Thangka (juga tangka, thanka atau tanka (Nepali=ˈt̪ʰaŋka;Tibetan=ཐང་ཀ་; Nepal Bhasa: पौभा) adalah lukisan di atas sutra bersulam, biasanya menggambarkan makhluk suci Buddhis, peristiwa, atau mandala. Thangka bukanlah lukisan datar seperti lukisan cat minyak atau akrilik, melainkan lukisan di atas kain (biasanya sutra) yang bersulam. Umumnya thangka cukup awet, tetapi karena cukup rapuh maka thangka harus disimpan pada lokasi yang kering sehingga kelembaban udara tidak akan mempengaruhi kualitas sutra.

Kaisar Qianlong dalam seni thangka

Thangka digunakan sebagai media pengajaran yang sangat penting, menggambarkan kehidupan Buddha, berbagai Lama terkenal, serta berbagai makhluk suci lainnya seperti Bodhisatwa. Salah satu objek thangka adalah Roda Reinkarnasi yang merupakan penggambaran visual ajaran Abhidhamma (seni mencapai pencerahan).

Thangka Buddha Sakyamuni dengan aura keemasan, diapit oleh Awalokiteswara dan Manjusri, abad ke-19. Dalam thangka ini, Manjusri tidak membawa pedang berapi sebagaimana biasanya.

Jenis sunting

Berdasarkan teknik dan material yang digunakan, thangka dapat dibagi menjadi beberapa kelompok. Umumnya, thangka dibagi menjadi dua kategori besar: thangka yang dicat (Tib.) bris-tan - dan thangka yang terbuat dari sutra, baik dengan appliqué atau bordir.

Pengelompokan tersebut selanjutnya dapat dibagi ke dalam kategori yang lebih spesifik:

  • Dicat warna-warni (Tib.) Tson-tang - jenis yang paling umum
  • Appliqué (Tib.) go- tang
  • Latar belakang hitam - maksudnya yang digambar dengan garis emas dengan latar belakang hitam (Tib.) nagtang
  • Blockprint - kertas atau kain yang tepinya diberi garis, menggunakan cukil kayu/woodblock printing
  • Bordir (Tib.) Tsem-thang
  • Latar belakang emas-melambangkan harapan, digunakan dengan bijak untuk makhluk suci yang damai, pemberi umur panjang, dan Buddha yang telah tercerahkan sempurna
  • Latar belakang merah-secara harfiah menggunakan garis emas, tetapi mengacu pada garis emas di atas dasar berwarna vermillion (Tib.) mar-tang

Meskipun pada umumnya thangka berukuran relatif kecil, sekitar 18 atau 30 inci tinggi atau lebarnya, ada juga thangka raksasa untuk festival, biasanya berupa appliqué, dan dirancang untuk melapisi dinding biara pada saat acara-acara keagamaan tertentu. Biasanya thangka ini lebarnya lebih panjang daripada tingginya, yaitu dengan lebar yang mungkin mencapai enam puluh kaki atau lebih serta tinggi 20 kaki atau lebih. Karena harga thangka bisa sangat mahal, orang-orang pada masa sekarang banyak yang menggunakan poster thangka (hasil print thangka asli untuk poster) sebagai alternatif pengganti thangka asli untuk tujuan keagamaan.

Seni Tibetan yang menyerupai thangka adalah Tibetan tsakli yang berwujud seperti miniatur thangka, tapi biasanya digunakan sebagai kartu inisiasi atau persembahan.

Proses pembuatan sunting

 
Melukis Thangka di Lhasa, Tibet.

Thangka dilukis di atas katun atau sutra. Dasar yang paling umum digunakan adalah katun yang ditenun longgar dengan lebar antara 40 hingga 58 sentimeter(16 - 23inchi). Meskipun ada beberapa variasi yang lain, thangka yang lebih lebar dari 45 sentimeter (17 atau 18 inchi) sering kali dikelim di sisinya agar lebih kuat. Tinta yang digunakan berupa pigmen yang dilarutkan pada medium larut air. Pigmen tersebut berupa pigmen dari mineral atau bahan organik, dicampur dengan herbal dan larutan perekat, yang dalam terminologi Barat disebut teknik distemper.[1]

Komposisi sebuah thangka, sebagaimana mayoritas seni Buddha lainnya, sangatlah geometris. Lengan, kaki, mata, hidung, telinga, dan berbagai peralatan ritual diatur menurut sudut dan garis potong yang sistematis. Seorang seniman thangka yang ahli pada umumnya akan memilih barang-barang dari berbagai variasi desain awal untuk dimasukkan ke dalam komposisi, mulai dari mangkuk sedekah dan hewan, hingga ke bentuk, ukuran, dan arah tatapan mata sosok yang dilukis, hidung, serta bibir. Proses ini tampaknya sangat metodis, tetapi sering kali membutuhkan pemahaman mendalam tentang simbolisme yang terlibat untuk menangkap jiwa dari sosok yang dilukis pada thangka.

Thangka sering kali dipenuhi dengan berbagai simbolisme dan kiasan. Oleh sebab karya seni ini secara lugas bersifat religius, semua simbol dan kiasan harus sesuai dengan pedoman yang ketat berdasarkan kitab suci Buddhis. Seniman thangka harus dilatih dengan baik dan memiliki pemahaman religius yang mencukupi, pengetahuan, dan latar belakang untuk menciptakan thangka yang akurat dan tepat. Lipton dan Ragnubs menegaskan hal ini dalam Treasures of Tibet Art:

"Seni Tibetan menunjukkan tubuh nirmanakaya, tubuh fisik Buddha, dan juga kualitas Buddha, mungkin dalam wujud sesosok makhluk suci. Benda-benda seni, karenanya, harus mengikuti aturan yang ditetapkan dalam kitab suci Buddhis mengenai proporsi, bentuk, warna, sikap, posisi tangan, dan atribut untuk mewujudkan Sang Buddha atau Makhluk Suci dengan tepat."

Kepada seniman Tibet tak dikenal yang tak terhitung jumlahnya yang mengungkapkan keagungan bentuk ketuhanan. Kepada silsilah Mahasiddha yang mengungkapkan kebahagiaan dari ketelanjangan yang tak bernoda. Untuk dia yang tidak memiliki nama dan dia yang tidak dapat disebutkan namanya.

Galeri sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Tibetan Mongolian Museum Society, Nine Hundred Years of Tibetan Painting [1] Diarsipkan 2013-09-26 di Wayback Machine.

Referensi sunting

  • Lipton, Barbara and Ragnubs, Nima Dorjee. Treasures of Tibetan Art: Collections of the Jacques Marchais Museum of Tibetan Art. Oxford University Press, New York. 1996
  • Art of Enlightenment: A persepective on the Sacred Art of Tibet, Yeshe De Project. Dharma Publishing, Berkeley, CA 1987.
  • http:/www.dinkunstner.com", untuk lukisan thangka.

Literatur sunting

Pranala luar sunting