Kadal

kadal rehan adalah salah satu spesies kadal langkah, berada di mas naga

Kadal atau bengkarung adalah kelompok reptilia bersisik berkaki empat (beberapa spesies tidak berkaki dan mirip ular, tetapi bukan ular) yang tersebar sangat luas di dunia. Secara ilmiah, kelompok besar ini dikenal sebagai subordo atau anak bangsa Lacertilia (beberapa literatur menyebut Sauria) yang merupakan anggota dari bangsa reptilia bersisik (Squamata) bersama dengan ular.[1]

Kadal
Lacertilia

Taksonomi
KerajaanAnimalia
FilumChordata
KelasReptilia
OrdoSquamata
UpaordoLacertilia
Owen, 1842

Secara umum, istilah "kadal" atau "bengkarung" (bahasa Inggris: lizard) juga mencakup kelompok cecak, tokek, bunglon, cecak terbang, biawak, iguana, dan lain-lain. Sedangkan secara sempit, istilah kadal (dan bengkarung) dalam bahasa Indonesia hanya merujuk kepada kelompok kadal yang umumnya bertubuh kecil, padat, bersisik licin dan berkilau, serta hidup di tanah (Ingg.: skink, yaitu semua jenis dari famili Scincidae, atau jenis-jenis dari infraordo Scincomorpha). Kadal pada umumnya memiliki empat kaki, lubang telinga luar, dan kelopak mata yang dapat dibuka-ditutup. Walau begitu, ada pula jenis-jenis yang tidak memiliki sebagian ciri itu. Contohnya adalah ular kaca (glass snake atau glass lizard, suku Anguidae) yang tidak 6 kaki fisik sehingga menyerupai ular, tetapi masih bisa dibedakan dengan ular berdasarkan ciri-ciri yang lain.[2]

Keanekaragaman sunting

 
Kadal kebun betina (Eutropis multifasciatus) sedang berjemur
 
Biawak Sungai Nil (Varanus niloticus)
 
Iguana laut (Amblyrhynchus cristatus)

Saat ini, bangsa kadal terdiri dari sekitar 40 suku, dengan bentuk tubuh, warna, dan ukuran tubuh setiap jenisnya yang sangat bervariasi. Sebagian jenis mempunyai sisik-sisik yang halus dan mengkilap seolah-olah dilapisi minyak, tetapi sebenarnya sisik-sisik itu kering karena kadal tidak memiliki pori di kulitnya untuk mengeluarkan keringat atau minyak. Beberapa jenis kadal seperti cecak dan tokek memiliki setae khusus di telapak kaki yang berfungsi sebagai perekat saat memanjat pohon atau dinding.[3]

Sebagian besar spesies kadal memiliki tungkai namun ada beberapa golongan kadal yang tidak memiliki tungkai dan bentuk tubuhnya menyerupai ular. Kadal-kadal ini disebut kadal tanpa kaki. Contohnya Anguis fragilis, yang memiliki tubuh yang panjang dan tanpa tungkai. Terlepas dari itu semua, kadal-kadal tanpa tungkai masih bisa dibedakan dari ular, dari bentuk lidah yang bercabang dua namun setiap cabang berukuran pendek dan gepeng (sedangkan pada ular, kedua cabang lidah berukuran panjang, dan dapat dijulurkan dalam keadaan mulut tertutup), lubang telinga (ular tidak memiliki lubang telinga dan tidak bisa mendengar sama sekali), kelopak mata (ular tidak memiliki kelopak mata), ekor yang lebih panjang daripada tubuh (pada ular, tubuh lebih panjang dan ekor lebih pendek), sisik yang lunak (sementara pada ular, sisik cenderung lebih menonjol).[4][5]

Habitat dan penyebaran sunting

Kadal adalah reptilia yang paling sukses berkembang di dunia dan dapat (bahkan sering) dijumpai di semua habitat: hutan, gurun pasir, padang rumput, kebun, sawah, daerah berawa, bahkan di pemukiman dan kota-kota, dimanapun selama kadal bisa menemukan makanan kesukaan mereka. Beberapa spesies seperti Iguana laut bahkan hidup di pantai dan memakan rumput laut sebagai makanan utamanya. Kadal juga dapat hidup di wilayah sejuk seperti pegunungan. Namun, sebagai binatang berdarah dingin (poikiloterm), kadal tidak dapat bertahan terlalu lama di tempat yang bersuhu rendah dan memerlukan sinar matahari sebagai salah satu sumber energi mereka untuk beraktivitas, sehingga kadal tidak akan bisa dijumpai di puncak-puncak gunung serta di daerah salju dan kutub. Kadal juga tidak bisa dijumpai di pulau-pulau terisolasi seperti kepulauan di Pasifik (kecuali Melanesia dan Selandia Baru, serta Kepulauan Galapagos yang masing-masing daerah tersebut memiliki spesies kadal endemik).

Kebiasaan sunting

Sebagian besar kadal aktif pada siang hari, sebagian lainnya aktif pada malam hari. Ada juga beberapa spesies yang aktif pada pagi hingga sore hari. Sebagian besar kadal memerlukan sinar matahari untuk menghangatkan badannya sebelum beraktivitas. Biasanya, kadal berkelana sendirian, kadang-kadang juga berkelompok, misalnya Komodo yang memakan mangsanya bersama-sama dengan komodo lainnya. Interaksi yang paling sering dilakukan kadal adalah ketika musim kawin. Biasanya, kadal saling berkomunikasi menggunakan isyarat tertentu seperti enggerakkan bagian tubuh tertentu (semisal ekor), menjulurkan lidahnya, mengubah-ubah warna kulit (contohnya bunglon) atau menaik-turunkan badannya. Pada keadaan tertentu, kadal-kadal jantan sering kali berkelahi dengan sadis untuk memperebutkan wilayah kekuasaan atau kadal betina, seperti saling menggigit atau mencakar, sampai salah satu mengalah dan pergi.[6][7]

Jika ada hewan atau manusia yang mengganggu, kadal biasanya memilih pergi menjauh. Namun, jika sudah tidak mampu melarikan diri, kadal akan membela diri dengan berbagai cara. Misalnya, mengeluarkan suara yang nyaring atau menggigit bagian tubuh pengganggunya. Beberapa jenis kadal seperti cecak dapat memutuskan ekornya (autotomi) sebagai alat pengalih perhatian pengganggu, selanjutnya kadal tersebut akan melarikan diri secepat mungkin dan bersembunyi. Meskipun ekornya putus, tetapi tubuhnya bisa menumbuhkan ekor yang baru.[8]

Makanan sunting

Kadal adalah reptil omnivora (pemakan hewan dan/atau tumbuhan), tetapi bisa dipastikan bahwa hampir semua jenis kadal pasti lebih menyukai zat hewani. Makanan kadal meliputi serangga (yang merupakan makanan utama sebagian besar spesies kadal, biasanya nyamuk, belalang, atau larva), cacing, amfibia, reptil yang lain (terkadang jenisnya sendiri/kanibal), dan mamalia kecil. Beberapa spesies lebih menyukai zat nabati seperti tanaman, buah-buahan dan bahan nabati lain, misalnya Iguana laut yang memakan rumput laut. Sebagian kelompok kadal juga menyukai bangkai, bahkan kadal besar seperti komodo juga memangsa hewan besar lainnya, misalnya unggas, rusa atau babi hutan. Bahkan ada beberapa kasus serangan komodo terhadap manusia.[5]

Reproduksi sunting

Sebagian besar kadal berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Telur kadal terdiri dari lapisan luar berupa cangkang lunak yang kedap air (biasanya berwarna putih), kemudian ada dinding dalam berupa selaput, serta zat puti-kuning telur, yang akan berubah menjadi individu kadal baru apabila diinkubasi. Jenis kelamin pada kadal yang akan menetas sangat dipengaruhi suhu udara di sekitarnya. Apabila suhu udara tinggi, telur tersebut akan berisi kadal jantan, sedangkan jika sebaliknya (suhu udara rendah) akan menghasilkan kadal betina. Namun, batas suhu pasti akan menghasilkan jantan atau betina, sampai saat ini masih diperdebatkan.[9]

Beberapa jenis kadal, sekitar 20% spesies, berkembangbiak dengan melahirkan (ovovivipar). Biasanya, saat melahirkan, bagian tubuh yang keluar terlebih dahulu adalah ekor. Jenis kelamin bayi kadal yang lahir dipengaruhi oleh suhu tempat ia akan dilahirkan. Seperti halnya kadal yang bertelur, suhu yang tinggi akan neghasilkan lebih banyak jantan dan suhu yang rendah akan menghasilkan lebih banyak betina. Beberapa jenis kadal bahkan dapat berkembangbiak tanpa perkawinan samasekali (partenogenesis).

Kadal yang berbisa sunting

 
Kadal Gila, Heloderma s. suspectum

Sejauh ini, dikenal hanya ada dua jenis kadal yang gigitannya terbukti berbisa, yakni kadal Gila dan kadal manik-manik Meksiko. Kedua jenis kadal yang berkerabat ini hidup di gurun di Amerika Serikat bagian barat daya dan Meksiko utara. Meskipun banyak mitos dan legenda tentang kedua makhluk tersebut dan ditemukannya fakta bahwa gigitan mereka bisa menyebabkan luka yang serius, tetapi belum ada catatan atau informasi mengenai kematian yang terjadi pada manusia akibat gigitan kedua kadal ini.

Penelitian di Australia beberapa waktu yang lalu menunjukkan adanya kemungkinan bahwa beberapa jenis kadal, seperti iguana dan biawak, juga memiliki kelenjar bisa .[10] Walaupun, jika dugaan ini benar, bisa ini diyakini tidak berpengaruh serius pada manusia, mengingat bahwa bisa ini dikeluarkan kadal-kadal tersebut sedikit demi sedikit dari mulutnya melalui proses mengunyah mangsanya, dan bukan disuntikkan sekaligus dalam jumlah besar sebagaimana yang dilakukan ular berbisa.

Sebelumnya, diyakini bahwa pembengkakan dan iritasi yang terjadi akibat gigitan kadal-kadal itu terjadi karena infeksi bakteri yang menyertai gigitan. Hal ini masih benar pada kebanyakan kasus. Akan tetapi, penelitian di atas mengindikasikan kemungkinan pembengkakan itu terjadi akibat masuknya bisa kadal. Lebih jauh, para ahli yang mendukung penelitian ini mengajak untuk meninjau kembali sistem klasifikasi kadal khususnya terkait dengan perkembangan kelenjar bisa pada kadal. Jika berhasil, penelitian ini dapat memperbaiki pemahaman mengenai evolusi kadal dan ular, serta racun atau bisa yang dimiliki keduanya.[10]

Kadal dan manusia sunting

Sebagian besar kadal tidak berbahaya bagi manusia. Sekalipun ada kadal menggigit manusia, jarang sekali gigitannya sampai menyebabkan luka parah. Diyakini pula bahwa hanya biawak Komodo yang bisa membunuh manusia dan hewan ternak, baik karena mengganggu atau sebagai makanan. Kadal Gila dan kadal manik-manik Meksiko yang berbisa pun juga tidak selalu mematikan, meskipun luka yang diakibatkan oleh gigitannya sangat menyakitkan. Umumnya, kadal bahkan berguna bagi manusia karena mengendalikan hama yang mengganggu, sebagai hewan peliharaan (pet), atau menghasilkan kulit untuk dijadikan karya seni kerajinan, dan ada pula yang diburu dan diambil dagingnya untuk dimakan.[11][12]

Kadal juga dianggap binatang sakral dalam sebagian budaya dan mitologi suku-suku tradisional di dunia, misalnya di Australia dan Peru. Tidak mengherankan jika kadal kerap diterakan dalam simbol-simbol kesenian tradisional mereka. Namun pada beberapa kepercayaan lain, misalnya dalam agama Islam, ada banyak Hadist riwayat yang memerintahkan untuk membunuh jenis-jenis kadal tertentu, misalnya cecak dan/atau tokek. Meskipun membantu mengurangi populasi nyamuk di rumah, tetapi diperintahkan untuk dibunuh karena dianggap menjijikan dan menyebarkan penyakit apabila menyentuh makanan manusia.[13][14]

Klasifikasi sunting

 
Kadal gurun Uma inornata
 
Kadal Basilisk, Basiliscus plumifrons
 
Kadal ekor-belang, Callisaurus draconoides
 
Kadal rumput Takydromus sexlineatus
 
Biawak hijau, Varanus prasinus

Infraordo Iguania[15] sunting

Superfamilia Iguanidea:

Infraordo Gekkota[15] sunting

Infraordo Scincomorpha[15] sunting

Superfamilia Gymnophthalmoidea (after Goicoechea et al. 2016)

Infraordo Diploglossa[15] sunting

Infraordo Dibamia[15] sunting

Infraordo Platynota[15] sunting

Superfamilia Shinisauroidea

Referensi sunting

  1. ^ Reptile Database. Retrieved on 2012-04-22
  2. ^ Muir, Hazel (3 December 2001). "Minute gecko matches smallest reptile record". New Scientist. 
  3. ^ "The world's top 10 reptiles – in pictures". The Guardian. 5 May 2016. 
  4. ^ Starr, C.; Taggart, R.; Evers, C. (2012). Biology: The Unity and Diversity of Life. Cengage Learning. hlm. 429. ISBN 978-1111425692. 
  5. ^ a b Pough; et al. (2002) [1992]. Herpetology (edisi ke-Third). Pearson Prentice Hall. 
  6. ^ Pianka and Vitt, pp. 32–37.
  7. ^ Lanham, E. J.; Bull. M. C. (2004). "Enhanced vigilance in groups in Egernia stokesii, a lizard with stable social aggregations". Journal of Zoology. 263 (1): 95–99. doi:10.1017/S0952836904004923. 
  8. ^ Barnett, K. E.; Cocroft, R. B.; Fleishman, L. J. (1999). "Possible communication by substrate vibration in a chameleon" (PDF). Copeia. 1: 225–228. doi:10.2307/1447408. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-02-16. Diakses tanggal 2018-11-05. 
  9. ^ Morales, Alex (20 December 2006). "Komodo Dragons, World's Largest Lizards, Have Virgin Births". Bloomberg Television. Diakses tanggal 28 March 2008. 
  10. ^ a b Young, Emma (2005). "Lizards' poisonous secret is revealed". New Scientist. Diakses tanggal 2007-06-02. 
  11. ^ Jember Ekspor Tokek ke Asia Diarsipkan 2007-08-18 di Wayback Machine., artikel Gatra.com, 15 Juni 2006
  12. ^ Dendeng Tokek, Primadona Bisnis Probolinggo Diarsipkan 2007-01-03 di Wayback Machine., tayangan teve Indosiar, Rabu, 22 Februari 2006, 12:00 WIB
  13. ^ Berrin, Katherine & Larco Museum. The Spirit of Ancient Peru: Treasures from the Museo Arqueológico Rafael Larco Herrera. New York: Thames and Hudson, 1997.
  14. ^ Rosululloh Sollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh tokek/cecak, beliau menyebut hewan ini dengan hewan yang fasik” (HR. Muslim, no. 2238)
  15. ^ a b c d e f "Higher Reptile Taxa". www.reptile-database.org. 

Bacaan lanjutan sunting

Pranala luar sunting