Thanatephorus cucumeris

Thanatephorus cucumeris (teleomorf)
Rhizoctonia solani (anamorf)
Hifa R. solani menunjukan penyudutan ke kanan yang khas
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
T. cucumeris
Nama binomial
Thanatephorus cucumeris
(A.B. Frank) Donk 1956
Sinonim

Corticium sasakii (Shirai) H. Matsumoto 1934
Corticium solani (Prill. & Delacr.) Bourdot & Galzin 1911
Corticium vagum var. solaniBurt 1903
Hypochnus cucumeris A.B. Frank 1883
Hypochnus filamentosus Pat. 1926
Hypochnus sasakii Shirai 1906
Hypochnus solani Prill. & Delacr. 1891
Pellicularia filamentosa (Pat.) D.P. Rogers 1943
Pellicularia filamentosa f. sp. sasakii Exner 1953
Pellicularia sasakii (Shirai) S. Ito 1955
Thanatephorus sasakii Shirai) C.C. Tu & Kimbr. 1978
Rhizoctonia solani J.G. Kühn 1858 (a)
Moniliopsis aderholdii Ruhland 1908 (a)
Moniliopsis solani (J.G. Kühn) R.T. Moore 1987 (a)
Rhizoctonia grisea (J.A. Stev.) Matz 1920 (a)
Rhizoctonia napaeae Westend. & Wallays 1846 (a)
Rhizoctonia solani J.G. Kühn 1858 (a)

Thanatephorus cucumeris (teleomorf), syn. Rhizoctonia solani (anamorf), adalah cendawan penting penyebab penyakit tanaman pertanian. Patogen ini berbahaya karena memiliki inang yang luas, menyebar di seluruh dunia, dan dapat menyebabkan kegagalan budidaya tanaman.

Gejala penyakit yang ditimbulkannya sudah dikenal sejak lama, dan penyebabnya ditemukan di akhir abad ke-19. wujud gejala bermacam-macam tergantung dari tanaman inangnya. Yang paling dikenal adalah layu bibit (damping off), namun dapat menyebabkan pula busuk pangkal batang (collar rot), busuk akar (root rot), maupun wire stem. R. solani menyerang tanaman muda maupun terna yang batangnya lunak. Karena bagian yang diserang adalah akar atau bagian bawah batang, kerusakan yang ditimbulkannya sangat serius.

Cendawan ini terutama bersifat tular-tanah (soil-borne). Pada akar yang parah terserang atau pada kultur buatan tampak seperti benang-benang halus, yang merupakan hifanya.

Di alam, bentuk anamorf (tipe aseksual) yang paling sering ditemukan, meskipun tidak diketahui spora aseksualnya (konidiospora). Pada waktu atau kondisi tertentu, bentuk seksualnya akan menghasilkan spora seksual (basidiospora). Pengetahuan akan daur hidup cendawan ini penting dalam mengelola dan mengendalikan patogen ini.

Penemuan sunting

Julius Kuhn, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman, pada tahun 1858 melaporkan dan mendeskripsi cendawan yang ditemukan pada tuber kentang yang sakit dan menamainya Rhizoctonia solani. Rhizoctonia dibentuk dari dua kata bahasa Yunani: ῥίζα (rhiza, "akar") dan κτόνος (ktonos, "pembunuh"). Kata sifat solani, dari bahasa Latin, adalah nama genus untuk kentang. Ketika laporan ini keluar, penyakit yang ditimbulkannya sudah sangat dikenal di kalangan petani.[1]

Referensi sunting

  1. ^ [Parmeter, J. R. Rhizoctonia Solani, Biology and Pathology. London, UK: University of California, 1970. Print.], University of California Biology and Pathology.