Potifar (bahasa Ibrani: פּוֹטִיפַר atau פּוֹטִיפָר , Modern Potifar Tiberias Pôṭîp̄ar atau Pôṭîp̄ār ; bahasa Arab: بوتيفار ; bahasa Mesir kuno: p-di-p-rʿ "dia yang diberi oleh Ra (dewa matahari Mesir)"; Inggris: Potiphar [ˈpɒtɨfər]) adalah nama seorang laki-laki Mesir yang dicatat dalam Kitab Kejadian yaitu bagian dari Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, khususnya pada pasal 39. Potifar dikatakan sebagai "pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja", yang membeli Yusuf (putra Yakub) dari tangan orang Ismael yang telah membawanya ke Mesir, setelah dijual oleh saudara-saudaranya sendiri.[1]

Joseph and Potiphar's Wife, by Guido Reni 1631
Joseph Accused by Potiphar's Wife, by Rembrandt van Rijn, 1655.

Yusuf di rumah Potifar sunting

Yusuf dibawa ke Mesir pada usia 17 tahun[2] dan tinggal di rumah Potifar, tuannya, orang Mesir itu. Tertulis dalam Alkitab bahwa "Yusuf disertai TUHAN dan TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya",[3] maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan kepada Yusuf diberikan kuasa atas rumah Potifar dan segala miliknya. Sejak Potifar memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, TUHAN memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang.[4]

"Segala miliknya (Potifar) diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apapun selain dari makanannya sendiri."[5]

Istri Potifar sunting

Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.[6] Selang beberapa waktu isteri Potifar memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu:

"Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya daripadaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain daripada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"[7]

Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia.

Yusuf difitnah sunting

Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorangpun tidak ada di rumah. Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.[8]

Ketika dilihat perempuan itu, bahwa Yusuf meninggalkan bajunya dalam tangannya dan telah lari ke luar, dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak d dengan suara keras. Dan ketika didengarnya bahwa aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannyalah bajunya padaku, lalu ia lari ke luar." Juga ditaruhnya baju Yusuf itu di sisinya, sampai tuan rumah pulang. Perkataan itu jugalah yang diceritakan perempuan itu kepada Potifar, katanya: "Hamba orang Ibrani yang kaubawa ke mari itu datang kepadaku untuk mempermainkan aku. Tetapi ketika aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannya bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."[9]

Baru saja didengar oleh Potifar perkataan yang diceritakan isterinya kepadanya: begini begitulah aku diperlakukan oleh hambamu itu, maka bangkitlah amarahnya. Lalu Yusuf ditangkap oleh Potifar dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana.

Nasib Yusuf setelahnya sunting

Selanjutnya nama Potifar tidak disebutkan lagi dalam kisah kehidupan Yusuf.

Di penjara, TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara. Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil.[10] Ketika Yusuf berusia kira-kira 28 tahun, Firaun Mesir menahan kepala juru minuman dan kepala juru roti dalam rumah kepala pengawal raja, dalam penjara tempat Yusuf dikurung, dengan tuduhan melakukan kesalahan berat. Setelah beberapa waktu di penjara, mereka berdua bermimpi pada malam yang sama. Dengan kuasa Allah, Yusuf memberitahukan makna mimpi itu kepada mereka dan benar terjadilah yang dikatakan Yusuf: kepada juru minuman dikembalikan kepada pekerjaannya, melayani Firaun, sedangkan juru roti itu dihukum mati dengan digantung. Tetapi kepala juru minuman itu melupakan Yusuf di penjara.[11] Padahal sebelumnya Yusuf telah berpesan kepadanya:

"Ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini. Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sinipun aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupan ini."[12]

Dua tahun kemudian, Firaun bermimpi dan tidak ada yang dapat memberitahu maknanya. Maka kepala juru minuman itu ingat dan memberitahu Firaun tentang Yusuf. Yusuf dikeluarkan dari penjara, dan berhasil memberitahu makna mimpi Firaun yaitu: akan ada 7 tahun kelimpahan yang disusul dengan 7 tahun kekurangan di seluruh daerah itu (termasuk di sekitar Mesir), karena itu Yusuf menasihatkan Firaun untuk menyimpan hasil kelimpahan itu supaya dalam 7 tahun berikutnya terdapat cukup makanan di Mesir. Firaun mengangkat Yusuf sebagai orang nomor dua di kerajaan Mesir, dengan tugas melakukan apa yang dinasihatkannya itu. Karena kelaparan yang hebat di Kanaan, saudara-saudara Yusuf yang dahulu menjualnya, datang ke Mesir membeli makanan, tetapi tidak mengenali Yusuf. Setelah yakin bahwa saudara-saudaranya sudah insaf dan tidak berlaku seperti yang dahulu, Yusuf menunjukkan jati dirinya dan membawa mereka beserta Yakub, ayah mereka, untuk hidup bahagia di Mesir. Yusuf pun meninggal dengan damai di Mesir.[13]

Analisis sunting

Istri Potifar tidak disebut namanya di Alkitab. Komentari (midrash) Yahudi tentang Taurat pada abad pertengahan, "Sefer haYashar", menyebutnya "Zuleika" atau "Zuleikha", yang kemudian diterima dalam tradisi Islam dan muncul dalam syair Persia "Yusuf dan Zulaikha" (karya pujangga Jami "Haft Awrang" ("Tujuh tahta")). Ada yang menghubungkan kisah ini dengan cerita Mesir kuno, dongeng mengenai dua bersaudara, Bata dan Anpu.

Menurut Dr. G.J. Wenham, hukuman mati biasa dilakukan untuk kasus pemerkosaan, tetapi Yusuf tidak dihukum mati, menandakan bahwa Potifar meragukan cerita istrinya.[14]

Acuan sejarah sunting

Tidak mudah untuk menempatkan masa hidup Potifar maupun Yusuf secara tepat pada zaman Firaun tertentu. Penanggalan Yahudi diyakini bahwa Yusuf dijual kepada Potifar tahun 2216 (Kalender Yahudi), atau 1544 SM, berarti pada Periode Pertengahan Kedua ("Second Intermediate Period") atau di awal "Kerajaan Baru" ("New Kingdom").

Rujukan Budaya sunting

  • Dalam cerita khayalan The Divine Comedy karyanya, Dante melihat bayangan istri Potifar di dalam lingkaran ke delapan di neraka. Ia tidak berbicara, tetapi roh lain memberitahu Dante bahwa bersama-sama para pendusta lain, ia dihukum untuk menderita demam yang membara selama-lamanya.
  • Dalam film Matewan arahan John Sayles, Will Oldham berperan sebagai seorang pengkhotbah muda yang menceritakan kisah Potifar di desanya.
  • Dalam musikal karya Andrew Lloyd Webber, "Joseph and the Amazing Technicolor Dreamcoat" (Yusuf dan jubah impian berwarna warni yang menakjubkan), Potifar disebut sebagai milyuner di Mesir yang menjadi kaya karena membeli saham piramid, dan memiliki sejumlah besar wilayah sungai Nil. Istrinya adalah penggoda dan "pemakan pria" (seductive man-eater). Keduanya ditampilkan dalam lagu "Potiphar".
  • Dalam sajaknya "On Fame", John Keats menyebut Fame sebagai "ipar perempuan Potifar yang pencemburu".

Galeri sunting

Pustaka sunting

  • The Hebrew Pharaohs of Egypt, Ahmed Osman, Bear & Co. 1987

Referensi sunting

Lihat pula sunting