Perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah

Perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah adalah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya. Perumpamaan pohon ara tercantum di Lukas 13:6-9.

Sebuah pohon ara di Australia

Yang dimaksudkan sebagai "pohon ara" dalam teks ini adalah tin (Ficus carica), sejenis ara yang berasal dari wilayah Laut Tengah dan buahnya dapat dimakan.

Pohon ara yang tidak berbuah sunting

Refleksi sunting

Hampir semua orang punya pengalaman tanam menanam sebuah pohon, dan tentunya tahu bahwa untuk membuat pohon itu berbuah lebat tidaklah semudah yang dipikirkan. Dibilang sulihttps://m.facebook.com/groups/599135723850159?view=permalink&id=852727558490973t-sulit banget tidak, tetapi gampang juga tidak. Perumpamaan ini menggambarkan Tuhan sebagai pemilik kebun, mendapati ada umat-Nya yang tidak berbuah dalam jangka waktu lama. Perhatikan ada jangka waktu tertentu yang diberikan Tuhan yang membuka kesempatan bagi manusia untuk berubah. (ayat 9)

Namun ketika kesempatan itu disia-siakan, pohon yang tidak berguna itu pada akhirnya akan ditebang. Pohon "ara" itu hidup percuma dan hanya menghabiskan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tanaman anggur dalam kebun. Namun secara luar biasa, Yesus yang diumpamakan sebagai pengurus kebun meminta kesempatan sekali lagi.

“Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah.” (bandingkan ayat 8b) Disini Sang “Pengurus kebun” akan mengerjakan segala sesuatu bagi pohon agar bisa berbuah dan tidak harus ditebang dan berakhir di bara api. Hidup manusia yang begitu rusak oleh benalu dan tunas-tunas dosa sering kali tidak lagi dapat diperbaiki sendiri, sehingga manusia membutuhkan uluran tangan Yesus untuk “mencangkul tanah dan memberi pupuk” agar bisa selamat. Disinilah pentingnya Roh Kudus yang diminta Yesus kepada Bapa-Nya bagi Gereja-Nya. (bandingkan Yohanes 14:16)

Tuhan Yesus Kristus telah datang untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam prosesnya, terkadang ada bagian-bagian yang tidak efektif dari diri manusia, maka bagian itu harus "dicangkul" atau "dipotong" dan itu bukanlah hal yang menyenangkan. Proses itu terkadang bisa membuat manusia menderita. Tapi itu sungguh diperlukan agar manusia selamat dari tebangan dan dilempar kedalam api. Yesus pun berseru: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” (Yohanes 15:4)

Agar manusia bisa bertumbuh dan berbuah dengan baik, ia harus tetap tinggal di dalam Kristus, dan Kristus di dalamnya, baik dalam kehidupan sehari-hari, keluarga maupun pekerjaan, hendaklah berpusat kepada Terang Kristus. Ketika ada proses-proses pemotongan tunas yang tidak produktif atau pembersihan benalu, laluilah itu dengan sukacita, karena proses itu sungguh diperlukan untuk menjadikan manusia itu pohon yang dapat berbuah lebat.

“Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” (Matius 12:33) Sebatang pohon dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan berbuah baik, begitu pula sebaliknya. Ada banyak ranting, tunas dan benalu dalam hidup manusia yang harus dipotong agar ia berbuah lebat. Apakah itu kesombongan, harta, kebiasaan buruk, status, adat dan sebagainya, jika itu menghambat manusia untuk berbuah, ijinkanlah Tukang Kebuh untuk memotongnya.

Untuk dapat memberi kesempatan Tukang Kebun bekerja "menggali dan memupuk" pohon iman manusia, diperlukan adanya penyegaran roh dan jiwa lewat Firman Tuhan, dan rajin-rajin memupuk kedisplinan untuk terus taat dan berjalan dalam koridor-Nya. Hanya dengan demikianlah ia bisa menjadi pohon yang tumbuh subur menghasilkan buah yang banyak. Pemilik "kebun anggur" Kristus memberikan kepada manusia kesempatan untuk bertobat. Tetapi KESEMPATAN ITU TERBATAS, Pengurus kebun anggur memintakan waktu hanya satu tahun kesempatan bagi pohon ara tersebut. Tuhan itu sabar, itu benar, seperti juga dikatakan dalam 2 Petrus 3:9, "... Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." Allah panjang sabar, tetapi apa yang disebut dengan panjang pasti mempunyai ujungnya. Oleh karena itu jangan salahkan Allah kalau suatu saat Allah menebang orang itu.

Fasilitas telah diberikan, baik perorangan maupun komunitas atau lembaga Gereja, menyediakan diri dipakai oleh Roh Kudus dengan menggunakan macam-macam cangkul dan aneka ragam pupuk sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Akan tetapi betapa sering manusia mempermainkan kasih dan kesabaran Allah, manusia menantang Allah: "Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan." (Roma 2:4–5)

"Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagi kalian untuk beroleh selamat ..." (2 Petrus 3:15) KESEMPATAN ITU TERAKHiR, pengurus kebun anggur berkata, "... mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" Kesempatan ini merupakan kesempatan terakhir bagi si pohon ara untuk berbuah, jika tidak, maka pohon ara tersebut akan ditebang. "Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10, Lukas 3:9) Banyak orang tidak sadar bahwa kesempatan yang dia punya adalah kesempatan terakhir. Apakah Allah sudah menemukan buah di dalam hidup rohani orang-orang percaya? Jangan salahkan Allah kalau pada waktunya tiba orang-orang itu ditebang alias harus meninggalkan dunia ini, tetapi yang dijumpai adalah perintah Pemilik Kebun Kehidupan, "campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap." (Matius 25:30, bandingkan Matius 25:46) karena orang-orang itu tidak mau bertobat.[1]

Penafsiran sunting

Perumpamaan Yesus ini berbeda dengan perumpamaan pohon ara berbunga yang terdapat pada bagian lain. Perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah ini hanya terdapat pada Injil Lukas di antara Kitab Injil dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Dalam perumpamaan ini, pemilik kebun umumnya dianggap melambangkan Allah, yang menanam pohon ara ("pohon pengetahuan baik dan jahat") dalam kebunnya ("taman Eden") dan mencari buah ("perbuatan baik"). Salah satu penafsir menganggap pengurus kebun adalah Allah dan pokok anggur adalah Yesus ("pohon kehidupan").[2] Pohon ara memang sering ditanam di kebun-kebun anggur di Timur Tengah.[3] Pohon ara merupakan lambang umum umat Israel, dan dapat bermakna sama di sini,[2] atau pohon itu juga dapat melambangkan pemimpin-pemimpin agama.[3] Apapun maknanya, perumpamaan ini mencerminkan tawaran terakhir Yesus kepada para "pendengar-Nya" (bandingkan Markus 4:9) untuk bertobat.[3] "Sudah tiga tahun aku datang ...," secara logika merujuk kepada masa pelayanan Yesus Kristus. Perumpamaan ini juga dihubungkan dengan mukjizat pengutukan pohon ara. Richard Whately mengomentari bahwa perumpamaan ini "adalah salah satu di mana Tuhan kita dapat dikatakan menyajikan kepada pendengar-Nya dua kali; sekali dalam kata-kata dan sekali dalam tindakan."[4]

 
Buah ara: apa yang dicari oleh pemilik kebun.

Keaslian sunting

Meskipun hanya muncul dalam Injil Lukas, tidak ada sanggahan kuat melawan keasliannya, bahkan mayoritas anggota "Jesus Seminar" menyatakannya otentik.[3]

Lihat pula sunting

Perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah
Didahului oleh:
Dosa dan penderitaan
Injil Lukas
pasal 13
Diteruskan oleh:
Penyembuhan perempuan bungkuk

Referensi sunting

  1. ^ Ad Maiorem Dei Gloriam
  2. ^ a b Timothy Maurice Pianzin, Parables of Jesus: In the Light of Its Historical, Geographical & Socio-Cultural Setting, Tate Publishing, 2008, ISBN 1-60247-923-2, pp. 235-237.
  3. ^ a b c d Peter Rhea Jones, Studying the Parables of Jesus, Smyth & Helwys, 1999, ISBN 1-57312-167-3, pp. 123-133.
  4. ^ Richard Whately, Lectures on Some of the Scripture Parables, John W. Parker and Son, 1859, p. 153.

Pranala luar sunting