Wang Dun (Hanzi: 王敦, 266-324) adalah seorang panglima perang pada zaman Dinasti Jin. Ia mempunyai kekuasaan yang sangat besar sehingga Kaisar Yuan dari Jin (Sima Rui) pun tunduk padanya. Ia pernah mencoba dua kali menggulingkan Dinasti Jin namun tidak pernah berhasil. Ia meninggal tahun 324 karena depresi setelah kudeta keduanya gagal.

Kehidupan awal sunting

Wang Dun adalah putra Wang Ji, seorang pejabat Jin. Ia menikah dengan Putri Xiangcheng, putri Kaisar Wu dari Jin (Sima Yan). Ia menjabat sebagai asisten untuk putra mahkota Sima Yu (cucu Kaisar Wu). Ketika Sima Yu difitnah oleh Permaisuri Jia Nanfeng sehingga diasingkan, Wang tetap mendampingi atasannya hingga ia dibawa ke pengasingan, atas kesetiaannya ini namanya mulai dikenal. Ia kemudian diangkat sebagai gubernur Yangzhou (sekarang wilayah Zhejiang, bagian selatan Jiangsu dan Anhui). Ketika Sima Rui, Pangeran Langye mengepalai operasi militer di daerah itu pada 307, Wang dan sepupunya, Wang Dao, menjadi asisten kepercayaan sang pangeran. Konon katanya ketika itu kekuasaan marga Wang dan Sima (keluarga kerajaan) sama besarnya di wilayah itu.

Ketika pemberontakan petani meletus di Jiangzhou (sekarang wilayah Jiangxi dan bagian timur Hubei) dan Jingzhou (sekarang Hubei dan Hunan). Pemimpin pemberontak yang terkuat adalah Du Tao, pemimpin pengungsi dari Yizhou (sekarang wilayah Sichuan dan Chongqing yang kabur dari Cheng Han. Sima Rui menugaskan Wang untuk operasi militer di wilayah barat. Dibawah koordinasi Wang yang efektif, pemberontakan akhirnya dapat ditumpas. Setelah mengalahkan Du Tao, Wang mulai sombong dan menganggap provinsi-provinsi di barat adalah wilayahnya. Setelah Sima Rui naik tahta tahun 318 sebagai kaisar Yuan, secara formal Wang tetap menyatakan kesetiaan padanya, tetapi di saat yang sama ia juga memperkuat posisinya di wilayah kekuasaannya.

Kampanye militer pertama melawan Jin sunting

Melihat ambisi Wang yang begitu besar, Kaisar Yuan mulai merasa takut padanya sehingga ia mengumpulkan orang-orang yang tidak suka pada Wang seperti Liu Huai dan Diao Xie. Ia juga mulai memangkas kekuasaan keluarga Wang dalam pemerintahan, termasuk Wang Dao, yang membuat Wang Dun marah. Para bawahan Wang seperti Shen Chong dan Qian Feng membujuknya agar melakukan kudeta militer untuk menggulingkan Kaisar Yuan. Tahun 320, kaisar mengangkat Sima Cheng, pangeran Qiao, sebagai gubernur Xiangzhou (sekarang Hunan), ini berarti menolak usul Wang yang merekomendasikan Shen. Namun saat itu Wang merasa belum siap untuk memberontak, sehingga ia menerima keputusan tersebut. Tahun 321, kaisar memberikan komando atas sejumlah besar pasukan yang kuat kepada Dai Yuan dan Liu Huai dengan alasan untuk mempertahankan negara terhadap kerajaan Zhao Akhir, tetapi tujuan sebenarnya adalah untuk berjaga-jaga dari kemungkinan Wang memberontak.

Pada musim semi tahun 332, Wang mengangkat senjata melawan kaisar dengan dalih bahwa kaisar telah dimanipulasi oleh Dai dan Liu, sehingga ia wajib membersihkan pemerintahan dari orang-orang seperti mereka. Ia membujuk Gan Zhuo, gubernur Liangzhou (sekarang wilayah barat laut Hubei dan tenggara Shaanxi) dan Sima Cheng, gubernur Xiangzhou untuk turut serta dalam pemberontakan. Namun keduanya menentang ajakan itu dan melawan walau bukan tandingan pasukan Wang, bahkan terhadap pasukan garis belakang pun keduanya tidak sanggup memberikan perlawanan efektif. Pasukan Wang dengan cepat tiba di ibu kota Jiankang dan mengalahkan pasukan kekaisaran, dengan mudah mereka menduduki dan menjarah ibu kota. Liu Huai kabur ke Zhao Akhir, sementara Diao, Dai dan Zhou Yi dibunuh. Kaisar Yuan dipaksa menyerah dan menganugerahi Wang kekuasaan yang lebih besar di barat. Wang merasa puas dengan negosiasi itu sehingga membiarkan kaisar tetap bertahta dan mengurungkan niatnya untuk mendepak Sima Shao, putra sulung Kaisar Yuan, dari posisi putra mahkota (Wang sebenarnya takut akan ketegasan dan kecakapan pangeran itu). Wang memimpin pasukannya kembali ke pusat kekuasaannya di Wuchang (sekarang Ezhou, Hubei). Dalam perjalanan pulang ia membunuh Sima Cheng dan Gan Zhuo yang dulu menentangnya.

Kampanye militer kedua melawan Jin sunting

Setelah kekalahannya, Kaisar Yuan dirundung kesedihan dan akhirnya meninggal sekitar tahun baru 323. Putra mahkota, Sima Shao, naik tahta sebagai Kaisar Ming dari Jin. Kaisar baru ini bersikap seolah-olah ia tunduk dan hormat pada Wang, ia menyerahkan banyak tanggung jawab militer dan pemerintahan padanya. Wang Dun menjadi semakin besar kepala karenanya, kaki tangannya seperti Qian dan Shen semakin korup dan sewenang-wenang. Karena masih merasa kuatir dan takut dengan keluarga Zhou Yi, musuh yang dibunuhnya dalam kudeta pertama dulu, pada tahun 324, ia memburu dan membunuhi anggota keluarga yang tersisa.

Pada akhir tahun itu juga, kesehatannya mulai memburuk. Ia mengangkat Wang Ying, keponakan sekaligus putra angkatnya (Wang tidak memiliki putra), sebagai deputinya dan Wen Jiao sebagai wali kota Jiankang dengan tujuan agar mudah mengawasi gerak-gerik kaisar. Ia merencanakan agar setelah ia meninggal, Wang Ying akan memimpin pasukannya untuk menyerang Jiankang dan merebut tahta. Namun tanpa sepengetahuannya, Wen sebenarnya telah bekerja dibawah Yu Liang, ipar kaisar. Begitu tiba di ibu kota Wen membeberkan kondisi Wang yang tengah terbaring sakit dan rencana kudetanya. Kaisar Ming memutuskan untuk mengambil tindakan pendahuluan, ia menyatakan bahwa Wang Dun adalah pemberontak serta memerintahkan para jenderal di perbatasan utara untuk menumpasnya. Mendengar kabar ini, Wang mengutus adiknya, Wang Han (ayah biologis Wang Ying) dan Qian Feng untuk bergerak ke timur untuk menyerang ibu kota. Namun kali ini pasukannya menderita kekalahan besar dari pasukan kekaisaran yang diperkuat oleh pasukan perbatasan yang terlatih dengan baik. Wang meninggal dalam kesedihannya setelah mendengar berita buruk mengenai kekalahan pasukannya. Wang Ying menyembunyikan kabar kematian ayah angkatnya dan meneruskan perlawanan namun pada akhirnya dikalahkan. Ia dan ayahnya ditangkap lalu dihukum mati. Jenazah Wang Dun diletakan dalam posisi berlutut dan dipancung sebelum dikembalikan pada keluarganya untuk dimakamkan.