Jamaluddin Akbar al-Husaini
Jamaluddin Al-Husaini (1310-1394M) dikenal sebagai seorang mubaligh terkemuka, dia menyebarkan Islam di Nusantara. Wali Songo yang terkenal kemudian berasal dari keturunannya. Ia dilahirkan pada tahun 1310 M di negeri Malabar, di dalam wilayah Kesultanan Delhi. Ayahnya adalah seorang amir negeri Malabar, yang bernama Amir Ahmad Syah Jalaluddin mantan menteri diplomasi di kesultanan india ke-13.
Imam Sayyid Maulana Jamaluddin Al-Husaini Azmatkhan | |
---|---|
Nama asal | جمال الدين الحسين |
Lahir | حسين 1310 Malabar, India |
Meninggal | 18 Nov 1394 M Tosora, Majauleng, Wajo |
Makam | Makam Tosora, Wajo |
Nama lain | Syaikh Jumadil Kubro |
Pekerjaan | Wali, Ulama, Da'i, |
Dikenal atas | Waliyullah, Datuk Azmatkhan Indonesia |
Anak |
|
Orang tua | Ahmad bin Abdullah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahih Mirbath bin Ali Khali Qasam bin Alawi Ats Tsani bin Muhammad Shahib Shaumah bin Alawi Al Awwal bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad Al Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja'far Al Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali |
SilsilahSunting
- Jamaluddin al-Husain bin
- Ahmad Syah Jalaluddin bin
- Amir Abdullah Azmatkhan bin
- Abdul-Malik Azmatkhan bin
- Alwi ‘Ammil Faqih bin
- Muhammad Shohib Mirbath bin
- Ali Khali' Qasam bin
- Alwi Shohib Baiti Jubair/'Alwi Ats Tsani bin
- Muhammad Shohibus Saumah bin
- Alawi bin
- Ubaidillah
- Ahmad al-Muhajir bin
- Isa bin
- Muhammad an-Naqib bin
- Ali bin
- Imam Ja’far ash-Shadiq bin
- Imam Muhammad al-Baqir bin
- Imam Ali Zainal Abidin bin
- Imam al-Husain Asy-Syahid bin
- Ali bin Abu Thalib
KeluargaSunting
Maulana Husain lahir di Malabar India 1310, ibu dari Samarkand, Uzbekistan, memiliki banyak saudara. Adik bungsunya bernama Husein lahir 1326 di Agra sewaktu dilantik menjadi raja 1351 bergelar Jamaluddin di Champa. Saudaranya yang lain yaitu Aludeen Abdullah, Amir Syah Jalalluddeen (Sultan Malabar), Alwee Khutub Khan, Hasanuddeen, Qodeer Binaksah, Ali Syihabudeen Umar Khan, Syeikh Mohamad Ariffin Syah (Datuk Kelumpang Al Jarimi Al Fatani) dan Syeikh Thanauddeen (Datuk Adi Putera) .
Maulana Muhammad disebut memiliki beberapa nama panggilan diantaranya Sayyid Husain Jamaluddin, Syekh Maulana Al-Akbar [1] atau Syekh Jamaluddin Akbar Gujarat, ia tercatat memiliki 6 istri, yaitu:
- Lalla Fathimah binti Hasan bin Abdullah Al-Maghribi Al-Hasani (Maroko), memperoleh seorang anak, yang kemudian dikenal dengan nama Maulana Muhammad Al-Maghribi.
- Puteri Nizam Al Mulk dari Delhi, memperoleh 4 anak yaitu: Maulana Ahmad Jumadil Kubra (maqom Terboyo Semarang), Maulana Muhammad ‘Ali Akbar, Maulana Muhammad Al-Baqir (Syekh Subakir), Syaikh Maulana Wali Islam.
- Puteri Linang Cahaya, (menikah tahun 1350 M), memperoleh 3 anak, yaitu: Pangeran Pebahar, Fadhal (Sunan Lembayung), Sunan Kramasari (Sayyid Sembahan Dewa Agung), Syekh Yusuf Shiddiq (Ayah dari Syekh Quro, Karawang).
- Puteri Ramawati (Puteri Jeumpa/Pasai) (Menikah tahun 1355 M), memperoleh seorang anak yang bernama Maulana Ibrahim Al Hadrami.
- Puteri Syahirah dari Kelantan (Menikah tahun 1390 M) memperoleh 3 anak. yaitu ’Abdul Malik, Sayyid 'Ali Nurul Alam (bergelar Maulana 'Abdul Malik Israil / Sultan Qanbul) alias Pateh Arya Gajah Mada. Perdana Mantri of Kelantan-Majapahit II menjabat antara 1432-1467 M, dan Siti ‘Aisyah (Putri Ratna Kusuma).
- Puteri Jauhar (Diraja Johor), memperoleh anak bernama Muhammad Berkat Nurul Alam dan Muhammad Kebungsuan
Keempat isterinya yang terakhir, ia nikahi selepas tiap-tiap seorang daripadanya meninggal dunia
Sejarah DakwahSunting
Pada tahun 1349 M besama adiknya Syarif Qamaruddin bergelar ‘Tajul-muluk’ yang kedua ialah Sayyid Majiduddin dan yang ketiga ialah Sayyid Tsana’uddin / Syeikh Thanauddeen (Datuk Adi Putera), tiba di Kelantan dalam menjalankan misi dakwahnya.
Konon Raja Champa Che Bo Nga masuk Islam setelah dakwah beliau, lalu merubah namanya menjadi Sultan Zainal Abidin dan Champa menjadi kerajaan Islam.
Dari Kelantan ia menuju Samudra Pasai, dan ia kemudian bergerak ke arah Tanah Jawa. Di Jawa ia menyerahkan tugas dakwah ke Sunan Gresik / Maulana Malik Ibrahim. Jamaluddin Akbar al-Husaini sendiri bergerak ke arah Sulawesi dan mengislamkan Raja Lamdusalat (La Maddusila Toappasawe' Datu Tanete) pada tahun 1380 M.
Pada awal abad ke-15, Maulana Husain mengantar puteranya Maulana Ibrahim Al Hadrami ke tanah Jawa.
Pada akhirnya ia memutuskan untuk bermukim di Sulawesi, hal ini dikarenakan, sebagian besar orang Bugis ketika itu belum masuk Islam. Ia wafat pada tahun 1453, dan dimakamkan di Wajo Sulawesi.
Pranala luarSunting
- Syeikh Dawud al-Fatani: satu analisis peranan dan sumbangannya terhadap khazanah Islam di Nusantara, Ibrahim Ismail (Haji), Akademi Pengajian Melayu, 1992 - Islam - 62 pages
- Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani: ulamaʼ dan pengarang terulung Asia Tenggara, Mohd. Shaghir Abdullah (Hj. W.), Penebitan Hizbi, 1990 - Koran - 174 pages
- Maulana Husain, Pelopor Dakwah Nusantara (Kisah, Silsilah dan Data Keturunannya)
- ^ Biografi Sayyid Jamaluddin Al Akbar Al Husain datuk Para Wali dan Sultan di Nusantara dan sekitarnya Penulis Ambo Tang Daeng Materru dkk.