Jalur kereta api Madiun–Ponorogo

jalur kereta api di Indonesia

Jalur kereta api Madiun–Ponorogo adalah jalur kereta nonaktif di Jawa Timur yang menghubungkan Madiun dengan Ponorogo. Jalur ini sepenuhnya berada di bawah naungan Kereta Api Indonesia (KAI) Wilayah Aset VII Madiun. Jalur ini digunakan untuk memperlancar arus pengangkutan penumpang dan distribusi barang dari Ponorogo menuju Madiun yang selanjutnya dikirim ke berbagai jurusan di Pulau Jawa serta diekspor ke Eropa.

Jalur kereta api Madiun–Ponorogo
Tampak bekas rel lintas Madiun–Ponorogo pada proyek perbaikan jalan di Perempatan Tugu, Kota Madiun
Ikhtisar
JenisLintas cabang
SistemJalur kereta api rel ringan Jalur trem uap
StatusTidak beroperasi
TerminusMadiun
Ponorogo
Stasiun15
Operasi
Dibangun olehStaatsspoorwegen
Legalitas pembangunanWet 31 Desember 1904 Staatsblad 1905 No. 11
Dibuka1907
Ditutup1983–1984
PemilikKereta Api Indonesia (pemilik aset jalur dan stasiun)
OperatorWilayah Aset VII Madiun
Karakteristik lintasLintas datar
DepoMadiun (MN)
Ponorogo (PO)
Slahung
Data teknis
Panjang rel32,5 km
Lebar sepur1.067 mm (3 ft 6 in)
Kecepatan operasi40 km/jam

Sejarah sunting

 
Tampak kereta api yang sedang berhenti di Stasiun Kanigoro, 10 Februari 1949

Untuk mendukung pengiriman hasil bumi dan mobilitas masyarakat di wilayah Ponorogo, maka diperlukan sistem transportasi terpadu, terutama di bidang perkeretaapian. Pada tahun 1873, Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan konsesi izin pembangunan jalur kereta api lintas SurabayaSolo dan Madiun–Ponorogo.[1] Namun, dalam melaksanakan konsesi pembangunan jalur kereta api lintas Madiun–Ponorogo, ternyata mengalami penundaan. Hal ini terjadi karena kota Madiun semakin ramai dengan bangunan dan permukiman penduduk pada akhir dasawarsa 1890-an. Dengan berbagai pertimbangan, jalur ini pada akhirnya dibangun dengan rancangan berupa trem uap walaupun harus mengorbankan badan jalan raya. Jalur kereta api ruas Madiun–Mlilir resmi dibuka oleh Staatsspoorwegen (SS) sejauh 23,5 kilometer pada 15 Mei 1907 dan kemudian dilanjutkan dengan pembukaan jalur ruas Mlilir–Ponorogo pada 1 September 1907 dengan panjang 9 km sehingga jalur secara keseluruhan memiliki panjang sejauh 32,5 km.[2]

Sepanjang pengoperasiannya, sebagian besar pelanggan yang menggunakan jalur ini merupakan pedagang yang menjual hasil buminya ke pasar. Selain itu jalur ini juga digunakan untuk mengangkut barang dari Pabrik Gula Kanigoro dan Pabrik Gula Pagotan, serta pengangkutan bahan bangunan seperti batu gamping dari Slahung serta kayu jati dari Parang, Magetan.[butuh rujukan]

Jalur ini resmi ditutup pada tahun 1984 karena kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum. Walaupun rencana penutupan jalur sudah ada sejak tahun 1982, penutupan tersebut baru dilakukan pada tahun 1984 karena tersedia beberapa lokomotif uap yang masih layak beroperasi.[3] Jalur ini sangat jarang dilalui lokomotif diesel; lokomotif terakhirnya, B5007 (lihat gambar), tetap dijalankan sebagai lokomotif andalan di jalur ini.[butuh rujukan]

Berdasarkan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional, jalur ini menjadi salah satu jalur kereta api yang akan dilakukan pengaktifan ulang; namun, tidak pernah dilaksanakan meskipun wacana tersebut terus mengemuka.[4] KAI tentu harus melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan tiga atau empat pemerintah daerah (Kota Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ponorogo) apabila hendak mengaktifkan ulang jalur kereta api ini. Hal ini terjadi karena sudah dibangun permukiman di atas bekas rel.[5]

Pemanfaatan ulang jalur sunting

Pada tahun 2022, Pemerintah Kota Madiun bekerja sama dengan KAI dan Industri Kereta Api (INKA) membangun sebuah kawasan wisata kuliner berbasis kereta api yang terletak di Jalan Bogowonto, Kota Madiun dengan memanfaatkan bekas jalur Madiun–Ponorogo sepanjang 120 meter.[6] Wisata kuliner ini diharapkan supaya dapat menarik wisatawan yang akan berkunjung ke Madiun.[7] Pembangunan ini dilakukan dengan mengangkat badan rel dan dibuatkan fondasi yang lebih tinggi, sedangkan kereta dan gerbong yang digunakan untuk sarana wisata kuliner didatangkan dari INKA secara bertahap pada April 2022.[6][8] Wisata kuliner berbasis kereta api ini direncanakan siap beroperasi sebelum Idulfitri tahun 2022.[8]

Jalur terhubung sunting

Lintas aktif sunting

Lintas nonaktif sunting

Daftar stasiun sunting

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas 28 MadiunSlahung
Segmen MadiunMlilir
Diresmikan pada tanggal 15 Mei 1907
oleh Staatsspoorwegen Oosterlijnen
Termasuk dalam Daerah Operasi VII Madiun
4020 Madiun MN Jalan Kompol Sunaryo 6A, Madiun Lor, Manguharjo, Madiun km 165+783 lintas Surabaya Kota-Kertosono-Madiun-Solo Balapan
km 0+000 lintas Madiun-Ponorogo-Slahung
+63 m Beroperasi  
4128 Madiun Pasar MNP km 2+383 Tidak beroperasi
4127 Pasar Besar PBS km 3+000 Tidak beroperasi
4126 Sleko SLE km 3+970 Tidak beroperasi
- Rejosari (Madiun) REJ km 5+733 Tidak beroperasi
4125 Kanigoro KNO Sidorejo, Wungu, Madiun km 7+541 +78 m Tidak beroperasi  
4124 Kepuh (Madiun) KPU km 10+506 Tidak beroperasi
4123 Pagotan PGO Pagotan, Geger, Madiun km 12+606 +94 m Tidak beroperasi  
4122 Uteran URN km 14+585 Tidak beroperasi
4129 Sambur SAM - Tidak beroperasi
4121 Dolopo DLO km 18+416 Tidak beroperasi
- Glonggong - km 20+284 Tidak beroperasi
4119 Umbul UBL km 21+802 Tidak beroperasi
4118 Mlilir MLL km 23+464 Tidak beroperasi  
Segmen MlilirPonorogo
Diresmikan pada tanggal 15 November 1907
4117 Kanten KTE km 25+884 Tidak beroperasi
4116 Polorejo PLJ km 28+812 Tidak beroperasi
4114 Ponorogo PO Jalan Soekarno-Hatta, Banyudono, Ponorogo, Ponorogo km 32+341 +99 m Tidak beroperasi  

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis tebal miring merupakan stasiun kelas besar atau kelas I yang nonaktif.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi: [9][10][11][12][13]


Galeri sunting

Referensi sunting

  1. ^ Pincoffs, L. dkk. (1873). Spoorwegen op Java. Rotterdam: Commissie voor de Spoorwegen op Java. 
  2. ^ Anonim (1897). Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indië. Batavia: Landsdrukkerij. 
  3. ^ Okezone. "Menghilang Sejak 1982, Ini Jejak Jalur Kereta Api Madiun-Ponorogo : Okezone News". Okezone.com. Diakses tanggal 2018-06-13. 
  4. ^ Direktorat Jenderal Perkeretaapian (2011). Rencana Induk Perkeretaapian Nasional. Jakarta: Kementerian Perhubungan. hlm. 72. 
  5. ^ "Menghidupkan Kembali Jalur KA Madiun-Ponorogo, Wacana Baru Mengembalikan Kejayaan Transportasi Massal - SurabayaOnline.co". SurabayaOnline.co (dalam bahasa Inggris). 2016-03-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-13. Diakses tanggal 2018-06-13. 
  6. ^ a b Pemkot, KAI dan Inka Kerja Sama Bangun Kawasan Jalan Bogowonto. Radar Madiun. 26 Februari 2022
  7. ^ "Pemkot Madiun Kembalikan Jalan Bogowonto ke Konsep Medioen Tempo Dulu". Realita. 8 Maret 2022
  8. ^ a b "Gerbong Kereta Kuliner Bogowonto Tiba di Lokasi, Wali Kota Targetkan Kawasan Siap Lebaran Nanti" Diarsipkan 2022-04-22 di Wayback Machine.. Madiun Today. 22 April 2022
  9. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  10. ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  11. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
  12. ^ Perusahaan Jawatan Kereta Api. Stasiun KA, Singkatan dan Jarak. 
  13. ^ Wieringa, A. (1916). Beknopt Aadrijkskundig Woordenboek van Nederlandsch-Indie. 's Gravenhage. 

Pranala luar sunting