Sultan Alauddin Ahmad Syah

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan

Sultan Alauddin Ahmad Syah (meninggal 1735) adalah sultan ke dua puluh tiga pada Kesultanan Aceh. Beliau memerintah 1727-1735 sekaligus menandai berkuasanya Sultan Aceh keturunan Bugis yang bertahan hingga masa berakhirnya kesultanan pada tahun 1903.

Nama asli beliau sebelum didaulat menjadi sultan adalah Zainul Abidin. Merupakan keturunan suku bangsa Bugis dari Sulawesi Selatan yang bermigrasi ke Aceh sejak tahun 1667. Ayah dan kakeknya merupakan tokoh Bugis yang sangat dihormati di Aceh.[1] Ketika konflik politik melanda Kesultanan Aceh pada masa Sultan Jamalul Alam Badrul Munir tahun 1703-1726 dia menjabat sebagai perwira di benteng ibu kota dengan gelar Maharaja Lela.

Kesetiaan dan keperwiraannya diuji ketika menghadapi pemberontakan tiga sagi di ibu kota Banda Aceh, ketika itu dia memerintahkan pasukannya untuk mempertahankan benteng ibu kota. Meskipun hal itu tidak mampu menghadapi desakan pemberontak yang berujung pada ambruknya kekuasaan singkat dua orang sultan terakhir Wangsa Syarif Sultan Jauharul Alam Aminuddin (1726) dan Sultan Syamsul Alam (1726-1727). Syamsul Alam pada bulan november 1726 melarikan diri ke Pidie guna mendapatkan bantuan. Awal tahun berikutnya pada 1727 tokoh pemberontakan tiga sagi mendaulat dia menjabat sebagai sultan Aceh yang baru.

Referensi sunting

  1. ^ Zainuddin (1961), p. 427, mengatakan bahwa salah seorang bibi kakeknya Putri Sani merupakan salah satu isteri Sultan Iskandar Muda.
Didahului oleh:
Sultan Syamsul Alam
Sultan Aceh
1727-1735
Diteruskan oleh:
Sultan Alauddin Johan Syah