Dredger atau kapal keruk digunakan untuk mengumpulkan kerang di dasar laut. Metode pengerukan dasar laut dapat dibagi menjadi pengerukan dengan sekop atau kantung besar yang ditarik dan dengan menggunakan pompa hidrolik untuk menyedot apapun yang berada di dasar laut.[25]
Pemasang jebakan
Kapal pemasang jebakan ikan digunakan untuk memasang jebakan penangkap hewan laut.[26]
Kapal penelitian
Kapal penelitian digunakan untuk melakukan penelitian perikanan, dapat melakukan berbagai jenis metode penangkapan ikan dalam skala kecil serta dilengkapi dengan laboratorium dan peralatan modern seperti sonar, radar cuaca, dan komunikasi satelit.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e FAO 2007
  2. ^ Produksi Kapal Nelayan. KOMPAS, Jumat 6 September 2013, hal 17.
  3. ^ a b McGrail 2001, page 431
  4. ^ "Oldest Boat Unearthed". China.org.cn. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-02. Diakses tanggal 2008-05-05. 
  5. ^ Lawler, Andrew (June 7, 2002). "Report of Oldest Boat Hints at Early Trade Routes". Science. AAAS. 296 (5574): 1791–1792. doi:10.1126/science.296.5574.1791. PMID 12052936. Diakses tanggal 2008-05-05. 
  6. ^ a b Ward, Cheryl (May/June 2001). "World's Oldest Planked Boats". Archaeology. 54 (3). 
  7. ^ De Vries & Woude (1977), pages 244–245
  8. ^ Oxford Companion to Ships and the Sea, p. 256
  9. ^ a b Fagan 2008
  10. ^ a b Chapelle, page 85
  11. ^ Gardner 1987, page 18
  12. ^ Gardner 1987, page 15
  13. ^ "History of a Brixham trawler". JKappeal.org. 2 March 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-02. Diakses tanggal 13 September 2010. 
  14. ^ "Pilgrim's restoration under full sail". BBC. Diakses tanggal 2 March 2009. 
  15. ^ "Country Profile: Indonesia". FAO. 
  16. ^ "Country Profile: Philippines". FAO. 
  17. ^ NOAA: Sport fishing boat
  18. ^ "The history of game fishing". Boot.de. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-03. 
  19. ^ "First game fishing boat arrives in Hawaii". Honolulu Star-Bulletin. 13 March 1916. 
  20. ^ "Technology Fact Sheets: Fishing Vessel type". FAO. 
  21. ^ "Fishing Vessel type: Trawlers". FAO. 
  22. ^ "Fishing Vessel type: Seiners". FAO. 
  23. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama American
  24. ^ "Fishing Vessel type: Longliners". FAO.  "Drawing". FAO. 
  25. ^ "Fishing Vessel type: Dredgers". FAO.  "Drawing". FAO. 
  26. ^ "Fishing Vessel type: Trap setters". FAO. 

Bahan bacaan terkait sunting

Pranala luar sunting