Pertempuran Yamen

artikel daftar Wikimedia

Pertempuran Yamen (1279) adalah pertempuran terakhir antara Dinasti Song dan Dinasti Yuan (Mongol) dimana kaisar terakhir Song, Kaisar Bing beserta seluruh pejabat dan keluarga istana mengakhiri hidupnya secara heroik bersama dinasti yang telah berdiri selama 300 tahun lebih. Pertempuran yang menentukan itu terjadi di Yamen, sekarang Kabupaten Xinhui, Provinsi Guangdong, Tiongkok

Pertempuran Yamen
Bagian dari Perang Song-Yuan

Sebuah taman dalam rangka memperingati pertempuran di Xinhui, Jiangmen, Guangdong
Tanggal19 Maret 1279
LokasiYamen, Guangdong
Hasil Kemenangan Mongol
Mongol memerintah Tiongkok keseluruhan
Kejatuhan Dinasti Song.
Pihak terlibat
Dinasti Song Dinasti Yuan dari Kekaisaran Mongol
Tokoh dan pemimpin
Zhang Shijie Zhang Hongfan
Kekuatan
200.000 orang, sebagian besar bukan pejuang - pejabat dan abdi istana Song
1.000+ kapal, sebagian besar, sebagian besar mengangkut kapal dengan pengawalan kapal perang. Kekuatan prajurit pertempuran sebenarnya mereka mungkin berjumlah puluhan ribu.
20.000 prajurit Tiongkok
50+ kapal perang
Korban
Sedikitnya 100.000 tewas, baik dari pertempuran ataupun tenggelam, sisanya melarikan diri Tidak diketahui

Tahun 1276, Pemerintah Song dipukul mundur oleh penjajah Mongol ke selatan hingga ke Guangdong. Tahun 1278 kaisar Zhao Shi yang sakit-sakitan wafat lalu digantikan oleh adiknya yang baru berumur tujuh tahun, Zhao Bing dengan gelar Kaisar Bing. Jendral besar, Zhang Shijie, membawa kaisar muda ke Yamen dan mempersiapkan pertahanan melawan Mongol disana. Sementara itu, Wen Tianxiang mati-matian berjuang mempertahankan Guangdong dan Jiangxi hingga akhirnya kota itu jatuh, dengan itu kekuatan Song di daratan musnah.

Tahun 1279, Zhang Hongfan, pejabat yang telah membelot ke Mongol, menyerang angkatan laut Song di Yamen. Beberapa komandan Song mengusulkan agar mencaplok daerah pantai dahulu untuk mengamankan jalur mundur ke barat. Namun usul ini ditolak Zhang Shijie yang memutuskan berperang hingga titik darah penghabisan dan mencegah pasukan agar tidak mundur. Maka dia memerintahkan pembumihangusan istana, benteng, dan rumah-rumah di pesisir.

Zhang juga memerintahkan ribuan kapal perang disambungkan dengan rantai membentuk untaian raksasa di sepanjang pantai dan menempatkan kapal yang ditumpangi Kaisar Bing di tengah armada itu. Armada Mongol menyerang dengan api, tetapi kapal-kapal Song telah dipersiapkan untuk itu, karena sudah dilapisi dengan lumpur sehingga tahan serangan api. Armada Mongol lalu memutuskan jalur darat tentara Song sehingga mereka kekurangan air minum dan makanan. Pasukan Song terpaksa meminum air laut dan makan makanan kering. Penghianat, Zhang Hongfan bahkan menculik keponakan Zhang Shijie untuk memaksanya menyerah, tetapi sia-sia.

18 Maret, siang hari, Zhang Hongfan menyerang lagi armada Song secara besar-besaran. Walaupun bertahan dengan gigih, tetapi karena terjebak siasat licik, formasi armada itu berantakan dan tentara Mongol mulai bergerak ke posisi Kaisar Bing di tengah. Melihat bahwa sudah tidak ada harapan lagi, Menteri Lu Xiufu bersama kaisar muda itu terjun ke laut dan mati. Pejabat lain dan selir-selir juga menyusul tak lama kemudian. Sejarah Dinasti Song mencatat bahwa seminggu kemudian, ratusan dari ribuan jenazah itu mengapung ke permukaan laut. Jenazah kaisar muda itu ditemukan di sekitar Shekou (sekarang Shenzhen).

Kaisar Bing, kaisar terakhir Dinasti Song yang mengakhiri hidupnya dalam pertempuran Yamen

Zhang Shijie yang selamat dari pertempuran memohon pada Selir Yang untuk menunjuk kaisar baru untuk kelangsungan Dinasti Song dan melanjutkan perlawanan terhadap Mongol. Namun setelah mendengar kabar kematian Kaisar Bing, Selir Yang juga bunuh diri. Zhang Shijie dan sisa pasukannya juga tenggelam di laut setelah kapalnya dihantam badai dalam pelariannya.

Dengan tewasnya Kaisar Bing, maka riwayat Dinasti Song berakhir. Dinasti Yuan dibawah Kubilai Khan menguasai Tiongkok selama seabad kurang sampai Zhu Yuanzhang mengusir Mongol kembali ke padang rumputnya di utara dan mendirikan Dinasti Ming. Kuil-kuil dibangun di sekitar situs pertempuran untuk mengenang para pahlawan yang berjuang dengan gagah berani bagi negaranya, terutama Zhang Shijie, Wen Tianxiang, dan Lu Xiufu.