Terorisme Kristen adalah tindakan terorisme yang dilakukan oleh kelompok atau individu yang mengakui melakukannya atas motivasi atau tujuan Kristen.[1] Teroris Kristen membenarkan taktik kekerasan yang dipakai melalui interpretasi Alkitab mereka, yang mereka sesuaikan dengan tujuan dan pandangan mereka sendiri.[2][3][4] Interpretasi semacam ini adalah berbeda dengan interpretasi denominasi Kristen pada umumnya.[2]

Tindakan teroris yang dilakukan bisa ditujukan pada denominasi Kristen lain, agama lain, atau pada kelompok organisasi sekuler milik pemerintah, individu atau masyarakat.[5] Para teroris juga menyalahgunakan Kekristenan sebagai suatu alat retorika untuk mencapai baik tujuan politis atau militer mereka.

Kelompok teroris Kristen terdiri memiliki berbagai bentuk, termasuk di antaranya: organisasi paramiliter, kultus sekte, dan kelompok orang yang tidak terorganisir dan berkumpul untuk mencoba meneror kelompok lain. Beberapa kelompok ini mendorong tindakan teroris melalui individu yang tidak terkait pada kelompok tersebut.[6] Kelompok paramiliter pada umumnya terikat pada kepentingan etnis atau politis serta keagamaan[7][8] dan kebanyakan dari kelompok semacam itu memiliki kepercayaan yang berbeda dengan Kekristenan konvensional pada umumnya.

Terminologi sunting

Penggunaan frase terorisme Kristen secara harfiah nasih diperdebatkan.[2][9][10] Dalam literatur akademik, terorisme Kristen tampaknya mendeskripsikan tindakan-tindakan dan kepercayaan secara tidak spesifik.[2]

Agama bisa saja dikutip sebagai motivasi tindakan terorisme dalam konflik-konflik yang memiliki beragam penyebab, seperti permasalahan etnis, ekonomis, dan politis, contohnya adalah konflik Bosnia.[11] Pada kasus yang serupa dengan Lord's Resistance Army atau Pemberontakan Taiping, kepercayaan para pendirinya sangat berbeda dengan kepercayaan Kristen pada umumnya.[12][13] Dalam kasus-kasus seperti yang disebut di atas, pemakaian istilah terorisme Kristen adalah problematik, meskipun terdapat klaim dari pelaku bahwa mereka termotivasi oleh kepercayaan agamanya.

Istilah teroris bisa juga dipakai dengan tidak jujur untuk membuat publik menjelekkan suatu kelompok atau menjadi alasan bagi mereka untuk menerapkan hukuman yang lebih berat terhadap seorang individu atau sekelompok orang.[14][15][16] Intimidasi serta tindak kekerasan sporadis terhadap minoritas pada umumnya tidak bisa disebut sebagai tindakan terorisme.[17][18] Namun, hasil sebuah survei pada tahun 2015 mengungkapkan bahwa mayoritas warga Amerika dari dua belah pihak partai politik di Amerika Serikat menilai bahwa 'penyerangan terhadap pelaku aborsi [seharusnya] dianggap sebagai tindakan terorisme domestik'.

Sejarah sunting

Kekristenan menjadi terkemuka di Kekaisaran Romawi secara cepat pada zaman pemerintahan Konstantin Agung (324-337 Masehi).[19] Pada saat itu, Kekristenan telah menyebar ke seluruh Asia Barat sebagai kepercayaan minoritas dan telah menjadi agama negara Armenia.[20][21] Pada masa Kekristenan awal, terdapat banyak sekte pesaing, yang sama-sama dipersekusi oleh beberapa penguasa. Namun, bagaimanapun juga, tidak tercatat adanya kekerasan atau percobaan penggunaan teror sebagai senjata keagamaan dilakukan oleh kelompok-kelompok Kekristenan mula-mula.

Ketika sebuah sekte atau iman Kristen tertentu mendapatkan dukungan suatu negara, maka kekerasan religius meningkat. Kekerasan ini berbentuk persekusi terhadap penganut sekte kepercayaan Kristen lain atau penganut agama lain.[22] Di Eropa, pada Abad Pertengahan, antisemitisme pada orang Kristen meningkat, selain itu adanya gerakan Reformasi Protestan dan Kontra Reformasi menyebabkan meningkatnya kekerasan antar denominasi.[23] Pada kasus-kasus modern, masih diperdebatkan apakah tindakan-tindakan serupa termasuk pada perilaku religius atau bersumber pada hal etnis atau politis.

Persekongkolan Serbuk Mesiu sunting

 
Komplotan Persekongkolan Serbuk Mesiu, 1605

Pada masa modern awal di Inggris terjadi beberapa konflik religius yang disebabkan oleh gerakan Reformasi Protestan serta adanya cap recusant yang diberikan pad orang yang menolak gerakan tersebut.[24] Persekongkolan Serbuk Mesiu yang terjadi pada tahun 1605 adalah suatu percobaan pembunuhan terhadap Raja James I (yang merupakan penganut Kristen Protestan) melalui peledakan Istana Westminster yang pada saat itu adalah lokasi pusat pemerintahan Inggris. Persekongkolan yang gagal ini dilaksanakan oleh sekelompok penganut agama Katolik di Inggris. Meskipun konsep terorisme religius modern - atau bahkan terorisme pada umumnya - belum muncul pada abad ke-17, David C. Rapoport dan Lindsay Clutterbuck menyatakan bahwa persekongkolan tersebut, yang memakai bahan peledak, adalah pendahulu terorisme anarkis abad ke-19.[25] Sue Mahan dan Pamala L. Griset menggolongkan persekongkolan tersebut sebagai suatu tindakan terorisme religius, mereka menulis "Fawkes dan rekan-rekannya membenarkan tindakan mereka dengan alasan keagamaan." Peter Steinfels juga mencirikan persekongkolan ini sebagai salah satu kasus terorisme religius yang terkenal.

Pogrom sunting

Gerakan-gerakan yang dipengaruhi kepercayaan Kristen Ortodoks, seperti Iron Guard dan Lăncieri, digolongkan oleh Yad Vashem dan Stanley G. Payne sebagai berhaluan anti-semitik dan fasis, Gerakan-gerakan tersebut terlibat dalam pogrom Bucharest dan melakukan banyak pembunuhan dengan motivasi politis pada tahun 1930-an.[26][27][28][29]

Ku Klux Klan sunting

 
Anggota Ku Klux Klan membakar sebuah salib pada tahun 1921

Setelah Perang Saudara Amerika Serikat tahun 1861-1865, para mantan tentara Konfederasi mendirikan organisasi Ku Klux Klan yang pada mulanya adalah sebuah perkumpulan sosial, namun pada tahun berikutnya diambil alih oleh elemen "night rider". Organisasi tersebut kemudian mulai melakukan pembakaran, pemukulan, pengerusakan properti, penganiayaan, pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan ter dan bulu, pencambukan, serta intimidasi pemilih. Mereka menyasar para mantan budak yang baru saja dibebaskan, para carpetbagger (warga Amerika Serikat bagian utara yang menjadi pendatang baru ke wilayah selatan), para scalawags (warga setempat Amerika Serikat bagian selatan yang mendukung partai Republikan), serta para tentara pendudukan pihak Union. Bentuk Klan seperti itu sempat hilang pada tahun 1870-an. Pada tahun 1915 dengan identitas pimpinan Protestan,[2] bentuk tersebut muncul lagi di Georgia. Klan pada masa itu bercirikan pandangan xenofobia dan anti-katolik. Versi Klan ini memperluas jangkauannya dan sasarannya jauh melampaui versi mula-mula Klan tersebut.

Karena berhaluan anti-Katolik yang keras, organisasi Klan pada tahun 1915 mengadopsi ideologi teroris Kristen Protestan yang tegas. Mereka menganggap kepercayaan mereka "berdasar keagamaan" Kristen Protestan dan menyasar Yahudi, Katolik, dan minoritas sosial atau etnis lain,[30] serta orang-orang yang melakukan tindakan "asusila" seperti perselingkuhan, pengutang yang gagal, penjudi, dan pecandu alkohol. Sejak awalnya, salah satu tujuan KKK adalah "menerapkan kembali nilai-nilai Kristen Protestan di Amerika melalui semua cara yang ada", organisasi tersebut percaya bahwa "Yesus adalah anggota Klan pertama".[31] Meskipun para anggota KKK bersumpah untuk menjunjung tinggi moralitas Kristen, semua denominasi Kristen mengutuk KKK secara resmi.

Sejak tahun 1915, para anggota Klan "era kedua" melakukan pembakaran salib (yang diambil dari adegan dalam film The Birth of a Nation tahun 1915[2]), dengan tujuan mengintimidasi sasaran, serta menunjukkan penghormatan dan pemujaan bagi Yesus Kristus.[2] Sebelumnya, ritual membakar salib telah merasuk ke dalam simbolisme Kristen, seperti doa dan nyanyian himne.[2] Organisasi Klan Modern tetap erat hubungannya dengan tindakan terorisme domestik di Amerika Serikat.[32]

Permulaan terorisme modern sunting

Mark Juergensmeyer, seorang mantan presiden American Academy of Religion, berpendapat bahwa ada peningkatan nasionalisme religius secara global setelah Perang Dingin yang disebabkan oleh runtuhnya kepercayaan terhadap model-model nasionalisme barat serta bangkitnya globalisasi.[33][34] Juergensmeyer menggolongkan teroris Kristen kontemporer sebagai bagian dari "para aktivis religius dari Aljazair sampai Idaho, yang membenci pemerintahan-pemerintahan sekuler dengan hasrat yang nyaris transenden serta memimpikan terjadinya perubahan revolusiuner yang dapat menetapkan tatanan sosial ilahi di atas reruntuhan kebudayaan yang dipandang oleh kebanyakan warga masyarakat sekuler sebagai demokrasi modern yang egaliter".

Menurut pakar terorisme [./https://en.wikipedia.org/wiki/David_C._Rapoport David C. Rapoport], sebuah "gelombang religius", atau sebuah siklus terorisme, dimulai sejak sekitar tahun 1979 sampai dengan saat ini. Menurut Rapoport, dalam gelombang ini yang tampak menonjol adalah terorisme Islam, akan tetapi dalam gelombang tersebut juga terdapat terorisme oleh penganut Kristen dan berbagai kelompok religius lainnya yang mungkin terinspirasi terorisme Islam.[35]

Alasan mengklaim motivasi Kristiani sunting

Banyak individu serta kelompok yang mengutip Kekristenan atau kepercayaan Kristen mereka sebagai motivasi dalam tindakan teroris mereka.[2][36] Hal ini berarti mereka melihat Kekristenan sebagai identitas mereka, serta membandingkan mereka dengan kelompok lain yang mereka lihat sebagai ancaman dan non-Kristen. Para teroris dapat mengutip interpretasi Alkitab mereka atau kepercayaan Kristiani mereka sebagai dasar motivasi.[2] Semua tipe terorisme memiliki keterkaitan yang rumit dengan permasalahan psikologi dan kesehatan mental, namun hanya sedikit pelakunya terdiagnosa dengan penyakit medis.[37] Kekristenan bisa juga diklaim sebagai motif palsu untuk mendapatkan keuntungan atau perlindungan politis. Kesemua motivasi ini tidak independen dan acap kali saling terkait dengan rumit.[36]

Kekristenan sebagai suatu identitas sunting

Agama sering kali dikaitkan dengan identitas etnis, kedudukan ekonomi, serta citra diri.[38] Apabila suatu kelompok penganut Kristen merasa terancam, agama adalah suatu label yang dapat diverifikasi serta penting secara budaya untuk membentuk suatu mentalitas "mereka dan kita". Contoh kasus khusus di mana kedua kelompok yang berseteru berasal dari kelompok budaya yang relatif sama adalah terpecahnya negara Yugoslavia dan milisi Lords Resistance Army di Uganda.[11][39] Pada kasus di mana kedua kelompok yang berserteru adalah lebih majemuk, maka warna kulit atau kebudayaan terkadang dipakai untuk mengidentifikasi masing-masing pihak.[40][41] Dalam kasus berikut ini, para teroris bisa saja mengidentifikasi diri sebagai seorang Kristen, akan tetapi tidak termotivasi oleh interpretasi kepercayaan kristiani apa pun. Contohnya adalah Anders Behring Breivik, yang melihat dirinya sebagai seseorang yang "berbudaya Kristen", ia mengklaim bahwa ia tidak memiliki kepercayaan religius yang kuat, namun ia mengatakan motivasi serangannya adalah untuk menyelamatkan Eropa yang Kristen.[42] Dengan cara ini, kekristenan dipakai sebagai alat pembenaran atas kekerasan yang terjadi dan memungkinkan mereka mengklaim solidaritas pada kelompok sosial yang lebih luas.[43] Dalam kasus sedemikian Kekristenan dipakai sebagai label dan tindakan terorismenya tidak selalu memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat, kepercayaan, atau peribadatan Kristiani.

Identitas kultural Kristen ini sering kali diperkuat dalam penggambaran para teroris oleh media dan sumber pemerintah yang bertujuan untuk menjelekkan kelompok lain atau memperbesar persepsi ancaman terhadap kelompok tersebut. Politisasi ketegangan etnis dan religius adalah kontributor utama terjadinya kekerasan di Republik Afrika Tengah.[44]

Ketika kelompok seteru adalah juga Kristen akan tetapi dari denominasi yang berbeda, sering kali kelompok tersebut difitnah sebagai non Kristen atau anti-kristen. Contohnya adalah tindakan pimpinan Orange Volunteers, yang menggambarkan kelompoknya sebagai fundamentalis Protestan, lalu membela serangan-serangan mereka terhadap gereja-gereja Katolik dengan alasan bahwa mereka (gereja Katolik) adalah "benteng Antikristus".[45]

Interpretasi moralitas atau teologi Kristen sunting

Pelaku terorisme mengutip bentuk kekristenan yang sering kali sangat eksklusif bagi diri mereka sendiri sebagai pembenaran dan motivasi dalam melaksanakan tindakannya.[46] Serupa dengan serangan terhadap klinik aborsi atau komunitas LGBT, para pelaku memakai pemahaman yang bernuansa negatif [47][48] dari sebuah gereja mapan sebagai pembenaran atas perilaku kekerasan yang dilakukan tanpa persetujuan.[49] Dalam interpretasi konvensional dari Alkitab terdapat beberapa sanksi yang melawan penggunaan perilaku kekerasan sebagai senjata politik atau keagamaan.

Kesehatan mental sunting

Dari berbagai macam kondisi dan penyakit kesehatan mental yang ada, sangat sedikit sekali darinya yang mengakibatkan tindakan kekerasan.[50][51] Menentukan keadaan kesehatan mental seorang teroris secara objektif kerap kali menjadi rumit karena beberapa faktor.[52][53] Terdapat sedikit sekali informasi yang kuat secara statistik secara khusus tentang teroris yang mengklaim memiliki motivasi Kristiani. Namun, satu penelitian terhadap 116 orang pelaku terorisme serigala penyendiri[37] mengklaim bahwa orientasi ideologi sampel yang diteliti adalah 30% dari pelaku terorisme sayap kanan, 52% dari pelaku terorisme politik single issue, 25% dari pelaku individual terkait al Qaeda, serta 8% dari pelaku terorisme berkelompok memiliki penyakit kesehatan mental. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa sekitar 53% pelaku terorisme perorangan cenderung memiliki ciri-ciri sebagai orang yang terisolasi secara sosial sebelum melakukan serangan mereka.[37] Orang di dalam beberapa kelompok teroris dapat digolongkan berkemungkinan lebih kecil mengidap penyakit mental dibandingkan orang pada umumnya, hal ini disebabkan kriteria bergabung dalam kelompok tersebut.[52] Kesehatan mental tampaknya tidak berpengaruh dalam mencegah para teroris melakukan serangan yang rumit.

Taktik para teroris sunting

Teroris yang mengklaim memiliki motivasi Kristiani dapat bertindak sendiri ataupun dalam kelompok. Sering kali sukar untuk menentukan bahwa seorang pelaku bertindak benar-benar sendirian atau terinspirasi oleh suatu kelompok keagamaan atau kelompok politik. Permasalahan sama terdapat pada "Terorisme Islam" atau terorisme mana pun yang dianggap bermotivasi keagamaan atau politik.[54]

Kekerasan antiaborsi sunting

Pada tanggal 16 Juli 2001, Peter James Knight memasuki East Melbourne Fertility Clinic, sebuah penyedia jasa aborsi swasta, membawa sepucuk senapan dan sejumlah senjata lain[55] termasuk 16 liter minyak tanah, tiga korek api, beberapa obor, 30 sumpal mulut, dan sebuah catatan dengan tulisan tangannya yang bertuliskan "Kami menyesal untuk menginformasikan bahwa karena insiden penembakan beberapa staf kami, maka kami terpaksa membatalkan semua janji temu hari ini". Knight kemudian menyatakan bahwa ia mulanya merencanakan untuk membunuh semua orang di dalam klinik tersebut, dan menyerang semua klinik aborsi di Melbourne. Ia membuat sendiri sumpal mulut dan penahan pintu yang dipakainya untuk menahan semua pasien dan staf di dalam klinik agar ia bisa menyiram mereka dengan minyak tanah.

Menurut Don Sendipathy, seorang psikiater, Knight menginterpretasikan Alkitab dengan caranya sendiri dan mempercayai pemahaman Kekristenannya sendiri. Ia yakin atas kebenaran perang suci gerakan antiaborsi.[56]

Eric Robert Rudolph melaksanakan pengeboman Gedung Centennial Olympic Park pada tahun 1996, serta beberapa serangan setelahnya pada sebuah klinik aborsi dan sebuah klab malam lesbian. Michael Barkun, seorang profesor pada Syracuse University, menganggap Rudolph cocok pada sebutan seorang teroris Kristen. James A. Aho, seorang profesor pada Idaho State University, berargumentasi bahwa pertimbangan keagamaan hanya sebagian saja menginspirasi tindakan Rudolph.[57]

Dr. George Tiller, seorang dari segelintir dokter di Amerika Serikat yang melakukan aborsi pada masa akhir kehamilan, kerap kali menjadi sasaran kekerasan antiaborsi, ia dibunuh oleh Scott Roeder pada tahun 2009, ia ditembak di depan pintu masuk gerejanya. Seorang saksi yang melayani sebagai penerima tamu bersama dengan Dr. Tiller di gereja tersebut di hari kejadian bersaksi di persidangan dan mengatakan bahwa Roeder mendatangi pintu masuk, menodongkan pistol ke kepala Dr. Tiller dan kemudian menarik pelatuknya. Pada persidangan tersebut, Roeder mengaku membunuh Dr. Tiller dan mengatakan bahwa ia melakukannya untuk melindungi para bayi yang belum dilahirkan. Ia didakwa atas pembunuhan (first-degree murder) dan dihukum penjara seumur hidup. Saat menerima vonis ini, ia berkata pada hadirin persidangan bahwa penghakiman Tuhan akan datang "meliputi negeri ini seperti angin di padang rumput".

Dr. Tiller sebelumnya sudah pernah ditembak satu kali pada tahun 1993 oleh Shelley Shannon, seorang aktivis antiaborsi yang menyamakan para penyedia jasa aborsi dengan Hitler dan mengatakan bahwa ia yakin suatu "tindakan paksa yang benar" diperlukan untuk menghentikan aborsi. Shannon dipenjara selama 10 tahun atas penembakan terhadap Dr. Tiller dan kemudian mengakui bahwa ia melakukan vandalisme dan pembakaran terhadap sejumlah klinik aborsi di California, Nevada dan Oregon

James Kopp didakwa membunuh Dr. Barnett Slepian, seorang dokter obstetri yang menyediakan jasa aborsi di daerah Buffalo. Ia juga menjadi tersangka atas beberapa penembakan terhadap sejumlah penyedia jasa aborsi di Kanada. Kopp bersembuni di pepohonan di belakang rumah Slepian pada bulan Oktober 1998 lalu menembaknya dari luar jendela rumah memakai senapan berkekuatan tinggi. Slepian terbunuh saat ia berdiri di dapur bersama keluarganya. Slepian baru saja pulang dari kebaktian penghiburan kematian ayahnya saat ia terbunuh. Kopp melarikan diri selama beberapa tahun ke Mexico, Irlandia dan Perancis sebelum akhirnya tertangkap dan diekstradisi ke Amerika Serikat. Ia didakwa atas pembunuhan (second-degree murder oleh negara bagian pada tahun 2003 dan menerima hukuman 25 tahun penjara. Pada tahun 2007 ia didakwa oleh pengadilan federal atas tuntutan yang berbeda dan menerima hukuman penjara seumur hidup. Otoritas di Kanada juga mencurigai Kopp sebagai pelaku beberapa serangan pada sejumlah penyedia jasa aborsi di negara tersebut yang kesemuanya ditembak dari luar jendela rumahnya. Ia didakwa pada tahun 1995 atas percobaan pembunuhan Dr. Hugh Short, seorang penyedia jasa aborsi di Ontario, namum tuntutan tersebut ditarik kembali karena ia telah divonis oleh pengadilan di New York. Polisi di Kanada menyatakan ia tersangka atas penembakan Dr. Jack Fainman di Winnipeg pada tahun 1997 dan penembakan Dr. Garson Romalis di Vancouver pada tahun 1994, yang adalah penyerangan pada penyedia aborsi pertama di Kanada.

Penembakan Planned Parenthood Colorado Springs tahun 2015, di mana tiga orang tewas dan sembilan orang lainnya terluka, digambarkan sebagai "suatu bentuk terorisme" oleh Gubernur Colorado, John Hickenlooper. Pelaku penembakan tersebut, Robert Lewis Dear, disebut sebagai seseorang dengan gangguan delusi[58] dan pernah menulis di sebuah forum internet bahwa para "pendosa" akan "terbakar di neraka" pada akhir zaman, serta menulis tentang pemakaian marijuana dan mengajak wanita berhubungan seksual.[59][60]

Kekerasan antiminoritas sunting

 
Doa bersama di Wellington pada tanggal 17 Maret 2019 untuk mengenang para korban penembakan masjid Christchurch bulan Maret 2019

Anders Behring Breivik didakwa atas serangan Norwegia tahun 2011, di mana ia membunuh delapan orang melalui peledakan bom mobil di tengah Regjeringskvartalet di Oslo lalu menembak 69 peserta sebuah perkemahan musim panas organisasi kepemudaan dan kepolitikan Woker's Youth League (AUF) di pulau Utøya, menyebabkan 77 orang tewas. Pada hari penyerangan tersebut, Breivik menyebarkan secara elektronik sebuah ikhtisar tulisan berjudul "2083: A European Declaration of Independence", yang menggambarkan ideologi militannya.[61] Dalam ikhtisar tersebut, ia memaparkan sebuah pandangan dunia yang berisi penentangan terhadap Islam dan menyalahkan feminisme sebagai penyebab "bunuh diri kebudayaan" Eropa.[62][63] Tulisan-tulisan yang dirangkum dalam ikhtisarnya menyerukan bahwa Islam dan "orang yang berbudaya Marxisme" adalah musuh dan mendukung pengusiran semua orang Muslim dari Eropa dengan mencontoh Dekret-dekret Beneš, serta menuduh bahwa feminisme dan Islam ada untuk menghancurkan kebudayaan Kristen Eropa.[64][65] Breivik menulis bahwa motivasi utamanya dalam melakukan kekerasan tersebut adalah untuk memasarkan manifestonya.[66] Breivik bersikeras bahwa ia melaksanakan sebuah perang suci Kristen melawan multikulturalisme dan percaya bahwa serangan yang ia lakukan adalah "diperlukan".[67] Manifestonya juga menyatakan bahwa penulisnya adalah "100 persen Kristen',[68] namun ia tidak "terlalu religius".[68] Bagaimanapun juga, ia mengatakan bahwa ia berencana untuk berdoa terlebih dahulu untuk meminta bantuan Tuhan sebelum melaksanakan serangannya.[69] Sebelum melancarkan serangannya, ia mengatakan bahwa ia berniat untuk mengikuti "Misa martir" terakhirnya di Gereja Frogner.[70] Pada tahun 2015, Breivik mengaku menjadi pengikut Odin, akan tetapi Breivik dan beberapa pelaku lainnya telah mengatakan kepercayaan religiusnya sebagai Kristen pada saat mereka melakukan penyerangan.[71]

Deputi kepala kepolisian Roger Andresen mulanya mengatakan pada para reporter bahwa informasi dalam situs web Breivik menggambarkannya sebagai "boleh dikatakan, orang Kristen fundamentalis".[72][73][74] Namun, beberapa pihak lain juga telah menentang penggambaran Andresen atas Breivik sebagai seorang fundamentalis Kristen.[75]

Gary Matson dan Winfield Mowder adalah pasangan gay dari Redding, California, yang tewas terbunuh oleh Benjamin Matthew Williams dan James Tyler Williams pada tahun 1999. Tetangga para pelaku mengatakan bahwa keluarga mereka dikenal sebagai penganut Kristen fundamentalis, dan suara rekaman khotbah dan musik religius sering didengar dari rumah mereka.[76] Kedua pelaku diyakini memiliiki keterkaitan dengan gerakan Christian Identity. Mereka juga diduga terlibat dalam 18 kasus pembakaran di tiga sinagoga.[77]

Pada tahun 1996 tiga pria - Charles Barbee, Robert Berry, dan Jay Merelle - didakwa atas dua kali perampokan bank dan pengeboman di bank-bank tersebut, satu koran di Spokane, dan satu kantor Planned Parenthood di Washington State. Para pria tersebut adalah teroris Christian Identity yang berhaluan antisemit yang mempercayai Tuhan menghendaki mereka melaksanakan serangan kekerasan, mereka juga mempercayai bahwa serangan-serangan tersebut akan mempercepat kebangkitan ras Arya.[78]

Pada tahun 2015, Robert Doggart, seorang ahli teknik mesin, didakwa menghasut orang untuk melakukan pelanggaran hak-hak sipil dengan berencana merusak atau menghancurkan bangunan religius setelah ia mengkomunikasikan bahwa ia bermaksud menimbun persenjataan untuk menyerang Islamberg, sebuah pemukiman dan komunitas religius Islam di Delaware County, New York.[79] Doggart, yang adalah anggota sejumlah kelompok milisi swasta, mengkomunikasikan pada seorang sumber FBI dalam sebuah percakapan telepon bahwa ia memiliki sepucuk senapan Karabin M4 serta "amunisi 500 peluru" yang dimaksudkannya untuk dibawa ke sebuah pemukiman di Delaware County, beserta sebuah pistol, bom molotov dan sebilah golok. Smuber FBI tersebut merekamnya mengatakan "apabila sampai harus menggunakan golok, kita akan mencabik-cabik mereka".[80] Doggart sebelumnya telah bepergian ke sebuah lokasi di Dover, Tennessee, yang disebutkannya sebagai sebuah "lokasi pelatihan mujahid" dalam serangkaian surat eleltronik, dan ditemukan bahwa tuduhan itu salah. Pada bulan April, Doggart menerima kesepakatan keringanan pengadilan dan menyatakan bahwa ia telah "dengan sadar dan sukarela mengirimkan sebuah pesan melewati batas antar negara bagian berisi ancaman nyata" untuk melukai orang lain. Kesepakatan keringanan tersebut ditolak oleh seorang hakim karena tidak tidak disertai cukup fakta untuk dianggap sebuah ancaman.[81] Tidak ada satu pun tuntutan yang ditujukan padanya yang terkait dengan terorisme, namun, beberapa kelompok melihat tindakannya adalah suatu bentuk terorisme.[81][82][83][84]

Menurut Douglas Pratt, seorang Professor di University of Auckland, yang merupakan seorang pakar internasional di bidang terorisme religius, penembakan masjid Christchurch yang menewaskan 51 orang dan melukai 50 orang lain (yang kebanyakan muslim) di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre, New Zealand adalah sebuah bentuk "terorisme Kristen" dan supremasi kulit putih.[85][86] Manifesto pelaku penembakan, Brenton Harrison Tarrant, yang kelahiran Australia, yang berjudul The Great Replacement, dinamainya demikian agar sama dengan nama sebuah teori garis kanan ekstrim dari Perancis.[87] Dalam manifesto tersebut ia menuliskan tentang kematian seorang gadis berusia 11 tahun bernama Ebba Akerlund, keterlibatan NATO dalam konflik Kosovo. Pada senapannya bertaburan simbol-simbol supremasi kulit putih yang menyitir nama-nama tokoh sejarah dan peperangan antara Muslim dan Kristen seperti Karl Martell dan Pertempuran Wina pada tahun 1683.[88]

Tersangka pelaku penembakan sinagoga Poway, John T. Earnest mengutip Alkitab untuk membenarkan serangannya dan pembakaran atas masjid yang dilaksanakannya di Escondido, California pada awal bulan Maret 2019.[89]

Lihat juga sunting

  • Kristenisme
  • Teologi kedaulatan
  • Kelompok kebencian
  • Sejarah pemikiran Kristiani tentang persekusi dan toleransi
  • Inkuisisi
  • Terorisme religius Yahudi
  • Ekstremisme dengan kekerasan

Referensi sunting

  1. ^ Bruce Hoffman (1998). Inside terrorism (dalam bahasa Inggris). Internet Archive. Columbia University Press. ISBN 978-0-231-11468-4. 
  2. ^ a b c d e f g h i j Al-Khattar, Aref M., 1954- (2003). Religion and terrorism : an interfaith perspective. Westport, Conn.: Praeger. ISBN 0275969231. OCLC 50192040. 
  3. ^ Hoffman, Bruce (1995-01-01). ""Holy terror": The implications of terrorism motivated by a religious imperative". Studies in Conflict & Terrorism. 18 (4): 271–284. doi:10.1080/10576109508435985. ISSN 1057-610X. 
  4. ^ Pratt, Douglas (2010-06-15). "Religion and Terrorism: Christian Fundamentalism and Extremism". Terrorism and Political Violence. 22 (3): 438–456. doi:10.1080/09546551003689399. ISSN 0954-6553. 
  5. ^ Al-Khattar, Aref M., 1954- (2003). Religion and terrorism : an interfaith perspective. Westport, Conn.: Praeger. ISBN 0275969231. OCLC 50192040. 
  6. ^ Hoffman, Bruce, 1954- (1998). Inside terrorism. New York: Columbia University Press. ISBN 0231114680. OCLC 39085494. 
  7. ^ "Insight - Gold, diamonds feed Central African religious violence". Reuters (dalam bahasa Inggris). 2014-07-29. Diakses tanggal 2019-05-14. 
  8. ^ Juergensmeyer, Mark, (2003). Terror in the mind of God : the global rise of religious violence (edisi ke-Third edition, revised and updated). Berkeley: University of California Press. ISBN 9780520930612. OCLC 779141234. 
  9. ^ Camacho, Daniel José (2018-03-23). "Why Mark Anthony Conditt – a white Christian – isn't called a terrorist | Daniel José Camacho". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2019-05-14. 
  10. ^ "Pope tells U.S. summit "No people is criminal, no religion is terrorist"". Crux (dalam bahasa Inggris). 2017-02-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-20. Diakses tanggal 2019-05-14. 
  11. ^ a b Judah, Tim (2000). The Serbs: History, Myth, and the Destruction of Yugoslavia (dalam bahasa Inggris). Yale University Press. ISBN 9780300085075. 
  12. ^ Thompson, John B. "The World's Bloodiest Civil War". Los Angeles Review of Books. Diakses tanggal 2019-05-14. 
  13. ^ "What is the Lord's Resistance Army?". Christian Science Monitor. 2011-11-08. ISSN 0882-7729. Diakses tanggal 2019-05-14. 
  14. ^ Shariatmadari, David (2015-01-27). "Is it time to stop using the word 'terrorist'?". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2019-05-14. 
  15. ^ Shelton, Tracey (2018-07-21). "'An intrinsically political act': How the word terrorism is used and misused around the world". ABC News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-14. 
  16. ^ "Misuse of anti-terror legislation threatens freedom of expression". Commissioner for Human Rights (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-14. 
  17. ^ "BBC News | AMERICAS | Murder charge for gay-bar gunman". news.bbc.co.uk. Diakses tanggal 2019-05-14. 
  18. ^ "Ekklesia | Evangelical leader criticises failure to condemn violence against gays". www.ekklesia.co.uk (dalam bahasa Inggris). 2015-12-15. Diakses tanggal 2019-05-14. 
  19. ^ Doniger, Wendy; Encyclopaedia Britannica, Inc (2006). Britannica encyclopedia of world religions (dalam bahasa English). Chicago, IL: Encyclopaedia Britannica, Inc. ISBN 9781593392666. OCLC 71321334. , hal. 262.
  20. ^ van Lint, Theo Maarten (2009-06-01). "The Formation of Armenian Identity in the First Millenium". Church History and Religious Culture. 89 (1): 251–278. doi:10.1163/187124109x407925. ISSN 1871-241X. 
  21. ^ Jenkins, John Philip (2008-10-28). The Lost History of Christianity: The Thousand-Year Golden Age of the Church in the Middle East, Africa, and Asia--and How It Died (dalam bahasa Inggris). Harper Collins. ISBN 9780061472800. 
  22. ^ MacMullen, Ramsay, 1928- (γ̐ư1984). Christianizing the Roman Empire : (A.D. 100-400). New Haven: Yale University Press. ISBN 9780585381206. OCLC 48139524. 
  23. ^ "Israel Pocket Library : Anti-Semitism by Various Authors: Keter Books, Jerusalem, Israel 9780706513271 Soft cover - Sharston Books". www.abebooks.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-14. 
  24. ^ McCoog, Thomas M.; Holmes, Peter; Crosignani, Ginevra; Questier, Michael C. (2010). Recusancy and Conformity in Early Modern England: Manuscript and Printed Sources in Translation (dalam bahasa Inggris). Pontifical Institute of Mediaeval Studies. ISBN 9780888441706. 
  25. ^ Rapoport, David C. (2006). Terrorism: The first or anarchist wave (dalam bahasa Inggris). Taylor & Francis. ISBN 9780415316514. 
  26. ^ Evans, Karen (2004-03). "Centropa: Jewish Heritage in Central and Eastern Europe2004108Centropa: Jewish Heritage in Central and Eastern Europe. Vienna: Central Europe Center for Research and Documentation 2002 to date; updated quarterly. Gratis URL: www.centropa.org/mainpage/main.asp. Last visited November 2003". Reference Reviews. 18 (2): 61–62. doi:10.1108/09504120410521277. ISSN 0950-4125. 
  27. ^ IOANID, RADU (2004-01-01). "The sacralised politics of the Romanian Iron Guard". Totalitarian Movements and Political Religions. 5 (3): 419–453. doi:10.1080/1469076042000312203. ISSN 1469-0764. 
  28. ^ Volovici, Leon; bi-Yerushalayim), Vidal Sassoon International Center for the Study of Antisemitism (Universiṭah ha-ʻIvrit (1991). Nationalist ideology and antisemitism: the case of Romanian intellectuals in the 1930s (dalam bahasa Inggris). Published for the Vidal Sassoon International Center for the Study of Antisemitism, Hebrew University of Jerusalem by Pergamon Press. ISBN 9780080410241.  Mengutip N. Cainic, Ortodoxie şi etnocraţie, hal. 162–4
  29. ^ Wistrich, Robert Solomon (2017). Antisemitism Before and Since the Holocaust. Cham: Springer International Publishing. hlm. 37–49. ISBN 9783319488653. 
  30. ^ Al-Khattar, Aref M. (2003). Religion and terrorism: an interfaith perspective. Westport, CT: Praeger. hal. 21, 30, 55, 91.
  31. ^ Robert Michael, Philip Rosen (2007). Dictionary of antisemitism from the earliest times to the present. Lanham, Md. : The Scarecrow Press, 2007. ISBN 9780810858626. 
  32. ^ "Ku Klux Klan -- Extremism in America". web.archive.org. 2013-12-12. Archived from the original on 2015-08-11. Diakses tanggal 2019-05-14. 
  33. ^ Juergensmeyer, Mark; Kitts, Margo; Jerryson, Michael (2013). The Oxford Handbook of Religion and Violence (dalam bahasa Inggris). OUP USA. ISBN 9780199759996. 
  34. ^ Juergensmeyer, Mark (1993-05-10). The New Cold War?: Religious Nationalism Confronts the Secular State (dalam bahasa Inggris). University of California Press. ISBN 9780520915015. 
  35. ^ Rapoport, David C. The Four Waves of Modern Terrorism (PDF). p. 47. Retrieved 22 October 2014.
  36. ^ a b Pratt, Douglas (2010-06-15). "Religion and Terrorism: Christian Fundamentalism and Extremism". Terrorism and Political Violence. 22 (3): 438–456. doi:10.1080/09546551003689399. ISSN 0954-6553. 
  37. ^ a b c Gill, Paul; Horgan, John; Deckert, Paige (2014-3). "Bombing Alone: Tracing the Motivations and Antecedent Behaviors of Lone-Actor Terrorists,,". Journal of Forensic Sciences. 59 (2): 425–435. doi:10.1111/1556-4029.12312. ISSN 0022-1198. PMC PMCPMC4217375  Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 24313297. 
  38. ^ Kozlowska, Iga; Béland, Daniel; Lecours, André (2016). "Nationalism, religion, and abortion policy in four Catholic societies". Nations and Nationalism (dalam bahasa Inggris). 22 (4): 824–844. doi:10.1111/nana.12157. ISSN 1469-8129. 
  39. ^ Chatlani, Hema (2007-01-01). "Uganda: A Nation in Crisis". California Western International Law Journal. 37 (2). ISSN 0886-3210. 
  40. ^ "Islamophobia: A New Word for an Old Fear - ProQuest". search.proquest.com (dalam bahasa in). Diakses tanggal 2019-05-15. 
  41. ^ Helbling, Marc. "Islamophobia in the West". www.taylorfrancis.com. doi:10.4324/9780203841730-14(inactive 14 March 2019). Retrieved 26 January 2019.
  42. ^ Service, DAVID GIBSON Religion News (2011-07-28). "Is Anders Breivik a 'Christian' terrorist?". Times Union. Diakses tanggal 2019-05-15. 
  43. ^ Strømmen, Hannah (2017). "Christian Terror in Europe? The Bible in Anders Behring Breivik's Manifesto". Journal of the Bible and its Reception. 4 (1): 147–169. doi:10.1515/jbr-2017-2006. ISSN 2329-440X. 
  44. ^ Debos, Marielle. ""Hate" and "Security Vacuum": How Not to Ask the Right Questions about a Confusing Crisis – Cultural Anthropology". culanth.org. Retrieved 28 January 2019.
  45. ^ Lee, Lois (2009). "Religion, Identity and Politics in Northern Ireland: Boundaries of Belonging and Belief by Claire Mitchell". Studies in Ethnicity and Nationalism (dalam bahasa Inggris). 9 (1): 168–170. doi:10.1111/j.1754-9469.2009.01037_2.x. ISSN 1754-9469. 
  46. ^ Al-Khattar, Aref M. (2003). Religion and Terrorism: An Interfaith Perspective (dalam bahasa Inggris). Greenwood Publishing Group. ISBN 9780275969233. 
  47. ^ "BBC - Religions - Christianity: Abortion". www.bbc.co.uk (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-15. 
  48. ^ "Catechism of the Catholic Church - The fifth commandment". www.vatican.va. Diakses tanggal 2019-05-15. 
  49. ^ Hoffman, Bruce (2006-06-06). Inside Terrorism (dalam bahasa Inggris). Columbia University Press. ISBN 9780231510462. 
  50. ^ Deb, Koushik Sinha; Gupta, Rishab; Krishnan, Vijay; Mahapatra, Ananya; Varshney, Mohit (2016-03-01). "Violence and mental illness: what is the true story?". J Epidemiol Community Health (dalam bahasa Inggris). 70 (3): 223–225. doi:10.1136/jech-2015-205546. ISSN 0143-005X. PMID 26320232. 
  51. ^ Glied, Sherry; Frank, Richard G. (2014-2). "Mental Illness and Violence: Lessons From the Evidence". American Journal of Public Health. 104 (2): e5–e6. doi:10.2105/AJPH.2013.301710. ISSN 0090-0036. PMC PMCPMC3935671  Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 24328636. 
  52. ^ a b Corner, Emily; Gill, Paul; Mason, Oliver (2016-06-02). "Mental Health Disorders and the Terrorist: A Research Note Probing Selection Effects and Disorder Prevalence". Studies in Conflict & Terrorism. 39 (6): 560–568. doi:10.1080/1057610X.2015.1120099. ISSN 1057-610X. 
  53. ^ "PsycNET". psycnet.apa.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-16. 
  54. ^ Callimachi, Rukmini (2017-02-04). "Not 'Lone Wolves' After All: How ISIS Guides World's Terror Plots From Afar". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2019-05-17. 
  55. ^ "The World Today - Abortion clinic guard killer jailed for life". www.abc.net.au. Diakses tanggal 2019-05-17. 
  56. ^ "Cycle killer's sick massacre plot". www.heraldsun.com.au (dalam bahasa Inggris). 2014-03-11. Diakses tanggal 2019-05-17. 
  57. ^ Cooperman, Alan (2 June 2003). "Is Terrorism Tied To Christian Sect? Religion May Have Motivated Bombing: Suspect". Washington Post. Retrieved 10 August 2011. 'Based on what we know of Rudolph so far, and admittedly it's fragmentary, there seems to be a fairly high likelihood that he can legitimately be called a Christian terrorist,' said Michael Barkun, a professor of political science at Syracuse University who has been a consultant to the FBI on Christian extremist groups.
  58. ^ "Psychologists Call Suspect in Colorado Clinic Shooting Delusional". NBC News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-20. 
  59. ^ Silverstein, Jason. "Planned Parenthood shooting suspect Robert Dear appeared to solicit sex, rant about apocalypse online". nydailynews.com. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  60. ^ Cleary, Tom (2015-11-29). "Robert Lewis Dear's Online Dating Profile & Cannabis.com Rants". Heavy.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-20. 
  61. ^ "'Norway attack suspect had anti-Muslim, pro-Israel views' - World News - Jerusalem Post". www.jpost.com. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  62. ^ Jones, Jane Clare (2011-07-27). "Anders Breivik's chilling anti-feminism | Jane Clare Jones". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  63. ^ Goldberg, Michelle (2011-07-25). "Norway Massacre: Anders Breivik's Deadly Attack Fueled by Hatred of Women" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-20. 
  64. ^ "Oslo terrorist sought guns in Prague - News - The Prague Post". web.archive.org. 2015-05-31. Archived from the original on 2015-05-31. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  65. ^ "Anders Behring Breivik: a disturbing ideology | Jody McIntyre | Independent Editor's choice Blogs". web.archive.org. 2012-01-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-17. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  66. ^ "Norway Shooting Suspect Breivik Is Ordered into Isolation for Four Weeks". Bloomberg. 25 July 2011. Retrieved 27 December 2011.
  67. ^ Englund, Will (24 July 2011). "In diary, Norwegian 'crusader' details months of preparation for attacks". Washington Post. ISSN 0190-8286. Retrieved 20 June2018.
  68. ^ a b Service, DAVID GIBSON Religion News (2011-07-28). "Is Anders Breivik a 'Christian' terrorist?". Times Union. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  69. ^ Gardham, Duncan (2011-07-26). "Norway killings: Breivik's plan for the day" (dalam bahasa Inggris). ISSN 0307-1235. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  70. ^ "Camp killer used 'explosive' bullets". www.couriermail.com.au (dalam bahasa Inggris). 2011-07-25. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  71. ^ "Breivik mener Jesus er «patetisk»". dagen.no (dalam bahasa Inggris). 2015-11-19. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  72. ^ "Norway youth camp attack kills 85" (dalam bahasa Inggris). 2011-07-23. Diakses tanggal 2019-05-20.  "We have no more information than ... what has been found on [his] own websites, which is that it goes towards the right and that it is, so to speak, Christian fundamentalist."
  73. ^ Davey, Melissa (2011-07-23). "You will all die". The Sydney Morning Herald (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-20. 
  74. ^ "Norway police say 84 killed in Utoeya shooting". Reuters (dalam bahasa Inggris). 2011-07-23. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  75. ^ "The Identity Ideology of Anders Breivik. Not a Christian Fundamentalist, by Massimo Introvigne". www.cesnur.org. Diakses tanggal 2019-05-20.  "At first, the media called Anders Behring Breivik a Christian fundamentalist, some of them even called him a Roman Catholic. This shows the cavalier use of the word 'fundamentalist' prevailing today in several quarters."
  76. ^ "Salon News | Poster boys for the summer of hate". web.archive.org. 2008-05-17. Archived from the original on 2008-05-17. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  77. ^ "Charges Filed in Slaying of Gay Couple". Los Angeles Times (dalam bahasa Inggris). 1999-07-20. ISSN 0458-3035. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  78. ^ Martin, Gus (2003). Understanding Terrorism: Challenges, Perspectives, and Issues. SAGE Publications, Inc. ISBN 978-0761926153.
  79. ^ "Signal Mountain man pleads not guilty in alleged plot to kill New York Muslims". timesfreepress.com. 2015-07-14EDT00:00:14-14400. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  80. ^ "Plotter of attack on Muslim town ruled out possible 'threat' in Tennessee". timesfreepress.com. 2015-05-20EDT00:00:18-14400. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  81. ^ a b Press, Associated (2015-09-06). "Judge delays trial of man accused of plotting attack on Muslim community". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  82. ^ Jalabi, Raya (2015-07-07). "Release of man who threatened Islamberg hamlet prompts outcry". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  83. ^ "Man admits plotting massacre attack on New York Muslim enclave". Mail Online. 2015-05-19. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  84. ^ "Protesters outside Chattanooga federal building blast handling of Robert Doggart case". timesfreepress.com. 2015-07-13EDT10:56:05-14400. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  85. ^ "Christchurch attacks were a form of 'Christian terrorism', as well as racial hatred, says religion expert". TVNZ (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-18. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  86. ^ "Warning signs of terror attack in New Zealand have been apparent, experts say". Stuff (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-20. 
  87. ^ McBride, Jessica (2019-03-15). "Brenton Tarrant Manifesto: The 'Great Replacement' Rant". Heavy.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-20. 
  88. ^ "New Zealand shooting gunman's rifles covered in white supremacist symbols popular online". www.cbsnews.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-20. 
  89. ^ Cleary, Tom (2019-04-27). "John Earnest: 5 Fast Facts You Need to Know". Heavy.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-20.