Syamsul Alam dari Aceh

Sultan Syamsul Alam (meninggal setelah tahun 1727) adalah sultan kedua puluh dua dari Kesultanan Aceh. Ia memerintah 1726-1727 merupakan penguasa terakhir dari dinasti Jamalul Lail.[1]

Nama kecilnya adalah Wandi Tebing, dia adalah keponakan Sultan ke delapan belas Sultan Jamalul Alam Badrul Munir. Ia berkuasa setelah terjadinya pemberontakan tiga sagi terhadap kekuasaan Sultan Jamalul Alam Badrul Munir. Penasehat sultan yang bernama Jauharul Alam sempat menguasai tahta kesultanan untuk waktu yang singkat lalu disingkirkan. Selanjutnya Wandi Tebing dinobatkan sebagai sultan dengan nama Sultan Syamsul Alam. Penobatannya mendapat sokongan dari mukim (kabupaten) Montasik, Lampakuk dan Piyeung. Namun, tidak semua kepala daerah menyetujui hal ini.[2]

Hari-hari terakhirnya sebagai penguasa Aceh adalah ketika wilayah-wilayah sagi dengan suara bulat menyerahkan mandat kepemimpinan kepada Maharaja Lela seorang perwira Bugis yang memimpin benteng di ibu kota. Maharaja Lela yang kelak bergelar sebagai Sultan Alauddin Ahmad Syah menyanggupi tawaran tersebut lalu Sultan Syamsul Alam digulingkan pada bulan Januari 1727.[3] Kejatuhannya menandai berakhirnya tiga puluh tahun kekuasaan Wangsa Syarif di kesultanan Aceh yang digantikan oleh penguasa berikutnya yang berasal dari keturunan Bugis.

Referensi sunting

  1. ^ Beberapa sumber menyebutkan 1723-1724; lihat Taniputera (2013), p. 194.
  2. ^ Djajadiningrat (1911), p. 199.
  3. ^ Djajadiningrat (1911), p. 200.
Didahului oleh:
Sultan Jauharul Alam Aminuddin
Sultan Aceh
1726-1727
Diteruskan oleh:
Sultan Alauddin Ahmad Syah