Kenaf,[2] yute jawa atau rami jawa[3] (Hibiscus cannabinus) adalah tanaman dari famili Malvaceae. Kenaf merupakan tanaman yang menghasilkan serat mirip dengan yute, dan juga rosela. Dibudidayakan di Indonesia. Pada 1978, ada ISKARA (Intensifikasi serat karung rakyat), yang lewat program itu, yute jawa mulai dikenal masyarakat.[4] Akan tetapi, ketika kita tinjau lebih jauh lagi, tumbuhan ini telah dikenal sejak zaman Hindia Belanda, sebagaimana keterangan Karel Heyne (1917; III:196-98), sebagai tumbuhan ekonomi atau tumbuhan bernilai ekonomi.[5]

Yute jawa
Hibiscus cannabinus

Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmesangiosperms
Kladeudicots
Kladcore eudicots
KladSuperrosidae
Kladrosids
Kladmalvids
OrdoMalvales
FamiliMalvaceae
SubfamiliMalvoideae
TribusHibisceae
GenusHibiscus
SpesiesHibiscus cannabinus
Linnaeus, 1759
Tata nama
Sinonim taksonReferensi:[1]
  • Abelmoschus congener Walp.
  • A. verrocosus Walp.
  • Furcaria cannabina Ulbr.
  • F. cavanillesii Kostel.
  • Hibiscus congener Schumach. & Thonn.
  • H. malangensis Baker. f.
  • H. vanderystii De Wild.

Deskripsi sunting

 
Batang kenaf kering

Yute jawa adalah tumbuhan semak, tumbuhan setahun, yang tingginya mencapai 3 meter. Batangnya tidak bercabang, sebagian besar gundul, dan sebagian berduri tempel. Batangnya pipih dan silindris. Pada tanaman budidaya, batangnya tidak bercabang dan gundul, pigmentasi seluruhnya hijau, hijau dengan merah atau ungu ataupun seluruhnya merah. Kadang setengah di bawah hijau dan setengah di atas berpigmen. Daun berseling, stipula filiform, panjang 5–8 mm, berambut, panjang tangkai daun 3–30 cm. Pada bagian adaksial berambut rata dan pada bagian abaksial berbulu tegak, berwarna hijau hingga merah.[3] Daunnya berbentuk jantung[2] (dan sebagian sumber menyebut bundar-panjang[6]) dan bagian atas daun berbentuk seperti jari dan melengkung ke dalam. Bunganya muncul dari ketiak daun, tangkainya pendek, kuning atau merah-keunguan di bagian tengah. Buahnya agak bulat, kasar, dan panjangnya 1–2 cm. Biji bentuk ginjal hingga segitiga dengan sudut runcing, 3–4 mm x 2–3 mm, berwarna keabuan atau coklat kehitaman dengan titik kuning menyala.[3][2]

Penyebaran & Habitat sunting

Yute jawa ini telah lama dikenal di Indonesia, dan India. Sekarang ini, banyak didapati dan tersebar luas di wilayah tropis. Tempat asalnya diduga dari Afrika tropis, meskipun banyak kerabat liarnya di Asia. Tumbuhan ini mempunyai perkebunan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Aceh.[2] Menurut Heyne, tumbuhan ini ada di Afrika, dan kemudian dibawa orang-orang Inggris ke India. Lebih tepatnya, ke Madras, dan Bombay. Dikatakan olehnya dalam buku "De nuttige"nya, bahwa tumbuhan ini banyak berada di sana.[5]

Dalam sumber lain disebut bahwa tumbuhan ini asli Afrika, dan di negara-negara Sahara, ia dipergunakan sebagai tanaman sayuran dan serat. Diduga Angola merupakan rumah asal tumbuhan ini. Kenaf telah ditumbuhkan di negara-negara Afrika Utara seperti Mesir sejak 3000 tahun yang lalu. Pada saat tersebut, daun Kenaf telah digunakan untuk makanan manusia dan hewan, sementara serat kulit batangnya telah digunakan sebagai tas, tali, dan layar pada perahu peradaban Mesir. Tanaman ini dikenalkan di Eropa pada awal 1900-an dan telah ditanam secara massal hingga Amerika Utara.[7] Wilayah India penghasil kenaf terbesar ada di Andhra Pradesh dan Tamil Nadu. Kenaf diperkenalkan ke Indonesia dari India pada 1904. Program budidaya Kenaf secara ekstensif dimulai pada tahun 1920-an di daerah Kaukasus, Uni Soviet; dan dari sana diintroduksikan ke China pada tahun 1935. Produksi yute jawa juga dimulai setelah tahun 1945, misalnya di Amerika Serikat, Kuba dan Amerika Selatan. Sekarang Kenaf telah menyebar luas di daerah tropik dan subtropik, sebagai tanaman serat. Di Malesia juga ditanam, tetapi tidak pernah tumbuh liar.[3]

Pemanfaatan, dan Penanaman sunting

Serat kenaf dapat ditemukan pada kulit kayu dan inti kayu. Kulit kayu menyumbang 40% massa batang tanaman, memiliki dinding sel yang tebal (6.3 µm), lebih tebal dibandingkan dingin sel inti batang yang hanya 3 µm.[8] Serat yang dihasilkan oleh dari kulit batangnya digunakan untuk membuat karung goni atau untuk tali-temali. Seratnya memang kelihatan lemas, tetapi teksturnya kuat dan mengkilat. Selain seratnya, bijinya menghasilkan minyak berwarna kuning yang dipergunakan sebagai bahan untuk membuat cat. Ampasnya dipergunakan sebagai makanan ternak, sedang daunnya digunakan untuk obat tradisional.[2]

Penggunaan serat kenaf yang paling utama adalah tali, pakaian, dan kertas. Selain itu, kenaf juga dijadikan kayu rekayasa,[9] insulasi bangunan, campuran media tanam, mulsa, bahan pengemasan, dan bahan penyerap minyak dan cairan. Di Amerika Serikat, kenaf dibudidayakan terutama untuk dijadikan lantai kandang dan pakan hewan ternak.

Oleh Ford, kenaf dijadikan bahan pembuat pintu mobil bagian dalam pada kendaraan model Ford Escape.[10] Penggunaan kenaf pada pintu kendaraan mengurangi massa pintu hingga 25%, sehingga berpotensi menghemat penggunaan bahan bakar.

Tanaman ini merupakan salah satu tanaman penghasil serat alam terbaik dengan fungsi diversifikasi yang tinggi sehingga nilai ekonominya cukup besar. Tumbuhan kenaf juga memiliki laju penggunaan karbon dioksida yang tinggi sehingga efektif menghambat efek rumah kaca.[11]

Budidaya Tanaman Kenaf sunting

Kenaf mampu tumbuh di beragam jenis tanah, mulai dari tanah gambut organik hingga tanah gurun berpasir. Walaupun kenaf tumbuh dengan lebih baik pada tanah subur dengan pH netral, tumbuhan ini dapat tumbuh di tanah yang telah terkena banjir, kesuburan rendah, dan jangkauan pH yang luas serta toleransi terhadap kekeringan.[12] Pertanian kenaf secara masif dilakukan di Meksiko dan Amerika Serikat terutama pada negara-negara bagian Selatan.[13] Di Amerika Serikat, penanaman kenaf dilakukan di musim semi ketika temperatur tanah menghangat sekitar 13oC dan tidak ada ancaman membeku, sekitar bulan April atau Mei. Benih kenaf berbentuk baji dengan warna hitam pekat dengan ukuran 4x6 mm dan dapat ditanam pada tanah yang rata atau membumbung pada kedalaman 1,25 hingga 2,5 cm dan mulai terlihat tumbuh ke permukaan tanah 2-4 hari setelahnya.[13]

Kepadatan kenaf di rentang 185.000 sampai 370.000 individu/ha dihendaki karena menghasilkan tumbuhan tanpa cabang atau ranting sehingga memiliki kualitas serat yang baik. Kepadatan populasi yang lebih rendah menyebabkan percabangan yang berlebihan, sementara kepadatan yang lebih tinggi menyebabkan kompetisi kebutuhan lingkungan antar individu.[14] Kenaf diketahui cukup resisten terhadap gangguan gulma di ladang tumbuhnya karena pertumbuhannya yang cepat. Namun, pengontrolan gulma dapat memaksimumkan hasil produksi kenaf. Trifluralin merupakan herbisida yang cocok digunakan untuk pertanian kenaf karena tidak memiliki efek terhadap pertumbuhan kenaf.[15] Optimasi produksi kenaf juga dapat ditingkatkan dengan rotasi tanam bersama dengan kacang kedelai (Glycine max) sehingga meningkatkan kesuburan tanah dan mereduksi serangan hewan pengerat.[16]

Budidaya Kenaf di Indonesia sunting

Kenaf sudah lama dibudidayakan di Indonesia, dan pada tahun 1986/1987 telah mencapai luas 26.000 ha yang tersebar di Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan.[17] Saat ini, luas lahan kenaf di Indonesia hanya tersisa ±3000 ha terutama di Lamongan dan Kalimantan Selatan karena tersaingi oleh produk plastik. Sementara itu, luas lahan dan produksi serat kenaf di daerah lainnya di Indonesia menurun.[18] Di Indonesia, kenaf telah diolah menjadi fibre board, pakan ternak, minyak esensial, bahan geotekstil, dan kayunya untuk furnitur. Varietas unggulan yang telah berhasil dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) Kementerian Pertanian adalah varietas Karangploso 11, Karangploso 14 dan Karangploso 15.[17]

Minyak Biji Kenaf sunting

Biji kenaf diketahui memiliki senyawa aktif antidiaretik, anticomplimentary, dan antiphlogistics, antidiaretik (Bahasa Inggris: antidiarrhetic) menyatakan sifat senyawa yang mampu mengurangi frekuensi diare dengan menghambat kehilangan cairan di epitel usus.

Anticomplimentary menunjukkan sifat senyawa yang mampu menghilangkan atau menonaktifkan serum protein beracun seperti racun ular berbisa.

Antiphlogistics menunjukkan sifat metabolit tumbuhan yang bertindak sama dengan senyawa antiinflamatori (meredakan reaksi inflamasi).[7]

Produk sekunder dari tumbuhan kenaf adalah minyak esensial yang umum diekstraksi dari bijinya. Komposisi minyak esensial yang dibutuhkan adalah sifat edible dengan tingginya konsentrasi fitosterol dan fosfolipid. Selain itu, fosfolipin yang tinggi memungkinkan minyak tersebut dapat digunakan untuk pengemulsi di industri makanan dan farmasi.[19]

Biji kenaf menghasilkan minyak nabati yang dapat digunakan untuk kosmetika, pelumas industri, dan produksi biofuel. Minyak biji kenaf mengandung asam lemak tak jenuh ganda, terutama asam linoleat, yang diketahui memiliki efek positif bagi kesehatan manusia.

Analisis Metabolomik Minyak Biji Kenaf sunting

Biji kenaf, yang dapat diekstraksi kandungan minyaknya, merupakan fokus kajian metabolomik yang telah dilakukan.[19] Sementara bagian batang, yang digunakan untuk serat alam, belum memiliki analisis metabolomik. Minyak diekstraksi berulang dari biji kenaf yang telah dihancurkan menggunakan pelarut heksana:isopropanol (3:2, v/v) lalu disentrifugasi. Minyak dicuci dengan larutan CaCl2 1%, NaCl 10%, metanol 50% untuk mendapatkan fasa minyak, kemudian dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat. Analisis asam lemak dari ekstrak minyak dilakukan menggunakan instrumen GC, sterol dengan GC menggunakan pelarut BSTFA dan TMCS, fosfolipid dengan instrumen Thin Layer Chromatography. Asam lemak yang dijumpai adalah asam linoleat, oleat, dan palmitat dengan rata-rata 23,7% ekstrak sehingga menyamai kandungan minyak alami lainnya seperti kelapa sawit. Fosfolipid yang ditemukan ialah sphyngomyelin, phosphatydil ethanolamine, dan phosphatydil choline dengan rata-rata 6% volume ekstrak sehingga cukup baik untuk aplikasi sebagai pengemulsi. Sterol yang ditemukan ialah beta sitosterol, campsterol, dan stigmasterol yang memungkinkan pemberian cita rasa yang baik sehingga minyak biji kenaf edible.[19]

Belum ditemukan studi mengenai perlakuan agrikultur atau ekstraksi yang memengaruhi komposisi asam lemak, fosfolipid, dan sterol dari biji kenaf sehingga dapat dilakukan perbaikan kualitas ekstrak minyak untuk makanan atau industri. Namun, satu studi telah menemukan bahwa kenaf genotype GR2565 menghasilkan konsentrasi fosfolipid dan sterol lebih tinggi pada ekstrak bijinya[19] sehingga teknik hibridisasi silang atau pemuliaan tanaman dapat dilakukan agar konsentrasi kedua jenis senyawa tersebut dapat ditingkatkan sehingga kualitas ekstrak minyak biji kenaf dapat menyamai produk minyak sayuran lainnya.

Kertas Kenaf sunting

Kenaf dapat digunakan untuk membuat kertas dari pulp dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas dari kayu. Kenaf memiliki berbagai manfaat lingkungan dalam menghasilkan kertas, dan merupakan salah satu dari 500 tanaman nonpohon untuk menghasilkan kertas bebas pohon oleh USDA. International Paper Company telah menghasilkan kertas koran yang disupali ke enam perusahaan surat kabar sejak tahun 1970.

Kertas yang terbuat dari kenaf diketahui memiliki kualitas yang lebih baik dari kertas yang dibuat dari kayu pinus, dan lebih ramah lingkungan. Karena serat kenaf lebih putih secara alami maka penggunaan bahan pemutih pada industri kertas dan pulp menjadi berkurang sehingga mengurangi limbah industri. Selain itu, kandungan lignin pada kenaf jauh lebih rendah dibandingkan kayu biasa sehingga energi yang digunakan untuk memproduksi pulp dari kenaf lebih rendah dibandingkan pulp dari kayu.[20]

1-ekar (4.000 m2) tanaman kenaf dapat menghasilkan 5 hingga 8 ton serat per satu musim tanam, dibandingkan dengan penanaman pohon berkayu pada luas lahan yang sama yang hanya menghasilkan serat sebanyak 1.5 hingga 3.5 ton per tahun. Bahkan, kenaf dapat memiliki dua musim tanam dalam setahun.[21]

Novel pertama yang dibuat dari 100% serat kenaf adalah novel The Land of Debris and the Home of Alfredo oleh Kenn Amdahl (1997, Clearwater Publishing Company).

Kenaf diketahui sebagai tanaman tangguh yang mampu tumbuh di lahan miskin nutrisi dan memiliki sedikit hama, sehingga tidak membutuhkan pupuk dan pestisida yang banyak.

Serat Alam sunting

Produk utama dari tumbuhan kenaf adalah serat alam yang dengan perlakuan pascaproduksi tertentu akan menghasilkan diversifikasi produk yang luas. Produk diversifikasi dari serat kenaf yang paling utama adalah benang, tali, dan kain karung.[13] Namun, belum dilakukan standardisasi produk dari serat kenaf karena merupakan serat alam alternatif yang belum dimanfaatkan dengan baik dibandingkan serat alam lainnya seperti kapas. Walaupun demikian, beberapa penelitian mencoba melakukan uji kualitas serat kenaf dan ditemukan ketahanan tinggi dari segi diameter, tenacity, dan densitas linear.[22]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Hibiscus cannabinus L". The Plants List. Diakses tanggal 11 September 2014. 
  2. ^ a b c d e Sastrpradja, Setijati; Danimihardja, Sarkat; Soejono, Roekmini; Soetjipto, Niniek Woelijarni; Prana, Made Sri (1981). Tanaman Industri. 10:122 – 123. Jakarta:LBN - LIPI bekerja sama dengan Balai Pustaka.
  3. ^ a b c d "Hibiscus cannabinus". Prohati. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-11. Diakses tanggal 11 September 2014. 
  4. ^ "MENGENAL TANAMAN KENAF (Hibiscus cannabinus L.) DAN BAHAN TANAMNYA". Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-12. Diakses tanggal 27 September 2014. 
  5. ^ a b Heyne, K. (1917). De nuttige planten van Nederlandsch-Indië. 3:196 – 98. Batavia:Ruygrok & Co.
  6. ^ "Hibiscus cannabinus". hort.purdue.edu. Diakses tanggal 27 September 2014. 
  7. ^ a b Salib, Josline Y.; Daniel, Enas N.; Hifnawy, Mohamed S.; Azzam, Shadia M.; Shaheed, Iman B.; Abdel-Latif, Sally M. (2014). "Polyphenolic Compounds from Flowers of Hibiscus rosa-sinensis Linn. and their Inhibitory Effect on Alkaline Phosphatase Enzyme Activity in vitro". Zeitschrift für Naturforschung C. 66 (9-10): 453–459. doi:10.1515/znc-2011-9-1003. ISSN 1865-7125. 
  8. ^ Nanko, Hirko (2005). The World of Market Pulp. Appleton, WI, USA: WOMP, LLC. hlm. 258. ISBN 0-615-13013-5. 
  9. ^ Ronaldi, Rio (2004). Pemanfaatan Inti Kenaf (Hibiscus cannabinus. L) Sebagai Bahan Pembuatan Papan Partikel, sebuah skripsi. Repository IPB. 
  10. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-29. Diakses tanggal 2013-10-11. 
  11. ^ Machfud, Moch; Jamil, Arini Hidayati; Santoso, Budi (2016-09-28). "Manfaat Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) dalam Penyerapan Karbondioksida (CO2)". Perspektif (dalam bahasa Inggris). 14 (2): 125–133. doi:10.21082/p.v14n2.2015.125-133. ISSN 2540-8240. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-25. Diakses tanggal 2019-04-25. 
  12. ^ Dempsey, James M. ([©1975]). Fiber crops. Gainesville,: University Presses of Florida. ISBN 0813004497. OCLC 841715. 
  13. ^ a b c "Kenaf Production: Fiber, Feed, and Seed". www.hort.purdue.edu. Diakses tanggal 2019-04-25. 
  14. ^ Higgins, J. J.; White, G. A. (1970). "Effects of Plant Population and Harvest Date on Stem Yield and Growth Components of Kenaf in Maryland1". Agronomy Journal (dalam bahasa Inggris). 62 (5): 667. doi:10.2134/agronj1970.00021962006200050037x. ISSN 0002-1962. [pranala nonaktif permanen]
  15. ^ Burnside, O. C.; Williams, J. H. (1968). "Weed Control Methods for Kinkaoil, Kenaf, and Sunn Crotalaria1". Agronomy Journal. 60 (2): 162. doi:10.2134/agronj1968.00021962006000020005x. ISSN 0002-1962. 
  16. ^ "Effect of Kenaf and Soybean Rotations on Yield Components". hort.purdue.edu. Diakses tanggal 2019-04-25. 
  17. ^ a b "Kenaf - balittas". balittas.litbang.pertanian.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-25. Diakses tanggal 2019-04-25. 
  18. ^ Sudjindro. (1988). Daya gabung dan heritabilitas beberapa sifat pada tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L). Thesis S2. PS Agronomi, Jurusan Ilmu-ilmu Pertanian. Fakultas Pascasarjana. UGM. Yogyakarta.
  19. ^ a b c d Mohamed, Ali; Bhardwaj, Harbans; Hamama, Anwar; Webber, C. (1995-10). "Chemical composition of kenaf (Hibiscus cannabinus L.) seed oil". Industrial Crops and Products (dalam bahasa Inggris). 4 (3): 157–165. doi:10.1016/0926-6690(95)00027-A. 
  20. ^ "www.treehugger.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-28. Diakses tanggal 2013-10-11. 
  21. ^ usda kenaf uses
  22. ^ ., M.A. Samad; ., M.M. Alamgir Sayeed; ., Md. Ashraf Hussain; ., Md. Asaduzzaman; ., M.A. Hannan (2002-06-01). "Mechanical Properties of Kenaf Fibres (Hibiscus cannabinus) and their Spinning Quality". Pakistan Journal of Biological Sciences. 5 (6): 662–664. doi:10.3923/pjbs.2002.662.664. 

Pranala luar sunting