Singorojo, Kendal

kecamatan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Singorojo (Jawa: ꦱꦶꦔꦫꦗ, translit. Singaraja) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Singorojo merupakan satu dari 20 kecamatan di Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah, dengan batas-batas wilayah; sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kaliwungu Selatan dan Kecamatan Pegandon, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Temanggung, Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Patean, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Boja dan Limbangan.

Singorojo
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenKendal
Pemerintahan
 • CamatSUCIPTO, S.STP., MM
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri33.24.05
Kode BPS3324050
Luas- km²
Desa/kelurahanBanyuringin,Kaliputih,Cening,Sukodadi,Ngareanak,getas,Kedungsari,Singorojo,Cacaban,Kalirejo,merbuh,trayu,Kertosari
Cening, Singorojo, Kendal

Geografi dan Iklim sunting

Geografi sunting

Ketinggian tanah di Kecamatan ini berkisar antara 100-379 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kecamatan Singorojo adalah sebesar 119,31 km². Dari luas tersebut 31,80 km² atau (26,65%) adalah lahan tegalan/penggembalaan. Sedangkan untuk lahan perkebunan sebesar 30,45 km² atau sebesar (25,52%). Secara umum wilayah Kecamatan Singorojo mayoritas berupa dataran tinggi dengan ketinggian tanah berkisar antara 100- 378 meter di atas permukaan laut (dpl).[1]

Jarak desa ke kecamatan relatif dekat karena letak ibu kota kecamatan yaitu desa Ngareanak berada di tengah-tengah kecamatan. Desa yang terjauh dari kantor Kecamatan Singorojo adalah desa Cening yaitu berjarak 24 km, sedangkan yang terdekat adalah desa Ngareanak karena letak kantor Kecamatan berada di desa tersebut. Transportasi yang biasa digunakan menuju kantor Kecamatan adalah kendaraan roda 2, karena tidak ada angkutan desa.[1]

Secara geografis desa-desa di Singorojo dapat dibagi menjadi 5 bagian yaitu sebelah Utara Kecamatan, berada di dalam Kecamatan, sebelah Timur Kecamatan, di sebelah Barat Kecamatan, dan sebelah Selatan Kecamatan. Di sebelah Utara meliputi 3 desa yaitu desa Merbuh, desa Trayu dan desa Kertosari. Untuk desa yang berada di dalam Kecamatan yaitu desa Ngareanak. Desa yang berada Timur adalah desa Kedungsari. Sebelah Selatan meliputi 4 desa yaitu desa Banyuringin, desa Sukodadi, desa Kaliputih dan desa Cening. Sedangkan di sebelah Barat ada 3 desa yaitu desa Cacaban, desa Kalirejo dan desa Singorojo. Sementara Luas Kecamatan Singorojo terbagi menjadi 13 desa, yaitu desa Cening, desa Sukodadi, desa Kaliputih, desa Getas, desa Banyuringin, desa Kedungsari, desa Ngareanak, desa Singorojo, desa Cacaban, desa Kalirejo, desa Merbuh, desa Trayu dan desa Kertosari. Desa dengan wilayah terluas adalah Desa Getas dengan luas 17,90 km² (15,00 persen), dan desa paling kecil adalah Desa Cacaban dengan luas 3,15 km2 (2,64 persen).[1]

Iklim sunting

Menurut Mantri pengairan, rata-rata curah hujan di Wilayah Kecamatan Singorojo pada tahun 2015 berkisar 217 mm/tahun. Rata-rata ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 271 mm. Sementara itu, rata-rata banyaknya hari hujan pada tahun 2016 sekitar 11 hari. Banyaknya hari hujan dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari di mana jumlah hari hujan tercatat 23 hari dan curah hujan mencapai angka tertinggi sebesar 543 mm juga pada bulan Januari. Sementara banyaknya hari hujan dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sampai dengan September di mana tidak ada hujan.[1]

Pemerintahan sunting

Kecamatan sunting

Wilayah Kecamatan Singorojo dipimpin oleh seorang Camat yang bertanggung jawab kepada Bupati. Sedangkan wilayah desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui Camat. Secara administratif, Camat diangkat dan diberhentikan oleh Bupati, sedangkan Kepala Desa dipilih langsung oleh masyarakat di desa yang bersangkutan. Wilayah Kecamatan Singorojo terbentuk dari beberapa Desa, sedangkan setiap Desa terdiri dari beberapa Dusun/Dukuh. Dusun sendiri terbentuk dari beberapa Rukun Warga (RW), sedangkan RW terdiri dari beberapa Rukun Tetangga (RT). Wilayah Kecamatan Singororjo terdiri dari 13 desa, 68 Dusun/Dukuh, 89 RW, dan 349 RT. Dari 13 desa tersebut, desa dengan jumlah RT terbanyak adalah Desa Kertosari (66 RT) dan desa dengan jumlah RT paling sedikit adalah Desa Cacaban (8 RT). Sementara itu, desa dengan jumlah RW paling banyak adalah Desa Kertosari dengan jumlah 8 RW, dan desa dengan jumlah RW paling sedikit adalah desa Cacaban dan Trayu (3 RW). Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, perkembangan jumlah RT di Kecamatan Singorojo mengalami peningkatan. Jumlah RT yang berjumlah 345 RT pada tahun 2010, mengalami penambahan 4 RT menjadi 349. Sedangkan jumlah RT pada tahun 2011, hingga sekarang tidak mengalami penambahan.[1]

Desa sunting

Seiring berkembangnya kehidupan "desa", maka pelayanan aparatur desa terhadap berbagai kebutuhan masyarakat harus semakin ditingkatkan. Apalagi, berbagai program pembangunan (baik dari pemerintah Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten) dewasa ini sudah difokuskan pada pembangunan berbasis desa. Secara umum, keberadaan aparatur desa di wilayah Kecamatan Singorojo sudah relatif baik. Hal ini ditandai dengan telah tercukupinya perangkat desa yang membantu tugas-tugas Kepala Desa, meskipun jumlahnya tidak sama untuk setiap desa. Desa dengan perangkat terbanyak adalah desa Getas 24 orang, sedang desa dengan perangkat paling sedikit adalah desa Ngareanak dan desa Kedungsari.[1]

Desa/kelurahan sunting

Kependudukan sunting

Penduduk sunting

Jumlah penduduk Kecamatan Singorojo tahun 2015 adalah sebanyak 49.984 jiwa. Dengan rincian laki-laki sebanyak 25.258 jiwa sedangkan perempuan sebanyak 24.726 jiwa. 3 desa dengan jumlah penduduk terbanyak adalah di desa Kertosari dengan total 9.500 jiwa, kemudian diikuti desa Getas dengan 6.274 jiwa dan desa Kaliputih dengan 5.415 jiwa. Sedangkan 3 desa dengan jumlah penduduk terendah dengan 817 jiwa adalah di desa Cacaban, kemudian desa Sukodadi dengan 1.832 jiwa dan desa Trayu dengan 2.375 jiwa.[1]

Kepadatan Penduduk sunting

Secara umum dengan melihat luas wilayah Kecamatan Singorojo 119.31 km² dan jumlah penduduk tahun 2015 sebesar 49.984 jiwa, kepadatan penduduk untuk kecamatan Singorojo bisa dikatakan relatif sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari rata-rata kepadatannya yaitu hanya sebesar 419 jiwa/km². Kepadatan penduduk yg terbesar di kecamatan Singorojo adalah di desa Kertosari dengan jumlah penduduk yang mencapai 9.500 jiwa dan luas wilayah 13,55 km², maka kepadatannya mencapai 701 jiwa/km², sedangkan yg terkecil adalah di desa Cacaban dengan hanya jumlah penduduk yang mencapai 817 jiwa dan luas wilayah 3,15 km², maka kepadatannya 259 jiwa/km².[1]

Rasio jenis kelamin sunting

Secara total jumlah kecamatan rasio jenis kelamin antara laki-laki terhadap perempuan di Kecamatan Singorojo adalah 102,41, artinya perbandingannya setiap 102 laki-laki ada 100 penduduk perempuan. Dari 13 desa yang berada di Kecamatan Singorojo, rasio jenis kelamin yang tertinggi adalah desa Getas yang mencapai 105 dan yang terendah adalah desa Kedungsari yang mempunyai rasio jenis kelamin 97,71. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk di Kecamatan Singorojo didominasi oleh penduduk laki-laki. Ada 5 desa yang mempunyai rasio jenis kelamin relatif seimbang antara laki-laki dan perempuan yaitu desa Sukodadi, Kedungsari, Ngareanak, Cacaban dan Kalirejo.[1]

Kelompok umur sunting

Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas dasar kriteria tertentu. Pengelompokan ini disesuaikan dengan tujuan tertentu pula. Misalnya secara geografis, biologis, sosial atau ekonomi. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk dapat dikelompokkan menjadi penduduk laki-laki dan perempuan, sementara berdasarkan umur, penduduk dapat dikelompokkan menurut ukuran rentang usia tertentu, misalnya satu tahun, lima tahun atau dua puluh lima tahun. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan umur dapat menunjukkkan beberapa hal, seperti jumlah tenaga kerja produktif dan non produktif, pertambahan penduduk dan angka ketergantungan. Hal-hal tersebut dapat dapat diperhitungkan untuk mempersiapkan dan menetapkan kebeberapa kebijakan suatu daerah atau negara. Di kecamatan Singorojo kelompok umur tertinggi adalah pada rentang usia 20 sampai dengan 24 tahun yaitu dengan jumlah 4.004 jiwa, dengan rincian laki-laki 2.059 jiwa dan perempuan 1.945 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk dengan rentang usia terendah adalah usia 70 sampai dengan 74 tahun.[1]

Agama sunting

Agama bagi perjalan sejarah manusia selalu dijadikan tolak ukur bagi nilai-nilai hidup seseorang/masyarakat, sehingga segala aspek yang dilakukan oleh mereka yang mengaku beragama baik dan buruk akan selalu disadarkan pada agama yang dianutnya. Sementara itu setiap pemeluk agama sesungguhnya tidak ada yang instan, konstan menjadi manusia yang sepenuhnya taat menjalani agamanya baik dalam tataran teoretis maupun aplikatif, karena beragama sendiri adalah sebuah upaya untuk menjadi berproses secara aktif untuk terus memahami agama yang diyakininya yang pada akhirnya akan memuarakan pemeluknya untuk menjadi orang yang beragama dengan A kapital dan bukan hanya sekedar beragama. Hasil dari proses menjadi inilah yang kelak akan mengantarkan pemeluknya untuk dapat bersikap dan bertingkah laku seperti yang diajarkan oleh agama dalam menjalani kehidupan. Seperti mayoritas pemeluk agama di Indonesia, pemeluk agama di Kecamatan Singorojo tahun 2015 mayoritas adalah agama Islam, yaitu berjumlah 49.097 orang atau (98,23%), Kristen Protestan 532 orang atau (1,06%), Kristen Katolik 177 orang atau (0,35%), dan Hindu 174 orang atau (0,34), sisanya 4 orang atau (0,02 %) pemeluk agama Buddha. Ada salah satu desa di Kecamatan Singorojo yang mempunyai agama dengan populasinya hanya di desa ini yaitu desa Kalirejo yang memeluk agama Hindu.[1]

Pendidikan sunting

Untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, diperlukan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Demikian juga dengan tenaga pendidik atau guru. Jumlah guru dianggap memadai apabila mencapai tingkat perbandingan tertentu terhadap murid sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berjalan efektif. Oleh karena itu, untuk melihat tingkat kecukupan sekolah digunakan indikator rasio murid-guru dan rasio murid sekolah. Pada tahun 2015 jumlah sekolah di Kecamatan Singorojo sebanyak 69 sekolah, yang terdiri dari TK sebanyak 22 sekolah, SD dan MI sebanyak 38 sekolah, SMP/MTs sebanyak 8 sekolah dan SMA sebanyak 1 sekolah. Jumlah sekolah baik TK, SD/Sederajat, SMP/Sederajat, SMA/Sederajat tidak mengalami perubahan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015.[1]

Kesehatan sunting

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan mendasar manusia. Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan derajat dan status kesehatan adalah dengan melakukan peningkatan ketersediaan fasilitas kesehatan serta mempermudah jangkauan pelayanan kesehatan. Selain itu, keberadaan tenaga kesehatan yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat, harus terus ditingkatkan. Jumlah sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Singorojo pada tahun 2015 ada sebanyak 2 unit Puskesmas, 2 unit Puskesmas pembantu. Sementara itu, keberadaan dokter umum, poliklinik dan dokter spesialis belum tersedia. Jumlah ini relatif sama (tidak mengalami perubahan) dari tahun sebelumnya.[1]

Ekonomi sunting

Pertanian sunting

Lahan sunting

Secara umum, sektor pertanian masih menjadi sektor yang paling mendominasi perekonomian di Kecamatan Singorojo . Hal ini terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang mengusahakan pertanian sebagai mata pencaharian pokok mereka. Hal ini bisa dilihat dari persentase jumlah penduduk Kecamatan Singorojo yang mencapai 76% yang bergerak di sektor ini. Walaupun lahan sawah di Kecamatan Singorojo ini hanya sekitar 8,25% atau sekitar 984 Ha, namun 9.865 Ha atau 82,68% adalah lahan tegalan yang juga digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian yang meliputi pertanian padi palawija dan juga perkebunan serta kehutanan. Hanya 1.082 hektare (9,1 %) digunakan sebagai lahan bukan pertanian.[1]

Produktivitas sunting

Dari sekitar 984 hektare lahan persawahan yang ada, sebagian besar ditanami tanaman padi dan jagung. Produksi padi dan palawija di Kecamatan Singorojo pada tahun 2015 produksinya mencapai 30.844,9 ton. Dengan rincian produksi padi sawah dan ladang sebanyak 12.877,73 ton. Dari jumlah tersebut desa dengan produksi padi dan jagung terbesar adalah desa Kaliputih dengan total produksinya 2.288,24 ton, dengan rincian 2.283,43 ton padi sawah dan 4,81 ton padi ladang. Kaliputih menjadi desa dengan produksi terbesar karena desa ini memiliki areal lahan sawah yang luas 417 Ha lawan sawah dan juga 17 Ha lahan padi ladang. Hal ini masih di tunjang juga dengan struktur lahan yang memang subur untuk pertanian khususnya padi. Sementara untuk produksi padi terkecil adalah di desa Kalirejo dengan produksinya hanya 181,67 ton. Tidak mengherankan desa ini sebagai penghasil pertanian padi terkecil karena desa ini hanya memiliki luas panen 26 Ha sawah serta 9 Ha areal padi ladang. Di kecamatan Singorojo sebagian besar lahan sawah jenis pengairannya adalah sawah tadah hujan serta irigasi sederhana. Hanya ada 2 desa yang menggunakan irigasi teknis yaitu desa Kedungsari dan desa Merbuh[1] Untuk produksi palawija ada 3 varietas yang ada di Kecamatan Singorojo yaitu Jagung, Kacang Tanah dan Ubi Kayu. Untuk jagung produksi terbesar adalah di desa Kaliputih dengan 2.020,58 ton, ini sama dengan produksi padi terbesar adalah di desa Kaliputih, hal ini mencerminkan bahwa desa Kaliputih adalah desa pertanian terbesar di kecamatan Singorojo. Sedang produksi 1.946,50 ton. Sedang jumlah terkecil produksinya adalah desa Trayu dengan 390,65 ton.[1]

Peternakan sunting

Jumlah ternak terbesar adalah desa Kaliputih yaitu dengan jumlah 438 ekor sapi dan kerbau, cara beternak desa ini yang unik. Banyaknya jumlah ternak besar di desa Kaliputih karena berkaitan dengan desa Kaliputih sendiri sebagai desa dengan mata pencaharian penduduk adalah sektor pertanian. Cara beternak masyarakat di desa Kaliputih pun tergolong unik, karena mereka biasanya meletakkan ternaknya berada di areal dekat sawah yang dibuatkan kandang. Cara seperti ini tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua orang saja tetapi sebagian besar masyarakat menggunakan metode seperti ini. Mereka berpendapat bahwa akan lebih mudah ketika sawah akan diolah, tidak perlu membawa ternak dari rumah. Hal ini disebabkan jarak antara rumah-rumah warga dengan areal pertanian yang lumayan jauh, selain itu juga untuk menghindari bau kotoran yang memang menyengat jika tidak ada ventilasi udara yang baik. Cara beternak masyarakat di desa Kaliputih pun tergolong unik, karena mereka biasanya meletakkan ternaknya berada di areal dekat sawah yang dibuatkan kandang. Cara seperti ini tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua orang saja tetapi sebagian besar masyarakat menggunakan metode seperti ini. Sedangkan desa dengan jumlah ternak terkecil adalah desa Cacaban dengan 46 ekor sapi dan kerbau. Desa ini selain luas wilayah yang kecil juga kurangnya minat warga untuk beternak, mereka lebih suka dengan berkebun dan menanam palawija.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-09-16. Diakses tanggal 2016-08-10.