Prasasti Horren adalah prasasti jaman raja airlangga yang tertulis di atas lembar keping tembaga dengan ukuran panjang 32,6cm, lebar 10,6cm, yang ditemukan di Kediri Selatan, tepatnya di Kecamatan Campur Darat, Tulungagung, Jawa Timur. Prasasti ini jika diteliti dari gaya dan struktur bahasanya, prasasti ini lebih mendekati zaman Raja Airlangga dari Kerajaan Panjalu (abad XI Masehi).[1]:388 Prasasti ini kini disimpan di Museum Sonobudoyo, Kota Yogyakarta.[2][3] Salah satu hal menarik dari prasasti ini adalah adanya rekaman persinggungan antara kerajaan Jawa dan Sunda pada masa itu, di mana Sunda disebut sebagai musuh (satru).

Prasasti Horren, diperkirakan berasal dari abad ke-11.

Isi sunting

Alih aksara sunting

IIa.

  1. haji. mānațha. kuņda. pinupu pingro katiga kasaha. padamlaknang sang hyang ājñā haji prāçastī, sa
  2. mbandha. ikang waramgajgi i horrěn maněmbah i Ibu paduka çrī mahārāja. manghyang i knohan ya
  3. n sumima thānīnya. umagěhakna kālīliranā dening wkāwetnya. měnne hlěm tka ri dlāha ni
  4. dlāha. mangkana mittā mangkana manastapa nikang warggaji i horrěn. tan kasumbat swakarmmanya
  5. ri kahāmběknya. nyan deni tanpāntara hakirim tka ni çatru. tātan hana sangka ni panghuninga
  6. ring kaharadara. nguniweh an dadyan tumangga-tangga datang nikanang çatru sunda. mangkana rasā ning paněmbah ni

IIb.

  1. kanang warggāji i horrěn. i Ibu ni pāduka çrī mahārāja, kunang sangkāri mahasara nikāhotsa
  2. hā nikanang warggaji i horrěn. makanimittă pinakahujung karang paminggir. catu ni matingkah bāba
  3. han nitya lot kahudanan kapyeyan. makadadah çari ni paprīhakěn Ibu ni paduka çri mahā
  4. rāja. ri samarakaryya sarisari tumāmaha sadatang ni salmah wukir nikanang çatru. i katakottama
  5. ni pamrih nikanang warggaji i horrěn. ika mangkāna ya tika nuwuhakěn murby arěna sama i çri ma
  6. hārāja. hetu ni turun i kārunya çri mahārāja. i manghyang nikanang warggaji i horrěn. paka

Alih bahasa sunting

IIa.

  1. haji (raja), Manatha, Kunda, dipungut dua kali, ketiga, kesembilan. Dibuatlah prasasti raja untuk desa itu.
  2. Yang menjadi sebabnya ialah warga desa Horrěn datang menghadap raja dan memohon supaya
  3. desanya dijadikan sima, agar diteguhkan dan dapat diwarisi oleh anak keturunannya sejak sekarang hingga kemudian untuk selama
  4. lamanya. Demikianlah yang menjadi sebabnya dan (keinginan ini) menjadikan sedihnya warga desa Horrěn. Tak ketinggalan pula pekerjaannya sendiri
  5. yang menjadi pikiran/tujuannya. Tidak berapa lama antaranya setelah (mereka) mengirim (upeti), datanglah musuh. Tidak ada dugaan atau yang mengetahui
  6. tentang kerusakan yang tiba-tiba; lagi pula secara mendadak datanglah musuh (dari) Sunda. Demikianlah isi permohonan

IIb.

  1. warga desa Horrěn kepada Sri Maharaja. Karena besarnya beban serta usaha
  2. warga desa Horrěn yang bagaikan ujung batu karang dapat menyingkirkan batu yang tidak baik letaknya,
  3. yang selalu kehujanan dan kepanasan dan mengorbankan diri dengan maksud untuk mengusahakan/membebaskan Sri Maharaja
  4. dari medan pertempuran yang ragu-ragu karena dimasuki dan didatangi musuh dari tanah dan bukit/gunung dengan tiba-tiba. Itulah keutamaan
  5. dari usaha warga desa Horrěn. Usaha itulah yang menumbuhkan rasa senang bagi Sri Ma
  6. haraja. Itulah yang menjadi alasan turunnya anugerah Sri Maharaja atas permohonan warga desa Horren.

Lihat pula sunting

Rujukan sunting

  1. ^ Marwati Djoened Poesponegoro; Nugroho Notosusanto (2008). Sejarah Nasional Indonesia: Zaman kuno (dalam bahasa Indonesian). Balai Pustaka. ISBN 979407408X. Diakses tanggal 4 June 2018. 
  2. ^ Berita Penelitian Arkeologi No. 37. 1986 kac. 112-5 [1]
  3. ^ Stutterheim, W. F. 1933. Een Beschreven Koperplaat uit Zuid-Kediri. Tijd. Indische Taal Land En Volkenkunde Deel 73 p. 102-4 [2]