Perantaraan Theotokos

Perantaraan Theotokos atau yang biasa pula disebut sebagai Perlindungan Bunda Allah Maria Yang Mahakudus merupakan perayaan untuk sang Bunda Allah yang dirayakan oleh gereja-gereja Ortodoks Timur dan Katolik Ritus Bizantium. Perayaan ini merayakan perlindungan untuk orang beriman melalui perantara sang Bunda Allah Yang Mahakudus. Meskipun perayaan ini tidak termasuk ke dalam 12 Perayaan Agung dan Paskah, perayaan ini dianggap sebagai perayaan yang sangat sakral dalam tradisi gereja-gereja bangsa Slavia. Perayaan ini dirayakan tiap tahunnya setiap tanggal 14 Oktober (tanggal 1 Oktober Kalender Julian).[1]

Ikon perlindungan sang Bunda Allah dari abad ke-19 di Rusia

Etimologi sunting

Perantaraan Theotokos atau Perlindungan Bunda Allah Maria Yang Mahakudus dalam tradisi gereja-gereja bangsa Slavia disebut sebagai (bahasa Slavonia Gerejawi Kuno: Покровъ) "Pokrov", (Ukraina: Покрова) "Pokrova", (bahasa Bulgaria: Покров) "Pokrov" yang merupakan padanan dari (Yunani: Σκεπε) "Skepe" yang berarti jubah, mantel, ataupun kain selubung, tetapi pada beberapa literatur kata tersebut sering dimaknai sebagai perlindungan ataupun perantaraan. Oleh karena itu, perayaan ini memiliki banyak nama yang merupakan hasil terjemahan dari kata asli untuk perayaan ini sendiri seperti "Perayaan Perantaraan sang Bunda Allah", "Perayaan Perlindungan sang Bunda Allah", "Perayaan Kudung sang Theotokos", "Perayaan Tudung Pelindung sang Theotokos", dsb.

Sejarah sunting

Dalam Tradisi Suci Gereja Ortodoks Timur, penampakan Maria sang Bunda Allah terjadi pada abad ke-10 Masehi di Gereja Santa Maria Blakhernaum di Konstantinopel (yang saat ini adalah kota Istanbul) yang merupakan tempat tersimpannya relikui sang Bunda Allah seperti kerudungnya, pakaiannya, dsb. Pada hari Minggu, tanggal 1 Oktober (Kalender Julian), tepatnya pada pukul 4 pagi, Santo Andreas dari Konstantinopel si Bodoh bagi Kristus melihat kubah gereja terbuka dan menampakkan sang Bunda Allah memasuki gereja melalui kubah terbuka tersebut diiringi oleh para malaikat dan janasuci, kemudian sang Bunda Allah bersimpuh dan berdoa di hadapan altar sambil berlutut dan menangis mendoakan keselamatan semua yang beriman kepada Tuhan Allah Tritunggal di seluruh penjuru dunia. Selain itu, sang Bunda Allah meminta kepada putra-Nya Tuhan Yesus Kristus untuk melindungi tiap insan yang memohon perlindungan kepada-Nya, maupun yang melalui perantara sang Bunda Allah. Lalu setelah selesai berdoa, sang Theotokos menebarkan kain tudungnya ke setiap orang yang berada di dalam gereja sebagai sebuah bentuk perlindungan.[2]

Lalu Santo Andreas dari Konstantinopel berpaling kepada muridnya, St. Epifanius, sambil berkata, "Apakah kau melihat sang Theotokos mendoakan seluruh dunia?", kemudian St. Epifanius menjawab, "Ya pater, aku melihatnya dan aku merasa teramat takjub."[2]

Versi lain mengenai sejarah perayaan ini berasal dari Kronik Pertama dari Santo Nicholas sang Penulis Kronik yang menyatakan bahwa perayaan ini bermula pada saat peristiwa pertempuran antara Konstantinopel dengan suku-suku dari Rutenia di mana pada saat itu seluruh penduduk Konstantinopel berdevosi kepada sang Bunda Allah agar suku-suku dari Rutenia tersebut tidak menyerang kota Konstantinopel. Hingga pada akhirnya, suku-suku dari Rutenia tersebut gagal menyerang Konstantinopel karena serangan badai di perairan Laut Hitam sebelum mereka tiba di daratan Konstantinopel.

Referensi sunting