Kabupaten Kerinci
Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kerinci ditetapkan sebagai Kabupaten sejak awal berdirinya Provinsi Jambi dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh. Pada tahun 2011, pusat pemerintahan berpindah ke Siulak.[3] Nama kerinci berasal dari bahasa Tamil yaitu Kurinji, yang merupakan nama bunga yang tumbuh di daerah pegunungan india selatan.
Kabupaten Kerinci | ||
---|---|---|
Sumatra ![]() | ||
| ||
Motto: Sakti Alam Kerinci | ||
![]() | ||
Koordinat: 2°05′02″S 101°28′48″E / 2.0839°S 101.48°E | ||
Negara | ![]() | |
Provinsi | Jambi | |
Tanggal peresmian | 10 November 1958 | |
Dasar hukum | UU No. 58 Tahun 1958 | |
Ibu kota | Siulak | |
Pemerintahan | ||
• Bupati | Dr. Drs. H. Adirozal, M.Si. | |
• Wakil Bupati | Ir. H. Ami Taher | |
Luas | ||
• Total | 3.807,283 km2 (1,470,000 sq mi) | |
Populasi ((2014)) | ||
• Total | 253.256 jiwa | |
• Kepadatan | 66,51/km2 (172,3/sq mi) | |
Demografi | ||
Zona waktu | WIB (UTC+07:00) | |
Kode telepon | 0748 | |
Kode Kemendagri | 15.01 ![]() | |
Jumlah kecamatan | 16 | |
Jumlah kelurahan | 287 | |
DAU | Rp. 612.248.352.-(2018)[2] | |
Flora resmi | Bunga Bangkai | |
Fauna resmi | Harimau Sumatra | |
Situs web | http://www.kerincikab.go.id/ |
GeografiSunting
Batas WilayahSunting
Kerinci berada di ujung barat Provinsi Jambi dengan batas wilayah sebagai berikut:
SejarahSunting
Catatan China menyebut ada sebuah negeri bernama Koying yang berdiri pada Abad 2 SM. Negeri ini terletak di sebuah dataran tinggi dan memiliki gunung berapi. Beberapa ahli berpendapat bahwa Koying identik dengan dataran tinggi Kerinci.[4] Abad 14 M, Kerajaan Dharmasraya mulai menetapkan undang-undang kepada para Kepala suku atau luhah disetiap dusun di Selunjur bhumi Kurinci, Kepala suku tersebut disebut sebagai Depati sebagaimana yang tercantum dalam kitab Undang-undang Tanjung Tanah. Menurut Uli Kozok, negeri Kurinci atau Kerinci tidak sepenuhnya di bawah kendali Dharmasraya, para Depati tetap memiliki hak Penuh atas kekuasaannya, penetapan Undang-undang disebabkan Kerajaan Dharmasraya ingin menguasai perdagangan emas yang saat itu melimpah ruah di Bumi Kerinci.[5] Abad 15 M, Kerajaan Jambi mulai memegang kendali atas Para Depati di Bumi Kerinci, Kerajaan Jambi yang berada di Tanah Pilih, Kota Jambi sekarang. Menunjuk Pangeran Temenggung Kebul di Bukit sebagai wakil Kerajaan Jambi di wilayah hulu berkedudukan di Muaro Masumai, untuk mengontrol dan mengendalikan para Depati di Kerinci Rendah dan Kerinci Tinggi. Para depati yang dulunya terpisah-pisah dalam sebuah kampung atau kelompok kecil disatukan dalam pemerintahan yang dibuat oleh Kerajaan Jambi, Pemerintahan ini disebut dengan Pemerintahan Depati Empat,berpusat di Sandaran Agung. Abad 16 M, Terjadinya perjanjian di Bukit Sitinjau Laut antara Kesultanan Jambi yang diwakili oleh Pangeran Temenggung,Kesultanan Inderapura diwakili oleh Sultan Muhammadsyah dikenal dengan sebutan Tuanku Berdarah Putih dan Alam Kerinci diwakili oleh Depati Rencong Telang dan Depati Rajo Mudo. Isi Perjanjian tersebut intinya untuk saling menjaga keamanan antar tiga wilayah sebab saat itu banyak para penyamun dan perompak yang berada di jalur perdagangan antara Kerinci-Indrapura maupun Kerinci-Jambi.
Abad 17 M, terbentuk Pemerintahan Mendapo nan Selapan Helai Kain yang berpusat di Hamparan Rawang, serta beberapa wilayah Otonomi tersendiri seperti Tigo Luhah Tanah Sekudung di Siulak, Pegawai jenang Pegawai Raja di Sungai Penuh.Tahun 1901 M, Belanda Mulai Masuk Ke Alam Kerinci melewati renah Manjuto di Lempur hingga terjadi peperangan dengan beberapa Pasukan Belanda, Pasukan Belanda gagal memasuki Alam Kerinci.Tahun 1903 M, Belanda berhasil membujuk Sultan Rusli, Tuanku Regent sekaligus menjabat Sultan Indrapura untuk membawa pasukan Belanda ke Alam Kerinci dengan tujuan agar tidak terjadi perlawanan dari rakyat Kerinci. Ternyata yang terjadi sebaliknya, Perlawanan Rakyat Kerinci begitu hebatnya hingga terjadi peperangan selama Tiga bulan di Pulau Tengah. Peperangan Pulau Tengah di bawah komando Depati Parbo memakan korban perempuan dan anak-anak yang begitu banyak setelah Belanda membakar habis Kampung tersebut.[6] Tahun 1904 M, Kerinci takluk di bawah pemerintahan Belanda setelah kalah Perang dan Depati Parbo di Buang Ke Ternate
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kerinci masuk ke dalam Karesidenan Jambi (1904-1921), kemudian berganti di bawah Karesidenan Sumatra's Westkust (1921-1942). Pada masa itu, Kerinci dijadikan wilayah setingkat onderafdeeling yang dinamakan Onderafdeeling Kerinci-Indrapura. Setelah kemerdekaan, status administratifnya dijadikan Kabupaten Pesisir Selatan-Kerinci. Sedangkan Kerinci sendiri, diberi status daerah administratif setingkat kewedanaan.[7]. Kewedanan Kerinci terbagi menjadi tiga Kecamatan yaitu:
- Kecamatan Kerinci Hulu terdiri dari Kemendapoan Danau Bento, Kemendapoan Natasari, Kemendapoan Siulak (Wilayah Adat tanah Sekudung) serta Kemendapoan Semurup,
- Kecamatan Kerinci tengah terdiri dari Kemendapoan Depati Tujuh, Kemendapoan Kemantan, Kemendapoan Rawang, Kemendapoan Sungai Tutung, Kemendapoan Limo Dusun, Kemendapoan Penawar, Kemendapoan Hiang,dan Kemendapoan Keliling danau,
- Kecamatan Kerinci Hilir terdiri dari kemendapoan seleman,Kemendapoan 3 Helai Kain, kemendapoan Lempur, dan Kemendapoan Lolo.
Pada tahun 1957, Provinsi Sumatra Tengah dipecah menjadi 3 provinsi:
- Sumatra Barat, meliputi daerah darek Minangkabau dan Rantau Pesisir
- Riau, meliputi wilayah Kesultanan Siak, Pelalawan, Rokan, Indragiri, Riau-Lingga, ditambah Rantau Hilir Minangkabau: Kampar dan Kuantan.
- Jambi, meliputi bekas wilayah Kesultanan Jambi ditambah Pecahan dari Kabupaten Pesisir Selatan -Kerinci: Kerinci.
Tahun 1970, Sistem Kemendapoan ( setingkat kelurahan]] yang telah dipakai sejak ratusan tahun lalu, dihapuskan. Istilah Dusun diganti menjadi desa.
EtimologiSunting
Nama "Kerinci" berasal dari bahasa Tamil "Kurinci". Tanah Tamil dapat dibagi menjadi empat kawasan yang dinamakan menurut bunga yang khas untuk masing-masing daerah. Bunga yang khas untuk daerah pegunungan ialah bunga Kurinci (Latin Strobilanthus. Dengan demikian Kurinci juga berarti 'kawasan pegunungan'.
Zaman dahulu, Sumatra dikenal dengan istilah Swarnadwipa atau Swarnabhumi (tanah atau pulau emas). Kala itu Kerinci, Lebong, dan Minangkabau menjadi wilayah penghasil emas utama di Indonesia (walaupun kebanyakan sumber emas terdapat di luar Kabupaten Kerinci di daerah Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin). Di daerah Kerinci banyak ditemukan batu-batuan Megalitik dari zaman Perunggu (Bronze Age) dengan pengaruh Budha termasuk keramik Tiongkok. Hal ini menunjukkan wilayah ini telah banyak berhubungan dengan dunia luar.
Awalnya "Kerinci" adalah nama sebuah gunung dan danau (tasik), tetapi kemudian wilayah yang berada di sekitarnya disebut dengan nama yang sama. Dengan begitu daerahnya disebut sebagai Kerinci (Kinci atau Kince atau “Kincai” dalam bahasa setempat), dan penduduknya pun disebut sebagai orang Kerinci.
PemerintahanSunting
Daftar BupatiSunting
Berikut Daftar Bupati Kerinci dari masa ke masa:
No. | Bupati | Awal menjabat | Akhir menjabat | Prd. | Ket. | Wakil Bupati | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Mohd. Noeh | ||||||||
Yusuf Nasri | ||||||||
H. Ali Hamzah |
||||||||
Drs. Z. Mukhtar Daeng Maguna |
||||||||
Letkol Yusuf Rusdi | ||||||||
Syamsu Bahrun | ||||||||
Kol. M. Koekoeh |
||||||||
M. A. A. DT Majo Indo | ||||||||
Drs. Ahmad Daud |
||||||||
Rusdi Sayuti BA |
||||||||
Jamaludin Tambunan SH |
||||||||
Nazar Efendi | ||||||||
Drs. H. Mohd. Awal |
||||||||
Drs. Hasmi Mukhtar |
||||||||
Kol. H. Bambang Sukowinarno |
||||||||
Letkol Czi (Purn.) H. Fauzi Siin |
||||||||
H. Murasman S.Pd., M.M. |
||||||||
Dr. H. Adirozal M.Si. |
||||||||
Agus Sunaryo | ||||||||
Dr. H. Adirozal M.Si. |
Ami Taher |
Dewan PerwakilanSunting
KecamatanSunting
Kabupaten Kerinci terdiri atas 18 kecamatan, sebagai berikut:
PemekaranSunting
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008, beberapa bekas kecamatan di Kabupaten Kerinci ditetapkan untuk menjadi bagian dari Kota Sungaipenuh.
Kecamatan-kecamatan yang dimaksud adalah:
DemografiSunting
BudayaSunting
Masyarakat Kerinci menganut sistem adat matrilineal. Rumah suku Kerinci disebut "Larik", yang terdiri dari beberapa deretan rumah petak yang bersambung-sambung dan dihuni oleh beberapa keluarga yang masih satu keturunan. Suku Kerinci memiliki banyak tarian tradisional seperti Tarian Asyeik Naik Mahligai, Mandi Taman, Ngayun Luci tarian ini merupakan peninggalan dari tradisi Animisme. Setelah masuknya Islam, Berkembang Tarian yang lebih Islami seperti tari Rangguk, Sike Rebana, dan Iyo-iyo. Suku Kerinci juga memiliki sastra Lisan yang tertuang dalam bentuk Tale, Barendih, Mantau, Nyaho, Kunun dan K'ba. Selain itu,Suku Kerinci memiliki seni bela diridan permainan tradisional seperti Pencak Silat dan Ngadu Tanduk.
BahasaSunting
Bahasa Kerinci termasuk salah satu anak cabang Bahasa Austronesia, yang dekat dengan Bahasa Minangkabau.[8] Ada lebih dari 130 dialek bahasa yang berbeda di tiap-tiap desa di daerah Kerinci.
Arti LambangSunting
- Dasar Biru, menunjukkan daerah Kerinci yang terletak diatas pegunungan
- Latar Belakang sket Gunung Kerinci, menunjukkan keagungan Sejarah dan Kebudayaan
- Masjid, melambangkan ketaqwaan masyarakat Kerinci terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Jenjang Tingkat Lima, menunjukkan jiwa Pancasila
- Gong, menunjukkan persatuan dan kesatuan serta ketinggian seni budaya
- Keris, melambangkan kepahlawanan rakyat Kerinci dan keadilan penguasanya.
- Padi: Sepuluh butir sebelah kiri menunjukkan tanggal 10 Sebelas butir sebelah kanan menunjukkan bulan 11 atau November
- Daun Teh:
- Lima helai sebelah kiri
- Delapan helai sebelah kanan Keduanya menunjukkan angka 58 (dari kedua hasil pertanian dan perkebunan tersebut padi dan the tercermin waktu kelahiran daerah Kabupaten Kerinci, yaitu tanggal 10 November 1958.
- Empat Buah Kunci, melambangkan penguasa adat di Kerinci yang disebut orang empat jenis, yaitu:
- Depati Ninik Mamak,
- Orang tua Cerdik Pandai,
- Alim Ulama,dan
- Hulubalang.
- Pada Pita tertulis, SAKTI ALAM KERINCI, sebagai motto daerah.
MaskotSunting
Gunung Kerinci sebagai Ikon Pariwisata Provinsi Jambi sekaligus Maskot Kabupaten Kerinci, sebagai tujuan wisata yang menarik wisata domestik maupun mancanegara.
EkonomiSunting
AgrobisnisSunting
Sumber perekonomian utama masyarakat di kabupaten Kerinci adalah dari sektor agrobisnis yang meliputi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Hasil pertanian & perkebunan meliputi:
- Sayur mayur: tomat, cabai, kubis, labu, wortel, sawi, kol, buncis, kacang panjang, mentimun, kentang, dll
- Padi
- Tebu
- Tanaman hias
- Kayu-kayuan: Sengon, Jabon
Hasil perikanan & peternakan meliputi:
- Daging & telur ayam kampung (Ayam Buras)
- Daging & telur ayam ras
- Daging Sapi
- Ikan Lele
- Ikan Nila
IndustriSunting
Industri di Kabupaten Kerinci banyak bergerak dibidang pengolahan dan perdagangan hasil bumi meliputi:
- Industri teh
- Industri makanan olahan (dodol kentang, keripik kentang, aneka camilan, dll)
- Industri minuman olahan (Teh Kulit Kayu Manis/Teh Kayu Manis, Minuman Herbal dari rempahan, (seperti: Sari Kunyit Sirih, Sari Kunyit Putih, Sari Jahe Merah, Sari Temulawak), sirup kayu manis, dll)
- Industri pemotongan & pengolahan kayu
- Industri pengolahan daging ayam kampung
TransportasiSunting
BusSunting
Terminal Semurup, salah satu terminal bayangan. Ada 2 lagi Terminal namun masih tahap pembangunan.
PesawatSunting
Bandar Udara Depati Parbo yang terletak di Sitinjau Laut saat ini melayani jurusan penerbangan Kerinci - Muara Bungo - Jambi ( Wings Air ), rencana jurusan baru Kerinci - Pekanbaru, Kerinci - Jakarta, Kerinci - Palembang, Kerinci - Batam, Kerinci - Padang dan Kerinci - Kuala Lumpur.
PariwisataSunting
Kabupaten Kerinci dikenal sebagai daerah tujuan wisata utama Jambi. Berikut ini adalah beberapa tempat wisata menarik di Kabupaten Kerinci.
Wisata GunungSunting
- Gunung Kerinci lewat desa Kersik Tuo, Kayu Aro, Kerinci
- Gunung Kunyit lewat desa Talang Kemuning, Bukit Kerman, Kerinci
- Gunung Tujuh lewat desa Pelompek, Kayu Aro, Kerinci
Wisata DanauSunting
- Danau Kerinci pesanggrahan desa Sanggaran Agung, Danau Kerinci, Kerinci
- Danau Gunung Tujuh lewat desa Pelompek, Gunung Tujuh, Kerinci
- Danau Lingkat lewat Gunung Raya, Kerinci
- Danau Kaco Lewat Gunung Raya, Kerinci
- Danau Duo lewat Gunung Raya, Kerinci
- Danau Nyalo lewat Gunung Raya, Kerinci
- Danau Kecik lewat Gunung Raya, Kerinci
Wisata Air TerjunSunting
- Air Terjun Telun Berasap lewat kecamatan Kayu Aro, Kerinci
- Air Terjun Pancaro Rayo lewat Pulau Tengah, Keliling Danau, Kerinci
- Air Terjun Talang Kemulun lewat desa Talang Kemulun, Danau Kerinci, Kerinci
- Air Terjun Pendung lewat desa Pendung Hilir, Air Hangat, Kerinci
- Air Terjun Tri Kontra lewat desa Pauh Tinggi, Gunung Tujuh, Kerinci
- Air Terjun Sungai Medang lewat desa Sungai Medang, Air Hangat Timur, Kerinci
Wisata SejarahSunting
Wisata AgroSunting
- Kebun Teh Kayu Aro kecamatan Kayu Aro, Kayu Aro Barat dan Gunung Tujuh
Wisata ReligiSunting
Kuliner KhasSunting
Kabupaten Kerinci mempunyai beberapa masakan khas, di antaranya:
Makanan ringanSunting
Kabupaten Kerinci mempunyai beberapa makanan ringan yang khas, di antaranya:
MinumanSunting
Kabupaten Kerinci mempunyai beberapa minuman khas, di antaranya:
PendidikanSunting
Sekolah Menengah AtasSunting
Saat Ini Kabupaten Kerinci memiliki 13 SMA Negeri yang tersebar di tiap daerah Kabupaten Kerinci.
Perguruan TinggiSunting
Kerinci memiliki bebrepa perguruan tinggi diantaranya sebagai berikut.
ReferensiSunting
- ^ http://www.jambiprov.go.id/index.php?letluaswil
- ^ (PDF) http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2018/10/DAU.pdf. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2011 Tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Kerinci Dari Wilayah Kota Sungaipenuh ke Wilayah Kecamatan Siulak
- ^ Idris jakfar, Sejarah Kerinci Purba,Tahun 1994, Kerinci: Balai Pustaka
- ^ Uli Kozok, Kitab Undang-undang Tnjung Tanah Naskah Melayu yang tertua tahun 2006, Yayasan obor Indonesia
- ^ H. Rasyid Yakin, Menggali Adat Lama Pusaka Usang di Sakti Alam Kerinci tahun 1984,Kerinci: CV. Utama
- ^ Gusti Asnan, Memikir ulang regionalisme: Sumatra Barat tahun 1950-an, Yayasan Obor Indonesia
- ^ Narendra S. Bisht, T. S. Bankoti, Encyclopaedia of the South East Asian Ethnography, Global Vision Publishing House, 2004