Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang menyerang manusia dan binatang melalui transmisi hubungan seksual, seks oral, dan seks anal. Tapi, beberapa penyakit menular seksual juga bisa ditularkan melalui ibu kepada anak melalui kehamilan dan persalinan dan melalui transfusi darah atau pemakaian jarum suntik bersama. Gejala utama penyakit ini adalah luka, ruam, nyeri pada organ intim dan kadang tanpa disadari menularkan kepada orang lain walaupun tidak terdapat gejala yang dirasakan.[1] Penyakit menular seksual disebabkan oleh lebih dari 30 bakteri yang berbeda, virus dan parasit yang menyebar melalui kontak seksual, termasuk vaginal, anal dan oral seks. Penderita penyakit menular seksual umumnya tidak menyadari keberadaan penyakit karena sifat penyakit menular seksual yang tidak menunjukkan gejala khusus.[2] Berbagai jenis penyakit menular seksual memberikan beban morbiditas dan mortalitas khususnya di negara berkembang dengan sumber daya yang terbatas. Selain itu, penyakit menular seksual menurunkan kualitas hidup, kesehatan alat reproduksi, kesehatan anak-anak serta menimbulkan masalah ekonomian bagi perorangan maupun nasional. Penyakit menular seksual menimbulkan gangguan kesehatan dengan tingkat akut yang ringan, lesi yang terasa nyeri serta gangguan psikologis.[3]

Penyakit menular seksual
"Sifilis adalah penyakit berbahaya, tetapi dapat diobati." Poster yang menggalakkan pengobatan memperlihatkan teks dan desain dari sebuah jangkar dan sebuah salib. Diterbitkan antara tahun 1936 dan 1938.
Informasi umum
SpesialisasiPenyakit menular Sunting ini di Wikidata

Sejarah sunting

Dulu penyakit ini dikenal dengan nama venerreal diseases, berarti penyakit Dewi Cinta menurut versi Yunani. Seiring makin bertambah penyakit yang timbul akibat hubungan seksual nama penyakit kelamin (venerreal diseases) berubah menjadi sexually transmitted disease (STD) yang dalam bahasa Indonesia menjadi Penyakit Menular Seksual (PMS).[4]

Penyakit menular seksual ditularkan melalui huhungan seksual dengan manifestasi klinis berupa kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin yang dapat menimbulkan infeksi akut (mendadak) yang memerlukan penanganan yang tepat karena dapat menjalar ke alat genitalia bagian dalam (atas) dan menimbulkan penyakit radang panggul. Pengobatan yang tidak tuntas menyebabkan penyakit menjadi menahun (kronis) dengan akibat akhir rusaknya fungsi alat genitalia bagian dalam sehingga menimbulkan kurang subur atau mandul.[4]

Kegagalan deteksi dini dapat menimbulkan berbagai komplikasi misalnya kehamilan di luar kandungan, kanker anogenital, infeksi pada bayi yang baru lahir atau infeksi pada kehamilan. Pada prakteknya banyak penyakit yang tidak menunjukkan gejala (asimtomatik), sehingga mempersulit pemberantasan dan pengendaliannta. Epidemiologi penyakit menular seksual di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun baik infeksi Kandidiasis, Bakteri Vaginosis, Kencing Nanah, Condyloma Akuminata, Herpes kelamin, AIDS, Sifilis dan Herpes simpleks.[5]

Peningkatan insiden penyakit ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan demografik, fasilitas kesehatan yang tersedia kurang memadai, pendidikan kesehatan dan pendidikan seksual kurang tersebar luas. Pada tahun 2005, WHO memperkirakan penderita enyakit menular seksual diseluruh dunia sebanyak 340 juta orang. Sebagian besar penderita berada di Asia Selatan dan Asia Tenggara yaitu sebanyak 151 juta, diikuti Afrika sekitar 70 juta dan yang terendah adalah Australia dan Selandia Baru sebanyak 1 juta. Semakin lama jumlah penderita penyakir menular seksual semakin meningkat dan penyebarannya semakin merata di seluruh dunia. WHO memperkirakan mobilitasnya di dunia sebesar 250 juta orang setiap tahunnya.[5]

Gejala umum sunting

Laki-laki sunting

  • Nyeri atau rasa tidak nyaman ketika berhubungan seksual atau berkemih.
  • Luka, benjolan, atau ruam di sekitar penis, buah zakar, bokong, anus, paha, atau mulut.
  • Keluar cairan tidak wajar atau perdarahan dari penis.
  • Testis yang nyeri atau bengkak.

Perempuan sunting

  • Rasa tidak nyaman atau nyeri ketika berhubungan seksual atau berkemih.
  • Luka, benjolan, atau ruam di sekitar vagina, anus, bokong, paha, atau mulut.
  • Keluar cairan tidak wajar atau perdarahan dari vagina.
  • Terasa gatal-gatal di vagina dan sekitarnya.[6]

Jenis sunting

 
Kompleks antigen-antibodi bakteri Neisseria gonorrhoeae

Sifilis sunting

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infkesi bakteri. Bakteri yang menjadi penyebab infeksi ialah Treponema pallidum Pada laki-laki dan perempuan, gejala yang ditimbulkan berupa ulkus durum disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening lokal, erupsi kulit, kandiloma lata, kerusakan tulang, kardiovaskular dan neurologis Pada perempuan yang dalam kondisi mengandung atau melahirkan terdapat gejala tambahan berupa keguguran, bayi lahir mati, dan kelahiran prematur. Penularan juga terjadi pada bayi yang baru lahir dengan gejala kelahiran yang singkat dan sifilis kongenital.[7]

Penyakit sifilis terbagi menjadi dua masa inkubasi yaitu masa akut dan masa kronik. Gejala penyakit yang timbul menandakan periode transisi dari fase subklinis ke penyakit klinis. Diagnosis penyakit dapat dilakukan pada fase klinis. Pada beberapa individu, fase subklinis tidak terjadi karena tubuhnya memiliki imunitas yang tinggi. Sebaliknya, pada individu dengan kekebalan tubuh yang rendah, penyakit berkembang secara perlahan dimulai dari gejala ringan, sedang, berat, hingga kronis. Tingkatan kekebalan tubuh ini menentukan kondisi pasien yaitu mengalami kesembuhan, kecacatan, atau kematian.[8]

Gonore sunting

Gonore atau kecing nanah merupakan penyakit kelamin dengan gejala yaitu keluar nanah dari uretra bagian luar. Gejala gonore timbul sesudah melakukan hubungan seksual. Penyakit ini menyerang organ reproduksi, selaput lendir, ingus, mata, dan anus. Penyakit gonore disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Gambaran klinis dan komplikasi gonore berkaitan dengan susunan anatomi dan fisiologi seks. Gejala yang timbul pada pria berupa rasa nyeri dan panas pada saat kencing, keluarnya nanah kental berwarna putih susu atau kuning kehijauan, serta ujung penis agak merah dan bengkak. Sedangkan pada wanita, gejala timbul secara bertahap. Gejala pertama pada wanita berupa uretritis atau servisitis. Pada tahap selanjutnya muncul gejala berupa keputihan berwarna kekuningan yang kental, rasa nyeri di rongga panggul atau tanpa gejala apapun. Pada pria dan wanita dapat timbul komplikasi berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis.[9]

Limfogranuloma venereum sunting

Limfogranuloma venereum atau limfopatiavenereum adalah penyakit kelamin yang menyerang sistem pembuluh darah dan kelenjar limfa tertentu pada daerah genito-inguinal dan genito-rektal. Penyakit ini juga dinamakan penyakit Nicolas-Favre karena ditemukan pertama kali oleh Nicolas, Durand, dan Favre pada tahun 1913.[10] Limfogranuloma venereum disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Selama sindrom inguinal terjadi gejala berupa malaise, sakit kepala, nyeri sendi, anoreksia nervosa, nausea, dan demam. Gejala lanjutan berupa pembesaran kelenjar getah bening dengan tanda-tanda peradangan. Penyakit dapat berlanjut memberi gejala-gejala kemerahan pada saluran kelenjar dan fistulasi.[11]

Herpes genitali sunting

Herpes genitali merupakan penyakit yang ditularkan oleh patogen Herpes simplex virus tipe 1 dan tipe 2. Gejala yang timbul pada laki-laki maupun perempuan berupa lesi vesikular atau ulseratif di daerah genitalia dan anus. Pada bayi yang baru lahir, gejala yang timbul berupa herpes neonatus.[12]

Penyebab sunting

Infeksi virus sunting

Penyakit menular seksual dapat disebabkan adanya infeksi virus imunodefisiensi manusia (Human immunodeficiency virus atau HIV). Penularan penyakit dapat terjadi melalui hubungan seksual jenis homoseksual maupun heteroseksual. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan intimnya melalui semen dan cairan vagina. Pemilihan dan jumlah pasangan seks serta jenis hubungan seksual menjadi penentu tingkat risiko penularan HIV. Kecenderungan peningkatan penularan HIV terjadi pada orang yang melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti.[13]

Infeksi virus umum adalah HIV (penyebab AIDS), virus herpes simpleks tipe 2 (penyebab herpes kelamin), virus papiloma manusia (menyebabkan kutil kelamin dan subtipe tertentu bisa menimbulkan kanker serviks pada wanita), virus hepatitis B (hepatitis penyebab dan kasus-kasus kronis dapat menyebabkan kanker hati), sitomegalovirus (menyebabkan peradangan di berbagai organ termasuk otak, mata, dan usus).

Infeksi bakteri sunting

Common infeksi bakteri adalah Neiserria gonorrhoea (penyebab gonore atau infeksi gonokokal), Clamydia trachomatis (penyebab infeksi klamidia), Treponema pallidum (penyebab sifilis), Haemophilus ducreyi (menyebabkan chancroid), Klebsiella granulomatis (sebelumnya dikenal sebagai penyebab calymmatobacterium granulomatis inguinale granuloma atau donovanosis).

Parasit sunting

Organisme parasit adalah Trichomonas vaginalis (trikomoniasis menyebabkan infeksi vagina), Candida albicans (penyebab vulvovaginitis pada wanita, pembengkakan kelenjar penis dan kulup balano-posthitis pada pria).[14]

Referensi sunting

  1. Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Tingkat SMP dan Sederajat[1]

Rujukan sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ a b Nurin, Fajarina (2016-09-22). "Penyakit Menular Seksual: Gejala, Obat, dll. • Hello Sehat". Hello Sehat. Diakses tanggal 2021-01-17. 
  2. ^ Najmah 2016, hlm. 109.
  3. ^ Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2016, hlm. 4.
  4. ^ a b Manuaba, Ida Ayu Candranita; Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar; Manuaba, Ida Bagus Gde (2009). Memahami Kesehatan reproduksi wanita ed 2. Jakarta: EGC. hlm. 41. ISBN 978-979-448-957-4. 
  5. ^ a b Abrori; Qurbaniah, Mahwar (2017-11-30). Infeksi Menular Seksual: Buku Ajar. Pontianak: UM Pontianak Press. hlm. 36. ISBN 978-602-74221-1-7. 
  6. ^ Felicia, Levina (04 November 2020). "SehatQ | Asisten Kesehatan Keluarga Anda". SehatQ. Diakses tanggal 2021-01-17. 
  7. ^ Najmah 2016, hlm. 114.
  8. ^ Irwan 2017, hlm. 23.
  9. ^ Rahayu, dkk. 2017, hlm. 34.
  10. ^ Rahayu, dkk. 2017, hlm. 34-35.
  11. ^ Rahayu, dkk. 2017, hlm. 35.
  12. ^ Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2016, hlm. 3.
  13. ^ Irwan 2017, hlm. 76.
  14. ^ Amiruddin, Ridwan (2019-12-01). Kebijakan dan Respons Epidemik Penyakit Menular. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 57. ISBN 978-602-440-748-3. 

Daftar pustaka sunting

  1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2016). Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. ISBN 978-602-235-950-0. 
  2. Irwan (2017). Epidemiologi Penyakit Menular (PDF). Bantul: CV. Absolute Media. ISBN 978-602-1083-64-2. 
  3. Najmah (2016). Epidemiologi Penyakit Menular (PDF). Jakarta: Trans Info Media. ISBN 978-602-202-187-2. 
  4. Rahayu, dkk. (2017). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia (PDF). Surabaya: Airlangga University Press. ISBN 978-602-6606-23-5. 

Pranala luar sunting