Rut (bahasa Ibrani: רות, Modern Rut Tiberias Rûṯ ; "belas kasih"; Inggris: Ruth), adalah seorang perempuan Moab yang menikah dengan Mahlon, salah seorang putra Naomi dan Elimelekh.[1] Suaminya kemudian meninggal karena bencana kelaparan.[1] Rut pada akhirnya menjadi istri Boas dan memperanakkan Obed, kakek Raja Daud dari Israel serta menjadi inti cerita Kitab Rut dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.[1] Menurut Perjanjian Baru, ia salah satu nenek moyang Yesus (Matius 1:5).[2]

Naomi, Rut, dan Orpa

Riwayat sunting

 
Wilayah Yehuda dan Moab pada zaman Hakim-hakim

Rut hidup pada zaman hakim-hakim memerintah atas bangsa Israel,[3] setelah kematian Yosua dan sebelum adanya raja di Israel, yaitu 2 abad setelah perang antara Moab dan Israel yang pertama[4] dan 80 tahun sebelum perang kedua,[5] jadi diperkirakan sekitar abad ke-11 SM.[6]

Rut diambil menjadi istri oleh Mahlon, salah seorang putra Elimelekh dan Naomi. Elimelekh, seorang Efrata dari suku Yehuda, membawa keluarganya pindah dari Betlehem, Yudea, ke tanah Moab, sewaktu ada kelaparan di tanah Israel.[3] Keluarga Elimelekh terdiri dari Naomi, istrinya, dan kedua putra mereka, Mahlon dan Kilyon.[7] Setelah Elimelekh mati di tanah Moab,[8] kedua putra itu mengambil perempuan-perempuan Moab menjadi istri mereka. Kilyon terlebih dahulu menikah dengan Orpa, baru kemudian Mahlon menikahi Rut.[9] Setelah 10 tahun berumahtangga, Mahlon dan Kilyon mati, sehingga keluarga itu sekarang hanya terdiri dari Naomi, dengan kedua menantu perempuannya, Orpa dan Rut.[10] Walaupun suami-suami mereka sudah meninggal, Orpa dan Rut tetap menunjukkan kesetiaannya terhadap ibu mertuanya (Naomi) yang berbangsa Israel itu, dan rupanya selalu beribadah kepada Tuhan.[11]

Pindah ke Betlehem sunting

Waktu itu, Naomi mendengar kabar bahwa di Israel ada makanan lagi karena Tuhan sudah memperhatikan umat-Nya, yaitu bangsa Israel, maka Naomi memutuskan untuk meninggalkan tanah Moab, pulang ke tanah Yehuda, bersama kedua menantunya.[12] Menurut Kitab Rut, di tengah jalan menuju tanah Yehuda, Naomi berkata kepada para menantunya: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; Tuhan kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras dan berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."[13] Tetapi Naomi berkata lagi: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti? Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami daripada kamu, sebab tangan Tuhan teracung terhadap aku?"[14] Di sini Naomi menyinggung mengenai hukum perkawinan levirat yang tertulis dalam Kitab Ulangan pasal 25 ayat 5, yaitu saudara laki-laki harus menikahi janda saudara laki-lakinya yang mati guna menyambung keturunan.[15] Sesudah perkataan itu, Orpa minta diri dan kembali kepada bangsanya, tetapi Rut tetap bersikeras mengikuti Naomi dengan mengatakan:

"Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi daripada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain daripada maut!"[16]

Ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata kepadanya, dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: "Naomikah itu?" Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." Demikianlah Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu, menantunya, yang turut pulang dari daerah Moab.[17]

Mengumpulkan jelai sunting

Saat Rut dan Naomi sampai ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai.[18] Karena tidak mempunyai pekerjaan untuk nafkah, supaya mendapat makanan maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku." Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit. Hal itu diizinkan bahkan dianjurkan bagi pemilik ladang sesuai tulisan di Kitab Taurat:

Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda--supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu.[19]

Pernikahan dengan Boas sunting

Kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh. Atas suruhan Naomi, Rut meminta kepada Boas untuk menebus hak warisan mereka. Boas bersedia dan pada akhirnya, Rut menikah dengan Boas.[11] Melalui pernikahannya yang kedua ini Rut menjadi nenek buyut Daud, raja Israel yang terbesar.[11]

Tradisi Yahudi sunting

Rut menjadi tokoh yang dihormati sebagai orang yang pindah masuk ke dalam agama Yahudi dan mengerti prinsip-prinsipnya serta menjalankan dengan sungguh-sungguh. Rut juga dianggap nenek moyang Mesias Yahudi, yaitu sebagai nenek buyut Daud, raja Israel.

Tradisi Kristen sunting

Hubungan Rut dan Daud sangat penting, karena Yesus Kristus lahir dari Maria, istri Yusuf yang berasal dari keturunan Daud. Jadi menurut orang Kristen, Rut adalah nenek moyang Yesus sang Mesias.

Rut diperingati sebagai matriarkh dalam gereja Lutheran, sinode Misouri, setiap tanggal 16 Juli.

Referensi sunting

  1. ^ a b c W.S. Lasor, dkk. Pengantar Perjanjian Lama 1,(Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2005). Hal 317-320.
  2. ^ (Inggris) Victor H. Matthews, Judges and Ruth, (Cambridge: University Press, 2003). Hal 208.
  3. ^ a b Rut 1:1
  4. ^ Hakim–hakim 3:12–30
  5. ^ 1 Samuel 14:47
  6. ^ Nelson's Complete Book of Bible Maps and Charts. Thomas Nelson, Inc. 1996. ISBN 0-7852-1154-3
  7. ^ Rut 1:2
  8. ^ Rut 1:3
  9. ^ Rut 1:4
  10. ^ Rut 1:5
  11. ^ a b c H. Van Den Bring, Tafsiran Rut dan Ester, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979). Hal 16.
  12. ^ Rut 1:6–7
  13. ^ Rut 1:8–10
  14. ^ Rut 1:11–13
  15. ^ Ulangan 25:5–10
  16. ^ Rut 1:16–17
  17. ^ Rut 1:18–22
  18. ^ Rut 1:22
  19. ^ Ulangan 24:19

Lihat pula sunting