Kalirejo, Kokap, Kulon Progo

desa di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Kalirejo (Jawa: Kalireja) adalah desa di kecamatan Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

Kalirejo
Negara Indonesia
ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta
KabupatenKulon Progo
KecamatanKokap
Kode Kemendagri34.01.08.2004
Luas12.951.500 ha
Jumlah penduduk5.639 jiwa
Kepadatan435 jiwa/km²

Lokasi Desa sunting

Koordinat Wilayah: 07⁰ 49’ 44” LS 110⁰ 03’ 53” BT

Jarak Desa Kalirejo dengan pusat pemerintahan kecamatan Kokap 5 km, dengan pusat kota kabupaten Dati II Kulon Progo di Wates 20 km, dan jarak dengan ibu kota provinsi Dati I Daerah Istimewa Yogyakarta di Yogyakarta adalah 50 km. Desa ini terletak di lereng selatan perbukitan Menoreh dengan ketinggian tanah 600 meter di atas permukaan laut.

Batas wilayah:

  • Barat: Kabupaten Purwerejo
  • Utara: Desa Hargotirto & Desa Hargowilis
  • Timur: Desa Hargorejo
  • Selatan:Desa Hargomulyo

Profil Desa sunting

Desa Kalirejo memiliki luas 12.951.500 ha dan penduduk 5.639 jiwa. Sekitar 90% wilayahnya adalah pegunungan yang memamerkan keindahan alam yang masih natural dan alami dan berpotensi sebagai objek wisata apabila di pelihara dikelola dan dikembangkan dengan baik. Desa kalirejo terdiri dari 9 pedukuhan. [1]

Sebagian besar wilayah Desa Kalirejo berupa tanah kering yang dimanfaatkan sebagai pekarangan dan hangunan seluas 11.927.500 ha, perladangan seluas 7.350 ha dan sisanya dipergunakan untuk pasar, kuburan dan jalan

Tradisi budaya masih melekat sekali, baik dari budaya daerah maupun upacara adat. Budaya daerah yang ada antara lain Kuda Lumping / Jathilan, Kethoprak, Karawitan, Salawat sedangkan upacara adat meliputi Bersih Desa, Nyadran, Kepungan,Saparan dan juga kenduri. Namun demikian masih perlu adanya pembinaan maupun pendampingan dari pihak-pihak yang terkait agar budaya dan tradisi tersebut tidak hilang dimakan waktu.

Kebersamaan dan kegotong- royong masyarakatpun masih erat melekat pada jiwanya, terbukti dengan adanya pembangunan baik sarana maupun prasarana dilakukan dengan cara gotong royong.[2]

Dukuh sunting

Secara administrasi, Desa Kalirejo dibagi menjadi 9 pedukuhan:

  1. Dukuh PAPAK
  2. Dukuh SENGIR
  3. Dukuh SANGON I
  4. Dukuh SANGON II
  5. Dukuh PLAMPANG I
  6. Dukuh PLAMPANG II
  7. Dukuh PLAMPANG III
  8. Dukuh KALIBUKO I
  9. Dukuh KALIBUKO II

Sejarah Desa sunting

Berdasarkan penuturan dari beberapa tokoh masyarakat bersih desa sudah ada sejak zaman pemerintahan KITA BANGSA sekitar tahun 1877 masehi atau zaman Lurah Pertama Kalibuka. Dalam pelaksanaannya baru pada taraf selamatan (dalam bahasa jawa Ruwat Bumi). Dilanjutkan oleh Lurah kedua yakni R.Joyodikoro sekitar tahun 1898. Baru pada zaman pemerintahan Lurah ketiga Kalibuko yaitu R.Jayaprawira sekitar tahun 1918 dalam pelaksanaan selamatan bersih desa diadakan pentas wayang kulit.

Pada waktu itu Desa Kalirejo belum terbentuk, yang ada adalah Kelurahan Kalibuka, Kelurahan Plampang (Ki Diparejo) dan Kelurahan Sangon ( Ki Kartodimeja ).Tahun 1942 dari ketiga kelurahan tersebut digabung menjadi satu menjadi nama KALIREJO. Adapun lurah pertama Kalirejo adalah R. Mangkurejo/ R Mangkuredja. Masa pemerintahan Lurah pertama antara tahun 1942 sampai dengan tahun 1961. Wilayah pemerintahan meliputi 9 (sembilan) pedukuhan antara lain: Kalibuka I (Harjoprawiro), Kalibuka II ( R. Prawirodikoro ), Papak, sangon I, sangon II, Sengir, Plampang I, Plampang II, Plampang III. Dalam rangka penggabungan tiga kelurahan tersebut dan dengan melestarikan adat tradisi budaya jawa yang telah lama berjalan, maka Lurah R. Mangkurejo mengadakan musyawarah bersama dukuh dan perabot untuk tetap melestarikan adat budaya ayang ada.

Ketoprak & Jathilan sunting

Tradisi budaya masih sangat dijaga sekali di desa kalirejo. Budaya yang ada seperti Ketoprak dan Jatilan. Salah satu contoh Budaya yang telah saya dapatkan informasinya yaitu Ketoprak. Kegiatan Ketoprak masih rutin dilakukan setiap sabtu malam. Hampir semua dusun ikut serta dalam kegiatan ketoprak yang ada di rumah Bpk Suparno di Dusun Sangon 1, tetapi sangat disayangkan pemuda yang ada di sekitar tidak ikut serta dalam kegiatan Ketoprak. Peralatan yang digunakan juga sudah turun temurun dan sekarang masih ada di rumah Bpk Suparno. Nama kelompok ketopraknya ialah Lestari Muda Budaya. [3]

Budaya Bersih Dusun sunting

Ada budaya unik khususnya di Dukuh Kalibuka yaitu budaya bersih dusun. Pada awalnya tata cara bersih dusun dilakukan dari membersihkan lingkungan rumah dan linngkungan pedukuhan yang dilanjutkan pada 9 petilasan Sunan Kalijaga. Namun kurun berjalannya waktu pelaksanaan bersih dusun di kalibuka sudah banyak perubahan. Dan sampai saat ini pelaksanaan bersih dusun antara lain:[4]

  1. Membersihkan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar lingkungan masyarakat bersih dari sampah-sampah sehingga masyarakat akan terhindar dari berbagai penyakit. Namun yg lebih utama bahwa kita diharapkan tidak hanya bersih lahir saja namun batin juga ikut bersih.
  2. Membersihkan Lokasi Sebatur. Sebatur merupakan tempat yang dulunya digunakan untuk mengadakan rapat para walisongo dalam rangka syiar agama Islam dan membahas tentang keberlangsungan kedudukan Raja di tanah jawa. Sehingga tujuan masyarakat membersihkan tempat tersebut adalah untuk mengingatkan pada kita tentang situs sejarah Sunan Kalijaga. Dengan harapan kita bisa mensuritauladan beliau baik dalam perjuangan maupun sistem kepemimpinannya.
  3. Membersihkan Lokasi Bambu/Pring Gede. Pring Gede terjadi dari 8 ( delapan) buah tusuk sate/sujen sate Sunan Kalijogo yang pada waktu itu sedang melakukan buka pausa. Yang akirnya tempat tersebut menjadi tonggak sejarah terbentuknya pedukuhan Kalibuko, yang dulunya berasal dari kata WALI BUKA dan lambat laun menjadi Kalibuko. Sehingga dengan kita membersihkan tempat tersebut kita akan selalu ingat sejarah awal mula terjadinya nama pedukuhan Kalibuko. Sebenarnya masih ada 1 ( satu ) buah lagi tusuk sate / sujen sate yang akhirnya jadi Pring Larangan. Namun pring larangan ini tidak tampak oleh mata kita secara langsung. Dan bumbu masak sate akirnya menjadi pohon asem.
  4. Selamatan atau Kepungan. Selamatan atau kepungan ini biasanya dilaksanakan pada siang hari ditempat dimana akan digelar wayang kulit. Masyarakat berduyun-duyun datang dengan membawa tenong yang berisi makanan yang berujud nasi yang dibentuk menjadi golong dan tumpeng, lauk, buah dan dilengkapi dengan makanan ringan. Adapun yang ketempatan untuk upacara adat bersih dusun, mereka juga mempersiapkan sesaji dan beberapa wujud persembahan. Doa bersama yang dipimpin oleh kaum/Rois dilaksanakan setelah wayang kulit dimulai dengan cara menghentikan sementara pagelaran wayang tersebut. Seperti yang telah disampaikan diatas bahwa upacara adat jawa tekandung makna kias yang dalam dengan simbul-simbul namun sebenarnya banyak makna yang bisa diambil tuntunannya didalamnya. Dengan diadakan selamatan atau kepungan ini merupakan perwujudan syukur kepada Yang Maha Kuasa dan juga wujud dari kebersamaan dan kegotong-royongan masyarakat yang dalam istilah jawa saiyek saeka proyo. Mereka berkumpul bersama, berdoa bersama untuk nenek moyang yang telah meninggalkan kita, berdoa bersama untuk keselamatan semua warga masyarakat dan juga berdoa bersama untuk kemajuan segenap warga masyarakat agar di beri limpahan rahmat baik ramat sehat, selamat dunia dan akhirat dan juga rahmat dengan wujud sejahtera lahir dan batin yang akhirnya akan sejahtera di dunia dan sejahtera diakhirat.
  5. Pagelaran Wayang Kulit Sehari Semalam. Puncak dari acara bersih dusun atau merti dusun ini adalah dengan digelarnya wayang kulit ini. Hal ini dilaksanakan sebagai wujud rasa suka cita atas hasil bumi yang telah didapatkan juga bertujuan untuk melestarikan salah satu bentuk budaya daerah, khususnya budaya jawa. Dipilihnya wayang kulit sebagai puncak acara upacara adat ini karena wayang kulit merupakan budaya yang tidak hanya sekadar tontonan namun juga berisi tuntunan dan juga dengan tatanan. Tontonan adalah hiburan yang bisa dilihat dengan mata dan akan membuat kita merasa senang dan terhibur. Dengan melihat wayang kulit kita akan terhibur, banyak kreasi yang muncul dan banyolan yang membuat kita bisa tertawa sehingga pikiran menjadi segar. Tuntunan, dalam cerita wayang kulit banyak hikmah yang bisa kita ambil, banyak suri tauladan dari tokoh pewayangan yang dapat kita contoh, banyak wejangan yang bisa kita ambil maknanya sampai pada informasi terkinipun dapat disebarluaskan lewat wayang kulit ini. Bahkan penyebaran agamapun bisa dilakukan dengan media ini. Tatanan, pagelaran wayang kulit tidak hanya asal-asalan namun ada patokan-patokan yang mesti dilakukan, dalam istilah jawanya pakem. Baik dari dalang, waranggono, maupun pemain musiknya. Ada aturan-aturan khusus yang mereka lakukan. Inilah keunikan budaya jawa. Sehingga kenapa generasi muda banyak yang tidak suka dengan budayanya sendiri karena mereka berpikir ini sangat sulit, pelik, rumit, ribet dan kuno. Namun tanpa kita mau melestarikan maka budaya akan hilang dan kita akan kehilangan jati diri.

Potensi Desa sunting

Desa Kalirejo masih asri dan alami, sehingga kaya akan potensi wisata alam dan industri pertanian, antara lain:

  • Gula semut di Desa Kalirejo telah mendapatkan banyak perhatian, salah satunya oleh program Persiapan Keberangkatan (PK) ke-47 para beaswan LPDP melalui pelatihan dan pembukaan "Kampung Gula Semut" di Dukuh Plampang 1 [5] Diarsipkan 2017-03-15 di Wayback Machine..
  • Potensi alam yang disediakan Desa Kalirejo antara lain bambu, kayu, batu dan juga dari sektor barang tambang seperti emas, barit dan lain lain maupun dari sektor perkebunan seperti buah-buahan seperti durian, langsep, manggis, alpokat.
  • Gunung Agung di Dukuh Plampang 1, Kalirejo, Kokap, juga merupakan salah satu potensi wisata alam yang tidak diboleh dilewatkan saat berkunjung ke Kokap. Sebagai salah satu area pegunungan tertinggi di wilayah Kulon Progo, pemandangan alam yang disediakannya sangat indah ditambah udaranya yang sejuk dan segar. Dengan keadaan alam yang masih alami ini perlu sentuhan-sentuhan lagi agar lebih menarik dan bisa sebagai potensi wisata alam alternatif di wilayah Kabupaten Kulon Progo.
  • Salah satu objek wisata yang ada di desa Kalirejo ialah Gunung Ijo. Letak dari Gunung ijo lebih tepatnya berada di Dukuh Plampang 3 dan Pemandangan yang indah dan suasana yang sejuk. Sangat menarik apabila kita bisa menikmati keindahan alam yang ada di Gunung Ijo tersebut.Terutama bagi kita yang sangat senang dengan suasana asri daerah-daerah pegunungan.[6]

Dengan potensi alamnya yang masih belum banyak dimanfaatkan, diperlukan keterlibatan pemerintah, universitas, dan lembaga swadaya dalam mengembangkan potensi Desa Kalirejo. Desa Kalirejo juga sering dilibatkan dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) oleh universitas-universitas di Yogyakarta dan sekitar.

Profil Kesehatan sunting

Desa Kalirejo merupakan salah satu desa endemis malaria dengan tingkat ikejadian infeksi malaria yang relatif tinggi dibandingkan desa-desa di sekitarnya. Meskipun demikian, insidensi malaria telah turun drastis sejak tahun 2012. Hal ini juga dibantu melalui insiasi program PROMOTE Project ("Kulon Progo Reduce Malaria through One Health Initiative") pada tahun 2016 berlokasi di Dukuh Plampang 1 yang bertujuan untuk memperkuat kewaspadaan masyarakat dalam menanggulangi malaria. Strategi yang telah terbukti efektif secara global pun diperkenalkan, antara lain: penggunaan kelambu berinsektisida, indoor spraying residue (IRS), penggunaan lotion dan semprotan anti-nyamuk, deteksi dini dan pengobatan tuntas, serta upaya-upaya pencegahan lainnya (penggunaan lengan panjang, menghindari keluar malam hari, dan menjaga kelancaran saluran air limbah).