Jembatan Kewek

jembatan di Indonesia

Jembatan Kewek (Jawa: ꧋ꦏꦿꦺꦠꦺꦒ꧀ꦏꦺꦮꦺꦏ꧀, translit. Krétèg Kéwèk, dikenal pula dengan Jembatan Kleringan) adalah salah satu jembatan di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jembatan ini melintasi Sungai Code diatasnya, serta menjadi batas antara kemantren Jetis, kemantren Gondokusuman dan kemantren Danurejan.

Jembatan Kewek
Jembatan Kewek pada 2015. Terlihat langsiran rangkaian kereta api Fajar Utama Yogya di atas jembatan kereta api Kleringan.
Koordinat7°47′26″S 110°22′07″E / 7.7906670°S 110.3686830°E / -7.7906670; 110.3686830Koordinat: 7°47′26″S 110°22′07″E / 7.7906670°S 110.3686830°E / -7.7906670; 110.3686830
Moda transportasiLalu lintas, pejalan kaki, kereta api
MelintasiSungai Code
LokalKota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Nama lainJembatan Kleringan
Jembatan Amarta
Kerk Weg
Karakteristik
Panjang total17,80m
Lebar11,90m
Sejarah
Dibuka1924
Lokasi
Peta
Jembatan Kleringan
Kategori bangunan hikmat: Jembatan
Letak
ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta
PosisiDi atas Sungai Code
Sejarah
Tahun dibangun1872
Informasi bangunan
OperatorDaerah Operasi VI Yogyakarta
Panjang Jembatan72 m
LayananArgo Lawu, Argo Dwipangga, Argo Wilis, Argo Semeru, Gajayana, Bima, Turangga, Sancaka, Lodaya, Fajar Utama Solo, Senja Utama Solo, Bangunkarta, Gaya Baru Malam Selatan, Kertanegara, Ranggajati, Logawa, Malioboro Ekspres, Mutiara Selatan, Malabar, Manahan, Joglosemarkerto, Bogowonto, Gajah Wong, Mutiara Timur, Singasari, Mataram, Wijayakusuma, Jayakarta, Jaka Tingkir, Progo, Bengawan, Pasundan, Kahuripan, KRL Yogyakarta-Solo Balapan, Angkutan Semen, Angkutan BBM, Angkutan Logistik ONS.

Etimologi sunting

Nama "Kewek" sebenarnya berasal dari Bahasa Belanda, Kerk Weg yang berarti "jalan menuju ke gereja" (dalam hal ini adalah Gereja Santo Antonius, Kotabaru). Namun karena lidah masyarakat yang sulit mengucapkan bahasa Belanda, maka disebut "Kewek".[1]

Sejarah sunting

 
Kerk Weg dan viaduk pada tahun 1933

Keberadaan jembatan ini tidak lepas dari dibangunnya kawasan Kotabaru pada tahun 1920-an. Pemerintah Belanda membangun akses jalan menyeberangi sungai Code dari arah Kotabaru menuju Malioboro, dikarenakan saat itu jembatan Gondolayu menjadi satu-satunya akses menuju Malioboro, dan memiliki rute yang lebih jauh.[1]

Pembangunan jalan tersebut dibuat melintasi bawah jembatan kereta api yang telah dibangun sebelumnya pada 1872 dengan struktur viaduk, kemudian berbelok ke barat hingga sampai di Malioboro. Pembuatan viaduk bertujuan agar tidak terjadi penumpukan kendaraan akibat perlintasan kereta api, mengingat kawasan Kotabaru dan sekitarnya sudah cukup padat saat itu.[1]

Setelah kemerdekaan, nama jalan Kerk Weg diubah menjadi jalan Abu Bakar Ali, namun sebutan "kewek" untuk jembatan ini masih melekat di masyarakat hingga masa kini.

Pada awal dekade 2000-an, pemerintah Kota Yogyakarta membuat jalur baru di sisi barat jembatan kewek guna memecah kepadatan lalu lintas dari arah Malioboro menuju Kotabaru. Arus lalu lintas pun dibuat menjadi dua arah. Kemudian pada 2011, dibangun kembali jembatan baru di sisi utara, yang juga bertujuan untuk memecah kepadatan lalu lintas. Pembangunan jembatan baru tersebut selesai pada tahun baru 2012, dan diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwana X pada tanggal 3 Januari 2012 dengan nama "Jembatan Amarta".[2]

Deskripsi sunting

Jembatan Kewek memiliki konstruksi gelagar, dengan panjang 17.80 m dan lebar 11.90. Jembatan ini membelah tiga kemantren di kota Yogyakarta.[3]

Jembatan kereta api sunting

Jauh sebelum viaduk Kewek berdiri, telah ada jembatan kereta api yang dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) dan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada tahun 1872, yang dinamakan dengan jembatan Kleringan. Dengan panjang 72 meter, jembatan ini merupakan bagian dari jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan yang terletak pada petak Stasiun YogyakartaStasiun Lempuyangan.

Saat ini, yang tersisa hanyalah jembatan milik NIS, sedangkan jembatan milik SS telah dibongkar ketika pendudukan Jepang di Indonesia dan hanya menyisakan tiang di sisi timur saja. Jembatan milik NIS telah beberapa kali mengalami renovasi dan perawatan, pekerjaan total terakhir pada 2011 ketika penyelesaian jalur ganda lintas Yogyakarta–Solo Balapan.[4]

Jalur rel yang melintasi jembatan Kleringan juga telah dielektrifikasi pada tahun 2020, sebagai sarana pendukung kereta rel listrik Lin Yogyakarta.

Referensi sunting

  1. ^ a b c "Punya Nama Unik, Ini Asal Muasal Jembatan Kretek Kewek di Malioboro Yogyakarta" – via pikiran-rakyat.com. 
  2. ^ "Jembatan Kleringan Diresmikan Sri Sultan" – via jogjakota.go.id. 
  3. ^ "Jembatan Kewek" – via datajembatan.com. 
  4. ^ "Jembatan Kewek" – via jogjakota.go.id. 

Pranala luar sunting