Teori orang gila adalah ciri khas utama kebijakan luar negeri Presiden Amerika Serikat Richard Nixon. Pada tahun 1969 sampai 1974, pemerintahannya (cabang eksekutif pemerintah federal Amerika Serikat) berusaha membuat para pemimpin negara lain mengira bahwa Nixon gila dan kelakuannya tidak rasional dan bisa berubah-ubah. Menurut teori Nixon, pemimpin negara Blok Komunis akan berhenti memprovokasi Amerika Serikat karena tidak mampu memprediksi tanggapan A.S.

Teori orang gila merupakan bagian penting dari kebijakan luar negeri Richard Nixon

Nixon menjelaskan strategi ini kepada Kepala Staf Gedung Putih H. R. Haldeman:

Saya menyebut strategi ini Teori Orang Gila. Saya ingin orang-orang Vietnam Utara percaya bahwa saya akan melakukan apapun untuk mengakhiri perang ini. Kita sebarkan saja gosip bahwa, "Kamu tahu sendiri kan kalau Nixon itu terobsesi dengan komunisme? Kami kesulitan meredam amarahnya—dan dia sendiri sudah bersiap-siap menekan tombol nuklir," dan dua hari kemudian Ho Chi Minh akan datang ke Paris dan membujuk kita untuk segera berdamai.[1]

Pada Oktober 1969, pemerintahan Nixon memberi tanda kepada Uni Soviet bahwa "orang gila ini sudah kebablasan" setelah militer Amerika Serikat disiagakan penuh untuk perang global (tanpa sepengetahuan penduduk Amerika Serikat), dan sejumlah pesawat pengebom bersenjata termonuklir terbang mondar-mandir dekat perbatasan Soviet selama tiga hari berturut-turut.[2]

Pemerintahan Nixon menerapkan "strategi orang gila" untuk memaksa pemerintah Vietnam Utara merundingkan perdamaian untuk mengakhiri Perang Vietnam.[3] Dengan alasan yang sama pula, beberapa diplomat Amerika Serikat (khususnya Henry Kissinger) menyebut serangan ke Kamboja tahun 1970 sebagai gejala kegilaan Nixon.[4]

Penerapan strategi ini semasa Perang Vietnam cenderung bermasalah. Teori ini menyatakan bahwa musuh akan menyerah karena takut diserang habis-habisan tanpa mempertimbangkan kemungkinan aksi bunuh diri. Di Vietnam, ini artinya Nixon bersedia mengerahkan senjata nuklir untuk 'memenangkan' perang tanpa memikirkan pembalasan nuklir dari Uni Soviet atau Cina. Nixon berharap persepsi ini menciptakan perdamaian tanpa mengerahkan kekuatan, namun ia sendiri tidak pernah berhasil menciptakan pencitraan yang diinginkannya. Seperti kata sejarawan Michael Sherry: "Pertama, ketika ia berpura-pura bersedia melakukan apapun untuk mencapai tujuannya, musuh-musuhnya justru benar-benar bersedia melakukan apapun untuk mencapai tujuannya. Kedua, Nixon saat itu memimpin negara demokrasi yang seiring waktu semakin khawatir dan kritis terhadap perang ini."[5]

Strategi orang gila dapat dikaitkan dengan Niccolò Machiavelli. Dalam Discourses on Livy (buku 3, bab 2), Machiavelli menulis bahwa kadang-kadang "berpura-pura gila itu merupakan keputusan yang sangat bijak." Kimball, dalam Nixon's Vietnam War, berpendapat bahwa Nixon mencetuskan strategi ini secara sepihak setelah mengamati sikap Dwight D. Eisenhower terhadap Perang Korea dan terlibat langsung di dalamnya.[5]

Lihat pula sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Haldeman, H. R. (1978). The Ends of Power. Times Books. hlm. 122. 
  2. ^ Carroll, James (2005-06-14). "Nixon's madman strategy". The Boston Globe. Diakses tanggal 2007-04-01. 
  3. ^ Robert D. Schulzinger (2002). U.S. Diplomacy Since 1900. Oxford University Press US. hlm. 303. ISBN 9780195142211. 
  4. ^ Michael S. Sherry. In the Shadow of War. Yale University Press, 1995. ISBN 0-300-07263-5. Page 312.
  5. ^ a b David A. Welch (2005). Painful Choices. Princeton University Press. hlm. 154. ISBN 9780691123400. 

Daftar pustaka sunting