Sakarin

senyawa kimia

Sakarin adalah pemanis tanpa kalori yang 300 kali lebih manis daripada gula meja.[2] Bahan ini telah digunakan sebagai pemanis tanpa kalori pada makanan dan minuman selama lebih dari 100 tahun.[2] Sakarin banyak digunakan saat terjadi kelangkaan gula pada dua Perang Dunia, khususnya di Eropa.[2]

Sakarin[1]
Nama
Nama IUPAC
2H-1λ6,2-benzothiazol-1,1,3-trione
Nama lain
Benzoic sulfimide
Ortho sulphobenzamide
Penanda
Model 3D (JSmol)
3DMet {{{3DMet}}}
ChEBI
ChEMBL
ChemSpider
Nomor EC
KEGG
Nomor RTECS {{{value}}}
UNII
  • InChI=1S/C7H5NO3S/c9-7-5-3-1-2-4-6(5)12(10,11)8-7/h1-4H,(H,8,9) YaY
    Key: CVHZOJJKTDOEJC-UHFFFAOYSA-N YaY
  • InChI=1/C7H5NO3S/c9-7-5-3-1-2-4-6(5)12(10,11)8-7/h1-4H,(H,8,9)
    Key: CVHZOJJKTDOEJC-UHFFFAOYAR
  • O=C2c1ccccc1S(=O)(=O)N2
Sifat
C7H5NO3S
Massa molar 183.1845
Penampilan White crystalline solid
Densitas 0.828 g/cm3
Titik lebur 228.8-229.7 °C
1 g per 290 mL
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada suhu dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa).
N verifikasi (apa ini YaYN ?)
Referensi

Saat ini, sakarin digunakan dalam bebagai makanan dan minuman bebas kalori, mulai dari makanan dipanggang, selai, permen karet, buah kalengan, permen, taburan pencuci mulut, dan saus salad serta produk kosmetik, vitamin, dan farmasi.[2]

Sejarah sunting

Sakarin atau zat pemanis buatan ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ahli kimia asal Rusia bernama Constantin Fahlberg (1850-1910).[3] Suatu hari pada tahun 1879 setelah bekerja seharian di dalam laboratoriumnya, ia lupa untuk mencuci tangan. Hari itu dia “bermain-main” dengan bahan campuran arang dan tembakau dalam rangka meneliti kegunaannya.[3] Saat tiba makan malam di rumah, dia menyadari bahwa kue rolls yang dia santap sebagai makan malam berasa lebih manis dan lain dari biasanya.[3] Ditanyakan kepada istrinya apakah dia memberikan gula ke kuenya, yang dijawab tidak oleh sang istri.[3] Kue-kue rolls tersebut berasa normal seperti biasa bagi lidah istrinya.[3] Lalu Fahlberg menyadari bahwa rasa manis tersebut berasal dari tangannya, dan keesokan harinya dia kembali ke laboratoriumnya dan mulai meneliti lebih lanjut sampai menemukan sakarin.[3]

Referensi sunting

  1. ^ Merck Index, 11th Edition, 8282.
  2. ^ a b c d (Indonesia) "Sakarin". 
  3. ^ a b c d e f Linda Ratnasari. "Sakarin".