Tapati (Dewanagari: तपती; ,IASTTapatī, तपती) adalah dewi sungai Tapati (Tapti) di India, menurut kepercayaan Hindu. Kitab Purana menyebutkan bahwa ia adalah putri Surya (dewa matahari) dan Caya (versi lain menyebutkan Saranya – putri Wiswakarma, arsitek para dewa). Ia menikah dengan seorang raja bernama Sambarana, dari kalangan Dinasti Candra. Kisahnya dapat disimak dalam kitab Mahabharata dan Wamanapurana.

Kitab Mahabharata memiliki kisah pertemuan Tapati dan Sambarana. Diceritakan bahwa pada saat Sambarana sedang lelah setelah berburu, ia melihat Tapati sedang berjalan-jalan di tengah hutan. Karena Tapati sangat cantik, Sambarana jatuh cinta dan berniat menikahinya. Saat Sambarana memanggilnya, Tapati tidak menoleh. Ia terus berjalan, tidak menghiraukan Sambarana. Akhirnya Sambarana menyusulnya dan menanyakan asal-usulnya. Sambarana juga berkata bahwa kecantikannya membuat Sambarana jatuh cinta. Akhirnya Tapati menjelaskan bahwa ia adalah putri Surya. Ia juga merupakan adik Sawitri. Ia berkata bahwa bila Sambarana ingin menikahinya, ia harus meminta restu Surya.

Kitab Wamanapurana memiliki versi yang sedikit berbeda. Dalam kitab itu diceritakan, pada suatu hari, Tapati bersama para bidadari bermain di sebuah hutan yang disebut Waibhraja. Di hutan itu, ia bertemu dengan seorang raja bernama Sambarana dari Dinasti Barata. Pada saat itu juga, Tapati dan Sambarana jatuh cinta pada pandangan pertama. Waktu itu, sang raja sedang berburu dengan mengendarai kudanya. Pesona kecantikan Tapati membuatnya terlena hingga ia jatuh dari kudanya lalu pingsan. Akhirnya ia ditolong oleh para bidadara dan diantar menuju kerajaannya.

Resi Wasista, penasihat Sambarana, datang menghadap Surya, ayah Tapati. Ia berkata bahwa Sambarana sedang jatuh cinta pada Tapati. Maka dari itu, ia memohon restu agar Sambarana diterima sebagai menantu Surya. Surya merestui hubungan tersebut. Akhirnya Tapati menikah dengan Sambarana. Mereka dikaruniai putra yang diberi nama Kuru. Di kemudian hari, Kuru menjadi raja mahsyur. Ia mendirikan Dinasti Kuru, dan keturunannya disebut Korawa. Ia juga menyucikan tanah lapang di wilayah India Utara yang hingga kini disebut Kurukshetra.

Pranala luar sunting