Tindakan sosial adalah tindakan yang bersifat subjektif dalam segala perilaku manusia. Ciri utama dari perilaku dalam tindakan sosial adalah pemaknaan yang bersifat subjektif, mampu mempengaruhi orang lain dan menerima pengaruh dari orang lain.[1] Tindakan sosial dilakukan sesuai dengan interpretasi individu mengenai tindakan orang lain dalam suatu keadaan tertentu. Penerapan tindakan sosial selalu dilakukan dengan adanya individu lain yang terlibat serta adanya kegiatan lain yang terjadi secara bersamaan.[2] Tindakan sosial dilakukan secara sukarela oleh individu sebagai bentuk interpretasi terhadap kenyataan yang terjadi.[3]

Tindakan Sosial
Demonstrasi

Tokoh pemikir sunting

Max Weber sunting

 
Max Weber

Max Weber adalah hyuman yang menekuni bidang utama yaitu ekonomi dan sosiologi.[4] Pada awal kehidupannya, Max Weber menjadi seorang ekonom, sejarawan dan ahli hukum. Setelah menguasai bidang ilmu ekonomi, sejarah dan hukum, Max Weber menekuni memusatkan kajian keilmuannya pada sosiologi. Max Weber memahami ilmu-ilmu sosial sebagai ilmu yang mengkaji tentang makna, khususnya makna individual atau cara-cara di dalamnya budaya yang dimiliki bersama mempengaruhi tindakan individu-individu.[5]

Max Weber menyatakan dengan jelas bahwa tindakan sosial merupakan pokok bahasan utama dalam kajian sosiologi. Sumbangan Weber terhadap pemikiran tentang tindakan sosial membantu memperbaiki pemahaman tentang watak dan kemampuan-kemampuan aktor sosial secara individu melalui sebuah tipologi tentang berbagai cara dimana individu yang bersangkutan bisa bertindak di lingkungan eksternalnya. Weber menekankan tindakan pada makna dan pemahaman untuk menunjukan betapa pentingnya hermeneutik dan fenomenologi di dalam teori tindakan sosial, dimana sejumlah aktor saling mengorientasikan makna dari tindakan-tindakan sosial mereka, sehingga sampai pada batas tertentu, aktor yang satu memperhatikan dan mempertimbangkan perilaku aktor lain, aktor tersebut bisa jadi sama-sama sepakat dalam interpretasi-interpretasi mereka atas perilaku aktor lain, atau bisa juga tidak. Pandangan Weber melakukan pemahaman melalui presisi penekanan pada kondisi-kondisi sosial, dan pada bentuk hal lain menempatkan kesadaran, kondisi pikiran dan perasaan, serta orientasi-orientasi aktor pada fokus terpenting. hal ini semua, pada gilirannya, menghambat dan memengaruhi persepsi aktor tentang bagaimana aktor tersebut bertindak di dalam dunia untuk mempertahankan atau mengubah dunia. Tingkat integrasi ini pada gilirannya akan terus dipengaruhi oleh proses-proses sosiasi yang dinamis yang melibatkan para anggotanya, baik itu melalui ikatan-ikatan dan solidaritas yang dibangun melalu bentuk-bentuk rasional berupa perjuangan bersama melawan musuk atau pesaing tertentu. Loyalitas yang diprovokasi oleh rahasia-rahasia bersama, hubungan-hubungan perbedaan dan superordinasi yang direproduksi dalam hierarki instisusional, maupun persahabatan akrab dan intimasi yang lahir dari berbagai pangan dan hidup ataupun hubungan-hubungan terhormat lainnya. Secara sosial, di dalam masyarakat-masyarakat modern yang beragam para aktor akan menghadapi situasi-situasi yang penuh dengan sederatan aktor yang memiliki afiliasi yang beragam ini,yang masing-masing juga terlibat dalam beragam paduan hubungan yang aktif, saling bersimpangan dan saling tumpang tindih.[6]

Jenis sunting

Pemikiran Weber tentang tindakan sosial membantu memperbaiki pemahaman tentang watak dan kemampuan-kemampuan aktor sosial secara individual melalui sebuah tipologi tentang berbagai cara dimana individu yang bersangkutan bisa bertindak di dalam lingkungan eksternalnya. Sehingga, Weber membedakan empat tipe tindakan sosial yang berbeda-beda dimana seorang aktor bisa terlihat, berikut empat tindakan sosial menurut Weber:

  1. Tindakan rasional bersifat instrumental, adalah tindakan yang ditujukan pada pencapaian tujuan-tujuan yang secara rasional diperhitungkan dan diupayakan sendiri oleh aktor yang bersangkutan.
  2. Tindakan yang rasional berdasarkan nilai (value-rational action) yang dilakukan untuk alasan-alasan dan tujuan-tujuan yang ada kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini secara personal tanpa memperhitungkan prospek-prospek yang ada kaitannya dengan berhasil atau gagalnya tindakan tersebut.
  3. tindakan afektif, yang ditentukan oleh kondisi-kondisi dan orientasi-orientasi emosional si aktor.
  4. Tindakan tradisional yang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar secara turum menurun.dan tindakan tradisional yang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar secara turum menurun.

Tipe-tipe tersebut memberitahu kita sesuatu tentang sifat aktor itu sendiri, karena tipe-tipe itu mengindikasikan adanya kemungkinan berbagai perasaan dan kondisi-kondisi internal, perwujudan tindakan-tindakan itu menunjukan bahwa aktor memiliki kemampuan mengkombinasikan tipe-tipe tersebut dalam formasi-formasi internal yang kompleks yang termanifestasikan dalam suatu bentuk pencangkokan orientasi-orientasi terhadap tindakan.[7]

Rujukan sunting

  1. ^ Rahman, M. T. (2011). Glosari Teori Sosial (PDF). Bandung: Ibnu Sina Press. hlm. 124. ISBN 978-602-99802-0-2. 
  2. ^ Jones, Bradbury dan Boutillier 2016, hlm. 27.
  3. ^ Jones, Bradbury dan Boutillier 2016, hlm. 112.
  4. ^ Max Weber (2009). Sosiologi. Yogyakarta: Putaka Pelajar. hlm. 26. ISBN 9792458735. 
  5. ^ Ted Bento dan Ian Craib (2009). Filsafat Ilmu Sosial Pendasaran Filosofis Bagi Pemikiran Sosial. Yogyakarta: Ledalero. hlm. 121. ISBN 9789799447760. 
  6. ^ Turner 2012, hlm. 111.
  7. ^ Turner 2012, hlm. 115.

Daftar pustaka sunting

  1. Jones, P., Bradbury, L., dan Boutillier, S. L. (2016). Pengantar Teori-teori Sosial (PDF). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-602-433-249-5.  [pranala nonaktif permanen]
  2. Turner, Bryan S. (2012). Teori Sosial: Dari Klasik sampai Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ISBN 978-602-229-068-1. 

Lihat pula sunting