Jati Baru, Bunga Raya, Siak

desa di Kabupaten Siak, Riau


Jati Baru merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Bunga Raya, kabupaten Siak, provinsi Riau, Indonesia. Desa Jatibaru merupakan salah satu desa yang sebagian besar penduduknya merupakan penduduk asli setempat, juga sebagian kecilnya ditambah dari suku-suku pendatang yang berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda, seperti suku Batak dan Jawa sehingga tradisi-tradisi seperti musyawarah untuk mufakat, gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya Desa Jatibaru ini dan hal tersebut secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat.

Jati Baru
Negara Indonesia
ProvinsiRiau
KabupatenSiak
KecamatanBunga Raya
Kode pos
28763
Kode Kemendagri14.08.08.2002
Luas131,4 km2
Jumlah penduduk4.037 jiwa (2020)
Kepadatan30,722 jiwa/km2

Sejarah sunting

Kampung Jatibaru merupakan salah satu Kampung yang berada di Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak. Kampung ini terbentuk pada era 80 an, dan pada saat itu Pemerintah Pusat mengadakan perpindahan penduduk dari pulau Jawa ke pulau Sumatra yang disebut Trasmigrasi Umum, yang terdiri dari 50 KK dari Jawa Barat dan 35 KK dari Jawa Timur. Dengan tujuan dan tekad yang sama untuk meningkatkan perekonomian hidup di suatu daerah yang baru, terciptalah suatu kesepakatan untuk menciptakan nama Desa yaitu JATIBARU yang mengandung arti Jawa Barat dan Jawa Timur Tinggal di suatu daerah yang baru. Hingga sekarang penduduk mayoritas yang ada di Kampung Jatibaru adalah Jawa Barat dan Jawa Timur. Menurut penuturan para transmigran generasi pertama, keadaan wilayah ini masih berupa hutan belantara. Tidak ada penghuninya, dan belum ada nama-nama seperti kecamatan Bungaraya maupun Desa Jatibaru dan desa-desa lainnya. Apabila orang hendak datang ke kawasan ini, biasanya disebutkan nama proyek permukiman transmigrasinya, yaitu Paket C Sungai Apit, Kabupaten Bengkalis. Pada tahun 1980 tersebut Siak masih merupakan bagian dari Kabupaten Bengkalis. Pemberian nama Jatibaru adalah gabungan dari 2 (dua) asal transmigran, yaitu Jati (Jawa Timur) dan Baru (Jawa Barat) bersatu. Nama ini diambil atas kesepakatan para warga transmigran generasi pertama. Makna yang terkandung dalam nama Jatibaru yaitu suatu tujuan dan tekad yang sama untuk meningkatkan perekonomian dan taraf hidup di suatu daerah baru. Sebagai Kepala Desa Jatibaru pertama dipimpin oleh PJS. Kepala Desa Bapak Karta (1990-1993). Selanjutnya, pada tahun 1993 Bapak Mardiono terpilih menjadi kepala desa sampai akhir jabatan (1993-1998). Pada tahun 1998 terjadi pemekaran desa Jatibaru menjadi dua desa, yaitu Desa Langsat Permai dan desa induk Jatibaru. Setelah kepemimpinan Bapak Mardiono habis digantikan oleh Bapak Poniran, dari tahun 1998-2003. Pada masa kepemimpinan Bapak Poniran terjadi peluasan wilayah, dikarenakan adanya penambahan penduduk melalui program Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM).

Sejarah Kepemimpinan Kampung Jatibaru:

1.KARTA (1990-1993) Sebagai Pjs. Penghulu Kampung

2.MARDIONO (1993-1998) Sebagai Penghulu Kampung

3.PONIRAN (1998-2003) Sebagai Penghulu Kampung

4.SUMINTO (2003-2009) Sebagai Penghulu Kampung

5.WAGIMAN (2009-2014) Sebagai Penghulu Kampung

6.MUKMIN (2014-2015) Sebagai Pjs. Penghulu Kampung

7.RAKIP (2015-2018) Sebagai Penghulu Kampung

8.WASITO, SP (2018-2019) Sebagai Pj. Penghulu Kampung

9.AHMAD JAINURI (2019-2025) Sebagai Penghulu Kampung

Demografi sunting

Jumlah penduduk Kampung Jatibaru pada bulan Desember tahun 2020 sebanyak 4.037 Jiwa dengan jumlah rumah tangga 1.138 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk terbagi atas perempuan 1.965 jiwa, sedangkan penduduk laki – laki 2.072 jiwa.

Letak Geografis sunting

Kampung Jatibaru merupakan salah satu kampung yang berada di Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak Provinsi Riau, secara astronomis terletak antara posisi 0°39’ - 1°04’ LU dan 101°58’ - 102°13’ , dengan luas wilayah 49 Km². Kampung Jatibaru terdiri dari 4 (Empat) Dusun, 8 (Delapan) RK, dan 28 (Dua Puluh Delapan) RT. Pusat pemerintahan Kampung terletak di dusun 2 (dua) yang bernama Dusun Jatirejo. Seperti Kampung-kampung yang ada di wilayah Kabupaten Siak lainnya, Kampung Jatibaru dilewati garis katulistiwa, serta berada dalam posisi 0º.46’.40” LU S/D 0º.58’.20” LU dan 102º,041’.00” BT s/d 102º.2’.20” BT. Wilayah-wilayah di Kabupaten Siak beriklim tropis basah, curah hujan merata sepanjang tahun. Suhu udara rata-rata antara 25 °C s/d 37 °C dan kelembaban rerata 88,9 % (Kecamatan Bungaraya dalam Angka, 2017). Curah hujan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah iklim, keadaan geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Menurut klasifikasi iklim Koppen, Kabupaten Siak dengan curah hujan yang hampir merata di sepanjang tahun. Jumlah hari hujan pada tahun 2013 mencapai 1.449 hari dan curah hujan sebesar 35.108 mm. Pada tahun 2013 rata–rata curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Minas yakni 403 mm per bulan per tahun.Sementara jumlah hari hujan paling banyak di Kecamatan Lubuk Dalam sejumlah 177 hari. Kampung Jatibaru berada dekat atau ditepinya Sungai Siak. Posisi perumahan dan pekarangan tampak teratur disepanjang jalan Kampung yang tidak terlalu berliku-liku. Posisi kebun atau ladang berada menyebar di bagian luar permukiman. Keteraturan tata ruang permukiman ini mengindikasikan bahwa Kampung Jatibaru adalah eks kampung permukiman transmigrasi. Pada umumnya permukiman transmigrasi dibentuk melalui perencanaan tata ruang sebelumnya. Sehingga secara zonasi telah ditentukan dimana peruntukan permukiman, ladang, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan infrastruktur penunjang yang suatu saat akan dikembangkan sebagai kampung mandiri.

Kondisi Ekonomi sunting

A. Pertumbuhan Ekonomi sunting

Pertumbuhan ekonomi masyarakat Kampung Jatibaru sampai saat ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat dilihat dari perubahan dan pola hidup masyarakat terutama kemajuan kecukupan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) yang mengalami perubahan sangat tajam. Penurunan penerima raskin, jumlah BDT (Basis Data Terpadu) kecil dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan kebutuhan tambahan (kendaraan bermotor dan HP) rata-rata tiap rumah tangga sudah memiliki.

B. Perekonomian Kampung sunting

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu kampung dapat dicerminkan dari beberapa indikator. Salah satu indikator yang sering dipakai untuk melihat keberhasilan pembangunan adalah Product Domestik Regional Bruto (PDRB). Besarnya nilai PDRB yang berhasil dicapai dan perkembangannya merupakan refleksi dari kemampuan kampung dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kontributor sektor terbesar dalam pembentukan PDRB kampung Jatibaru berasal dari sektor pertanian dan perkebunan. Selain sektor pertanian dan perkebunan, masyarakat kampung Jatibaru juga memiliki berbagai usaha yang modal usahanya sebagian dibantu oleh Pemerintah Kampung melalui Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam). Usaha tersebut diantaranya adalah Budidaya Madu kelulut.

Keadaan Sosial sunting

A. Etnis, Bahasa dan Agama sunting

Etnis atau kelompok disuatu daerah merupakan kumpulan manusia yang mengidentifikasikan mereka berdasarkan keturunannya. Identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain seperti kesamaan budaya, agama, bahasa perilaku serta ciri dari biologis. Masyarakat di Kampung Jatibaru terdiri dari beberapa etnis/suku antara lain Melayu, Jawa, Minang, Batak, dan Bugis. Namun mayoritas masyarakat Kampung adalah bersuku Jawa dan Melayu. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan sesuatu informasi atau pesan kepada satu orang atau lebih dengan berbagai cara dan media. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang bersumber dari sebuah pikiran sesorang, gagasan, konsep maupun perasaan. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kampung Jatibaru adalah bahasa Melayu dan Jawa. Bahasa Melayu digunakan pada aktivitas sehari-hari, sedangkan penggunaan bahasa Jawa pada saat adanya pembicaraan khusus antara warga asli keturunan Jawa pada sesama keturunannya. Agama/religi merupakan suatu unsur dari sebuah kultur yang ada di masyarakat, dan berhubungan dengan sebuah keyakinan dan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Religi memiliki sebuah konsep-konsep yang dipercaya sebagian golongan dan diyakini memiliki sebuah tatanan hidup yang lebih baik yaitu hubungan terhadap Tuhan dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Jumlah penduduk Kampung Jatibaru pada Bulan Desember 2020 adalah 4.037 Jiwa. Dari jumlah tersebut, masyarakat penganut agama Islam sebanyak 4.201 orang (99,62%). Selebihnya memeluk agama protestan, yaitu sebanyak 16 orang (0,38 %). Menurut penuturan warga, dulu ada juga warga kampung yang beragama Konghucu. Namun telah berpindah ke agama Islam karena perkawinan. Tempat ibadah di Kampung Jatibaru yaitu masjid dan mushola.

B. Kesenian Tradisional sunting

Kesenian adalah salah satu bentuk ke kreatifitas masyarakat dalam menyalurkan kegembiraannya. Bagi masyarakat Kampung Jatibaru, seni adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kesenian tradisional yang dimainkan warga desa tersebut antara lain kuda lumping, wayang kulit, rebana, dan lain-lain. Jumlah penyuka kesenian tradisional tersebut biasanya hanya pada lingkungan kaum orang tua. Kaum remaja lebih menyukai kesenian populer seperti band, dan dangdut. Pihak orang tua, khususnya para aktivis PATRI berkehendak ingin melestarikan kesenian tradisional tersebut, sambil melestarikan alat kesenian (gamelan) yang hanya dimiliki oleh satu orang tertentu saja (eks transmigran Sularjo dari Wonosari Yogyakarta). Pengaruh dari etnis Melayu, tampak pada pakaian dan penamaan wilayah. Diantaranya, pakaian model baju koko (Teluk Belanga) yaitu baju tanpa kerah, memakai celana panjang dan dirangkai dengan kain sarung, topi/kopiah tanjak, pemberian istilah desa menjadi kampung, kepala desa menjadi penghulu, sekretaris desa menjadi kerani, pantun bersaut, dan budaya Melayu lainnya. Berdasarkan pengamatan, seluruh warga kampung mudah beradaptasi dengan budaya tersebut. Baik yang tua, dan terlebih lagi kaum muda (generasi kedua transmigran).

C. Kearifan Lokal dalam Mengelola Sumber Daya Alam sunting

Kearifan dan pengetahuan lokal masyarakat Kampung Jatibaru yang sampai sekarang masih mereka terapkan adalah berladang, bercocok tanam, menangkap ikan, mengelola tambak ikan, udang dan kepiting. Berladang misalnya ada aturan-aturan, waktu dan bulan tertentu yang menurut mereka cocok, agar benihnya tidak dimakan burung dan dapat tumbuh subur. Menurut warga kampung, membuka lahan dengan cara membakar apabila itu dilakukan secara hati-hati merupakan kearifan lokal. Mereka biasanya membuat kelompok-kelompok untuk berjaga-jaga melakukan pemadaman api jika api merembet ke tempat lain. Selain itu menurut sebagian masyarakat Kampung Jatibaru, membuka lahan gambut untuk ditanami dengan cara membakar, akan mengurangi tingkat keasaaman tanah gambut. Hal tersebut telah mereka bandingkan antara membuka lahan dengan cara membakar dan tidak membakar. Mereka percaya bahwa dengan cara membakar lahan, produksi jagung yang mereka dapatkan lebih melimpah dibandingkan dengan tidak membakar lahan. Wilayah Kabupaten Siak juga mempunyai kawasan yang membentang dari Barat berupa dataran hingga ke Timur, berupa pantai.

D. Kelompok Masyarakat Tanaman Obat Keluarga (Kelompok Toga) sunting

Kegiatan menanami pekarangan dengan tananam obat dikenal dengan nama toga. Program yang dahulu dinamai apotek hidup ini tengah digunakan oleh pemerintah indonesia. Istilah toga lebih mengacu kepada penataan pekarangan. Jadi tidak berarti tanaman yang hanya tanaman hias yang berkhasiat obat. Tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tananam pagar, tanaman buah, tanaman sayur, atau bahkan tananam liar pun dapat ditata di pekarangan sebagai toga.

Sarana dan Prasarana sunting

A. Fasilitas Pendidikan sunting

Di Kampung Jatibaru terdapat masing-masing 1 (satu) buah gedung PAUD, 2 (dua ) gedung TK, 3 (tiga) SD/SDi, 2 (dua) SMP/Pesantren, 1 (satu) SMA/MA/Ponpes, dan 5 (lima) PDTA/MDA.

B. Fasilitas Kesehatan sunting

Fasilitas kesehatan untuk warga Kampung Jatibaru terdiri 5 (dua) unit posyandu, 1 unit Polindes, 1 unit Pustu.

C. Fasilitas Ibadah sunting

Kampung Jatibaru memiliki Fasilitas ibadah berupa Masjid dan Surau, karena mayoritas penganut agama yang ada di Jatibaru adalah beragama islam. Adapun jumlah masjid dan mushola yang ada di Kampung jatibaru adalah sebanyak 17. Diantaranya 6 masjid dan 11 mushola.

Potensi Kampung sunting

Beberapa potensi unggulan sebagai kontribusi secara nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Kampung Jatibaru adalah:

A. Pertanian dan Perkebunan sunting

Potensi unggulan yang ada di Kampung Jatibaru untuk meningkatkan pendapatan penduduk perkapita pada dasarnya adalah bidang pertanian dan bidang perkebunan. Pada dasarnya Kampung Jatibaru merupakan lumbung padi pada era 80 an, seiring dengan perkembangan jaman dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan sedikit demi sedikit yang dulunya lahan pertanian padi diubah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Namun mulai tahun 2015 sampai 2020, banyak masyarakat kampung Jatibaru yang mengalih fungsikan kembali lahan perkebunan kelapa sawitnya menjadi lahan pertanian padi. Terhitung tahun 2019 lahan perkebunan kelapa sawit yang diubah menjadi lahan pertanian padi berjumlah sekitar 30 ha. Salah faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah perkebunan kelapa sawit bukan lagi menjadi primadona bagi petani-petani yang ada di Kampung Jatibaru, ditambah lagi keseriusan pemerintah dalam menggali potensi-potensi pertanian yang ada disetiap daerah/kampung. Disamping itu, sebagian besar tanah yang ada dikampung Jatibaru sangat subur dan cocok untuk menanam padi maupun palawija. Tanah tersebut sangat potensial untuk tanaman padi sawah, perairan yang cukup sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan dibidang pertanian.

B. Potensi Industri Kecil sunting

Keterampilan industri rumahan seperti industri tempe, industri tas, industri keranjang dari rotan maupun bambu, industri penyediaan gagang sapu lidi, konveksi dan juga keterampilan tangan berupa makanan kecil, dan lain-lain.

C. Pariwisata sunting

Dalam bidang pariwisata, Kampung Jatibaru memiliki potensi wisata yang berbasis pertanian dan berbasis budaya. Dalam bidang budaya sendiri, Kampung Jatibaru memiliki berbagai upacara adat seperti upacara adat rasulan pada tiap dusun, upacara adat Suro’an yang diadakan setahun sekali, Pencak silat disetiap uapacara pernikahan, kesenian dibidang agama yaitu Hadroh, dan lain sebagainya yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. Sedangkan pada bidang berbasis pertanian sendiri, dikarenakan Kampung Jatibaru memiliki hamparan pesawahan yang cukup luas kampung Jatibaru membuat Agrowisata yang dikenal dengan sebutan KSG (Kafe Sepedah Gantung). Agrowisata KSG dibentuk pada kepemimpinan WASITO (Pj. Penghulu 2018-2019), menggunakan anggaran Kampung melalui BUMKam yang berasal dari APBN.

D. Madu Kelulut sunting

Salah satu kelompok tani yang ada di Kampung Jatibaru sudah membudidayakan lebah madu kelulut tersebut dan sudah berjalan kurang lebih 2 tahun. Penghasilan dari madu tersebut terbilang lumayan, karena kita hanya menunggu hingga 1 atau 2 bulan untuk memanen madu tersebut. Adapun harga madu kelulut hingga saat ini masih terbilang tinggi berkisar antara 300-500 ribu/kg.

Agenda Kampung sunting

Suroan (Ngalap Berkah)

Tahun baru islam yang jatuh di bulan Muharam ini juga bertepatan dengan awal penggalan kalender jawa yang dimulai dari bulan Suro. 1 (Satu Muhaham) atau dikenal dengan suro memiliki catatan peristiwa penting di dunia islam ataupun kebudayaan masyarakat jawa dan telah menjadi latar munculnya berbagai acara untuk memperingatinya. Perayaan ini, tak hanya ditujukan untuk kegiatan keagamaan, tapi juga bagian dari perayaan kultur budaya sekaligus pelestarian tradisi masyarakat. Bagi masyarakat kampung jatibaru, khususnya Dusun II (Jatirejo) Suroan merupakan kegiatan berdoa bersama sebagai rasa nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Kegiatan ini diisi dengan acara Slametran (kenduri) masal yang diakhiri dengan doa dan makan bersama. Tradisi ini hanya sebagian kecil dari ragam tradisi menyambut 1 muharam di kampung jatibaru. Masyarakat kampung Jatibaru memiliki cara masing-masing dalam memperingati sebuah momen yang pada dasarnya tak hanya pergantian tahun baru islam semata. Contohnya adalah pada 1 Muharam Ponpes yang ada di Kampung Jatibaru mengadakan Pawai dalam menyambut tahun baru islam. Kegiatan ini adalah salah satu contoh dalam hal pelestarian adat dan budaya yang ada disuatu kampung. Dengan demikian tradisi-tradisi yang ada sejak dulu tetap terlestarikan dan tidak dapat dihilangkan dengan adanya kemajuan kemajuan kususnya dibidang teknologi.

Referensi sunting

Tim Pemetaan Sosial Desa Jatibaru, 2018. Profil Desa Peduli Gambut Desa Jatibaru Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jatibaru. Badan Restorasi Gambut.

Tim Staf Pemerintah Jatibaru, 2020. Profil Desa Jatibaru. Jatibaru. Badan Resortasi Gambut.