Dalam mitologi Tiongkok, Yan (t: 閻, s: 阎, p: Yán; Hokkien=Giam Lo Ong) adalah penguasa akhirat (Diyu), diadopsi dari dewa Sanskerta Weda Yama Rājā (यम राज). Gelarnya secara lengkap adalah Yanluowang (t: 閻羅王, s: 阎罗王, p: Yánluówáng, w: Yen2-lo2-wang2).

Lukisan dinding dari periode Azuchi-Momoyama yang menggambarkan Enma
Kagamibuta netsuke dari abad ke-19 menggambarkan Enma

Nama dan etimologi sunting

Yánluó Wáng diterjemahkan sebagai "Yama, Raja Akhirat; terjemahan dari bahasa Sanskerta: Yama Raja". Yan merupakan "Yama; gerbang desa; atau marga Yan". Luo adalah "kabut tipis; mengumpulkan; menyatukan; menangkap; menyelidiki". Wang bermakna "raja atau monarki; terbaik atau terkuat dari jenisnya; besar; hebat atau merupakan kata kerja mengatur; menguasai".[1]

Kultus sunting

Pemujaan Yan Luo Wang di Tiongkok baru dimulai setelah agama Buddha masuk.[2] Yan Luo Wang digambarkan sebagai sesosok pria bertubuh besar dengan wajah garang berwarna merah, mata membelalak, dan berjanggut panjang. Ia mengenakan jubah tradisional dan topi hakim atau mahkota yang dihiasi karakter 王 ("raja"). Gambar wajahnya sering muncul pada uang arwah Tiongkok sebagaimana penggambaran tokoh politik pada mata uang asli.

Penguasa dan hakim akhirat sunting

Yan Luo Wang adalah penguasa akhirat sekaligus hakim semua roh yang meninggal. Anak buahnya antara lain adalah Jaksa Akhirat yang membawa sebuah sikat dan sebuah buku catatan kematian semua makhluk hidup. Niu Tou Ma Mian membawa roh-roh orang yang meninggal satu demi satu ke hadapannya untuk diadili. Pria atau wanita yang banyak berbuat kebajikan akan diberi anugerah kehidupan yang lebih setelah bereinkarnasi, atau hidup kembali pada kehidupan sebelumnya. Pria atau wanita yang banyak berbuat kejahatan akan dihukum di neraka atau memperoleh kehidupan yang buruk di kehidupan berikutnya.

Roh-roh orang mati, setelah diadili oleh Yan Luo Wang, akan menikmati kehidupan menyenangkan di dunia antara bumi dan surga, atau menerima hukuman di neraka. Tidak ada pahala atau hukuman yang permanen; setelah tiba waktunya, mereka akan kembali ke bumi dengan tubuh yang baru.

Posisi dalam Birokrasi Surga sunting

Yan Luo Wang terkadang dianggap sebagai sebuah posisi dalam Birokrasi Surga daripada sebagai individu. Dikatakan bahwa manusia yang bajik dan berkualitas akan dianugerahi jabatan sebagai Yan Luo Wang untuk mengadili dan menguasai akhirat.

Jabatan Raja Akhirat akan diganti setiap 200 tahun sekali. Beberapa tokoh terkenal berwatak jujur, adil, dan berani yang dipercaya menjabat sebagai Yan Luo antara lain Han Qinhu (538-592 M), Kou Zhun (961-1027 M), Pan Zhongyan (989-1052 M), dan Bao Zheng (999-1062 M).[2]

Shi Dian Yan Luo sunting

Pada beberapa versi, Yan Luo Wang membagi Diyu menjadi delapan, sepuluh, atau delapan belas pengadilan yang masing-masing dipimpin oleh sesosok Raja Yama (Raja Akhirat).

Sepuluh Yan Luo Wang disebut sebagai Shi Dian Yan Luo (Hokkien=Sip Tian Giam Ong; lit. Sepuluh Raja Akhirat). Masing-masing Yan Luo tinggal dalam ruang istana mereka sendiri. Kesepuluh Yan Luo adalah sebagai berikut:[2]

  1. Qin Guang Wang (Hokkien=Cin Kong Ong) di istana pertama melindungi orang-orang yang selama hidupnya berbuat baik supaya tidak diganggu oleh iblis. Hari rayanya adalah tanggal 1 bulan 2 Imlek. Ia mengirim roh baik ke surga dan yang jahat ke neraka untuk dihukum.
  2. Chu Jiang Wang (Hokkien=Coh Kang Ong) menangani tempat penyiksaan seperti potong lidah, pengguntingan badan, dan almari penggantungan. Hari rayanya pada tanggal 1 bulan 3 Imlek.
  3. Song Di Wang (Hokkien=Song Te Ong) menangani tempat penyiksaan seperti kaca refleksi dosa dan digoreng minyak mendidih. Hari rayanya pada tanggal 8 bulan 2 Imlek.
  4. Wu Guan Wang (Hokkien=Ngo Koan Ong) menangani tempat penyiksaan seperti tiang tembaga, bukit pedang, dan penjara es. Hari rayanya pada tanggal 18 bulan 2 Imlek.
  5. Yan Luo Wang (Hokkien=Giam Lo Ong) menangani tempat penyiksaan tripot dengan minyak mendidih. Hari rayanya pada tanggal 8 bulan 1 Imlek. Konon ia adalah Bao Zheng, hakim terkenal dari zaman Dinasti Song.
  6. Bian Cheng Wang (Hokkien=Pian Shia Ong) menguasai tempat penyiksaan lubang kerbau, tindih batu, dan alu penumbuk. Hari rayanya pada tanggal 8 bulan 3 Imlek.
  7. Tai Shan Wang (Hokkien=Thay San Ong) menangani tempat telaga darah, kota penasaran, dan tempat pengulitan tubuh. Hari rayanya pada tanggal 27 bulan 3 Imlek.
  8. Du Shi Wang menangani tempat penyiksaan gunung api dan batu gilingan. Hari rayanya pada tanggal 1 bulan 4 Imlik.
  9. Ping Dong Wang (Hokkien=Peng Tong Ong) menguasai tempat penyiksaan dengan gergaji. Hari rayanya pada tanggal 8 bulan 4 Imlek.
  10. Zhuan Lun Wang (Hokkien=Coan Lun Ong) yang mengurusi roh-roh yang akan dilahirkan lagi. Hari rayanya pada tanggal 17 bulan 4 Imlek.

Yan Luo Wang di luar Tiongkok sunting

Jepang sunting

Kultus Yan Luo Wang menyebar ke Jepang dan di sana ia dikenal dengan nama Emma (閻魔; baca: "Yemma"), Emma-ō (閻魔王; lit. Raja Emma), dan Emma Dai-Ō (閻魔大王; lit. Raja Agung Emma).

Beberapa ungkapan bahasa Jepang yang menyebutkan nama Emma:

  • "Enma face" (閻魔顔, Enma-gao) adalah sebuah idiom yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang berwajah menyeramkan.
  • "jika kamu berbohong, Tuan Enma akan menarik keluar lidahmu" (嘘をつけばと閻魔さまに舌を抜かれる) kalimat takhyul yang sering diucapkan untuk menakut-nakuti anak kecil supaya tidak berbohong.
  • Pepatah Jepang (kotowaza) menyebutkan "jika meminjam, berwajah jizō; jika membayar (pinjaman), berwajah Enma" (借りる時の地蔵顔、返す時の閻魔顔). Jizō umumnya digambarkan berwajah tenang dan bahagia, sementara Enma digambarkan berekspresi murka.
  • Saimyō-ji, sebuah kuil Buddhisme Shingon di Mashiko, Tochigi, Jepang, adalah satu-satunya kuil yang memiliki rupang Enma sedang tertawa.[3]

Korea sunting

Di Korea, Yan Luo Wang dikenal dengan nama Yeomna (염라) dan Yŏmna Daewang (염라대왕; lit. Raja Agung Yeomna).

Vietnam sunting

Di Vietnam, Yan Luo Wang dikenal sebagai Diêm vương dan dipuja sebagai sebuah konsili dari sepuluh raja akhirat Diêm la.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ 閻羅王. MDBG Chinese-English Dictionary. Diakses pada 17 Mei 2013.
  2. ^ a b c E. Setiawan dan Kwa Thong Hay. 1990. Dewa-Dewi Kelenteng. Gedung Batu, Semarang: Yayasan Kelenteng Sampookong.
  3. ^ "Welcome to Saimyo-ji". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-04-11. Diakses tanggal 2013-05-21.