Pemilihan umum di Palestina

Pemilu di Palestina adalah sebuah proses politik berupa pemilihan umum yang diadakan di wilayah yang menjadi bagian dari otoritas Palestina (Tepi Barat dan Jalur Gaza). Meskipun Palestina tidak dinyatakan sebagai sebuah "negara merdeka", tetapi Palestina tetap memiliki hak untuk mendirikan partai politik dan melaksanakan pemilihan umum.

Latar Belakang sunting

 
Yitzhak Rabin (Perdana Menteri Israel), Bill Clinton (Presiden Amerika Serikat), dan Yasser Arafat (Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina) pada 1993. di Gedung Putih.

Pemilihan umum di Palestina, baik pemilihan presiden Palestinian National Authority ataupun pemilihan anggota legilatif Palestinian Legislative Council adalah hasil dari Kesepakatan Oslo pada 1993. Kesepakatan Oslo itu yang ditandatangani oleh kedua pihak yang selama ini berkonflik, yaitu Israel dan Palestina, Israel saat itu diwakili oleh Yitzhak Rabin, sementara Palestina diwakili oleh Yasser Arafat, pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Kesepakatan itu menegaskan pada pengurangan dan penghentian tindakan kekerasan di kedua belah pihak, baik Israel maupun Palestina. Di dalam kesepakatan itu, PLO sebagai organisasi politik terbesar di Palestina sepakat untuk menghentikan perlawanan dengan kekerasan, sementara Perdana Menteri Israel, Yitzhak Rabin setuju untuk menarik pasukan Israel dari Tepi Barat dan Jalur Gaza dan juga sepakat untuk mengakui pemerintahan otoritas Palestina di kedua kawasan itu. Sejak saat itu, Palestina secara resmi memiliki suatu otoritas pemerintahan, meskipun belum memiliki kemerdekaan.[1]

Sesuai dengan isi daripada Kesepakatan Oslo pada 1993, maka setahun kemudian, yaitu pada 1994, Palestinian National Authority atau Pemerintahan Otoritas Palestina dibentuk. Badan otoritas itu berfugsi sebagai lembaga pemerintahan transisi di Palestina yang tujuannya untuk merumuskan pemilihan umum Palestina yang rencananya akan diadakan pada 1996. Otoritas Palestina hasil Kesepakatan Oslo itu akhirnya menunjuk pmeimpin PLO, Yasser Arafat sebagai pemimpin pemerintahan otoritas Palestina. Secara internasional, pemerintahan otoritas Palestina diakui sebagai wakil resmi Palestina, salah satunya di Indonesia. Sementara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), PLO yang sudah menjadi perwakilan Palestina di PBB sejak 1974 digantikan oleh otoritas Palestina. Selain itu, Pemerintahan Otoritas Palestina juga mendapatkan pengakuan dan bantuan dari Uni Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara Barat lainnya. Sejak mendapatkan pengakuan-pengakuan itu, maka Palestina secara resmi diperbolehkan untuk memiliki angkatan bersenjata dan kepolisian sendiri.[2]

Pemilu 1996 sunting

Pada 1996, pemilihan umum di Palestina pertama kali diselenggarakan, sesuai dengan isi daripada Kesepakatan Oslo dan tujuan didirikannya Pemerintahan Otoritas Palestina. Pemilihan umum pertama di Palestina ini diadakan pada 20 Januari 1996 di tiga wilayah de facto yang menjadi wilayah kekuasaan Otoritas Palestina, yaitu Tepi Barat, Jerusalem Timur, dan Jalur Gaza.[2][3][4][5]

Dominasi Fatah sunting

Pemilihan umum 1996, sebagai pemilihan umum pertama di Palestina, sebenarnya kurang memuaskan dari segi partisipasi dan representasi, hal itu disebabkan karena hanya Harakat at-Tahrir al-Wathani al-Filasthini (Fatah) yang menjadi satu-satunya partai politik di Palestina, padahal faksi-faksi politik di dalam PLO bukan hanya Fatah - meskipun Fatah adalah yang terbesar - namun ada juga faksi dari kelompok kiri jauh seperti Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP), Popular Democratic Front for the Liberation of Palestine (PDFLP), Palestine Communist Party (PCP), Palestine Liberation Front (PLF), dan masih banyak lagi.[6] Namun, tidak satupun dari faksi-faksi politik sayap kiri itu ikut dalam Pemilu 1996.[7]

Dampak lainnya dari dominasi Fatah itu adalah, adanya boikot yang dilakukan oleh Ḥarakat al-Muqāwamah al-ʾIslāmiyyah (Hamas). Boikot Hamas terhadap pemilihan umum 1996 membuat partisipasi masyarakat Palestina menjadi minim. Hamas melakukan boikot itu karena menganggap Kesepakatan Oslo sebagai landasan awal diadakannya pemilihan umum 1996 adalah sebuah pengkhianatan bagi Bangsa Palestina, karena mendapatkan pengakuan internasional atas Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai wilayah otoritas Palestina, itu artinya bagi Hamas sama saja mengakui keberadaan Israel atas wilayah Palestina lainnya, oleh karena itulah Hamas memboikot pemilihan umum 1996.[7]

 
Yasser Arafat

Adanya dominasi Fatah dalam pemilihan umum 1996, maka sudah dipastikan, Fatah menjadi pemenang mutlak dalam pelihan umum pertama di Palestina itu. Dari jumlah 88 kursi di legislatif Palestina, Fatah memenangkan 55 kursi, sisanya dimiliki oleh calon-calon independen non-partai. Kemenangan Fatah dalam pemilihan umum 1996, juga berdampak pada hasil pemilihan Presiden Otoritas Palestina, yaitu menangnya Yasser Arafat yang juga pemimpin Fatah dan PLO saat itu sebagai Presiden Otoritas Palestina. Yasser Arafat menang mutlak dengan 88,2 persen suara, meninggalkan jauh saingannya, Samiha Khalil dengan 11,5 persen suara. Dengan hasil itu, Yasser Arafat dinobatkan sebagai presiden pertama Palestina.[8]

Hasil Pemilu Legislatif Palestina 1996[9]
No. Nama Partai atau Koalisi Partai Peserta Jumlah Kursi
1 Fatah 55
2 Independen 15
3 Fatah Independen 7
4 Islamis Independen 4
5 Kristen Independen 3
6 Orang Samaria 1
7 Lain-lain 1
8 Abstain 2
Total 88

Pemilu 2005 sunting

Setelah pemilihan umum 1996, pemilihan umum kedua di Palestina, diadakan pada 9 Januari 2005.[10] Pemilihan umum kedua di Palestina itu diselenggarakan seharusnya pada 2001, namun karena pada 2001 terjadi Intifadhah II atau Intifadhah al-Aqsha, maka menjadikan kondisi politik tidak kondusif dan terpaksa ditunda dan baru bisa dilaksanakan pada 2005.[9]

Pecahnya Intifadah II sunting

 
Salah satu toko yang rusak di Jerusalem saat pecahnya Intifadhah Kedua

Tertundanya pemilihan umum kedua adalah karena adanya Intifadhah Kedua. Intifadhah kedua itu terjadi diawali karena Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon datang ke Masjid Al-Aqsha bersama puluhan polisi Israel pada 28 September 2000. Kunjungan Ariel Sharon ke Masjid Al-Aqsha itu dianggap oleh sebagian besar rakyat Palestina sebagai bentuk penghinaan dan provokasi. Kemudian, saat kondisi semakin memanas, mulai muncul gerakan-gerakan demonstrasi yang mirip dengan gerakan pada 1987 atau Intifadhah Pertama, sejak saat itulah Intifadhah Kedua meletus. Selain munculnya Intifadhah Kedua, sayap militer Hamas, Brigade Izzudin Al-Qassam mulai menerapkan perlawanan dengan bom bunuh diri, yang membuat organisasi itu kemudian masuk daftar hitam terorisme internasional.[11]

Wafatnya Yasser Arafat sunting

Setelah pecahnya Intifadhah Kedua, politik Palestina semakin tidak stabil, yaitu ketika Yasser Arafat wafat pada 11 November 2004. Setelah Yasser Arafat meninggal, jabatan Presiden Otoritas Palestina diambil alih oleh Rauhi Fattuh. Fattuh diberi tanggungjawab untuk segera menyelenggarakan pemilihan umum. Untuk membantu tugasnya dalam melaksanakan pemilihan umum dengan segera, Fattuh kemudian membentuk Palestinian Central Election Committee atau Komite Pemilihan Umum Palestina (KPU Palestina).[11]

Menangnya Mahmoud Abbas sunting

Berdasarkan keputusan KPU Palestina, pemilihan umum presiden Palestina akan diadakan pada 9 Januari 2005, sementara pemilihan umum legislatif akan diadakan pada Juli tahun yang sama, namun karena ada kendala lagi, maka pemilihan umum legislatif diadakan pada 2006. Peta politik pada pemilihan umum 2005 masih sama seperti pemilihan umum 1996, yaitu Fatah sebagai faksi dominan di PLO masih menjadi yang paling dominan di Palestina, sementara saingan mereka, Hamas masih tetap menolak ikut serta dalam proses demokrasi itu.[11]

 
Mahmoud Abbas

Pada pemilihan umum 2005, Fatah mengajukan Mahmoud Abbas sebagai kandidat presiden Palestina. Mahmod Abbas sendiri sebelumnya sempat menjadi perdana menteri Palestina pada era Yasser Arafat, atau tepatnya saat Intifadhah Kedua meletus, namun Abbas sempat digantikan oleh Ahmed Qurei. Hasil pemilihan umum presiden Palestina itu akhirnya dimenangkan oleh Mahmoud Abbas dan secara resmi menjadi Presiden Palestina.[12][10]

Hasil Pemilihan Umum Presiden Palestina 2005[13]
No. Nama Calon Presiden Nama Partai Pengusung Suara Presentase
1 Mahmoud Abbas Fatah 501.448 62,52
2 Mustafa Barghouti Independen 156.227 19,48
3 Taysir Khalid Democratic Front of the Liberation of Palestine 26.848 3,35
4 Abdel Halim al-Ashqar Independen 22.171 2,76
5 Bassam al-Salhi Palestinian People's Party 21.429 2,67
6 Sayyid Barakah Independen 10.406 1,30
7 Abdel Karim Shubeir Independen 5.717 0,71
8 Suara Tidak Sah - 30.672 3,82
9 Abstain - 27.159 3,39
Total 802.077 100

Pemilu 2006 sunting

Pemilihan umum 2006 adalah pemilihan umum legislatif yang seharusnya dilaksanakan pada 2005, jadi pemilihan umum legislatif 2006 masih bagian dari pemilihan umum kedua di Palestina.

Keikutsertaan Hamas sunting

Pemilihan umum 2006 menjadi bersejarah bagi politik Palestina, karena untuk pertama kalinya, Hamas mau ikut serta dalam proses demokrasi yang sudah berlangsung sejak 1996 itu. Sikap Hamas untuk ikut serta dalam proses demokrasi pada 2006 itu menimbulkan kontroversi, terutama dari sesama kelompok Islamis. Meskipun menuai kontroversi, Hamas tetap melanjutkan partisipasinya dalam pemilihan umum 2006.[14]

Pada pemilihan umum 2006 itu Hamas mengusung platform politik "Change and Reform". Konsepsi platform itu kemudian tertuang dalam manifesto politik Hamas untuk ikut serta dalam pemilihan umum. Berikut ini adalah isi dari paragraf awal manifesto politik Hamas yang sudah dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia:[15]

"Atas landasan keyakinan bahwa kami berdiri pada satu pandangan terbesar Islam, dalam memenuhi tanggungjawab kami terhadap pejuang kami dan maksud-maksud suci dan adil mereka, bersumber dari tugas kami untuk memberikan kontribusi atas pembaruan realitas rakyat Palestina agar dapat meringankan penderitaan, mendukung ketabahan mereka, dan melindungi mereka dari penyakit-penyakit korupsi, dan dalam harapan memperkuat kembali persatuan nasional serta menyokong kedudukan internal Bangsa Palestina, maka kami telah mengambil keputusan untuk berpatisipasi dalam pemilu legislatif Palestina tahun 2006"[15]

Bila pada pemilihan umum 1996 diberlakukan sistem distrik dengan block voting, hal ini berbeda dengan pemilihan umum 2006. Pemilihan umum 2006 menggunakan sistem voting paralel untuk mendapatkan jumlah perwakilan proporsional. Jumlah kursi legislatif yang semula 88 kursi, dinaikkan menjadi 132 kursi dengan pertimbangan bahwa penduduk Palestina sudah bertambah. Seluruh suara diperebutkan di 16 distrik, yaitu jerusalem, Tubas, Tulkarm, Qalqiliya, Salfit, Nablus, Jericho, Ramallah, Jenin, Bethlehem, Hebron, Gaza Utara, Gaza City, Deir al-Balah, Khan Younis, dan Rafah.[16]

Kemenangan Hamas sunting

 
Ismail Haniyah

Hasil pemilihan umum 2006 itu kemudian secara mengejutkan, berhasil dimenangkan oleh Hamas.[17] Hamas mendapatkan 74 kursi legislatif, sementara Fatah mendapatkan 45 kursi legislatif. Kemenangan Hamas itu disebabkan karena popularitas Fatah yang menurun karena isu korupsi, salah satu yang terungkap adalah Arafat's Swiss Bank Account, itu artinya skandal korupsi Fatah sudah terjadi sejak era Yasser Arafat, seperti yang diungkapkan oleh Chris McGreal, korupsi dan inkompetensi dalam Fatah yang didominasi oleh faksi Yasser Arafat telah membantu kemenangan Hamas pada pemilihan umum 2006.[18] Kemenangan Hamas itu juga menaikkan Ismail Haniyah sebagai Perdana Menteri Palestina, yang dilantik pada 20 Februari 2006.[19]

Hasil Pemilihan Umum Legislatif Palestina 2006[20]
No. Nama Partai atau Koalisi Partai Jumlah Suara Presentase Jumlah Kursi (Proporsional/Distrik)
1 Hamas 440.409 44,45 74 (29/45)
2 Fatah 410.554 41,43 45 (28/17
3 Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina 42.101 4,25 3 (3/0)
4 Koalisi Alternatif:

- Front Demokratik untuk Pembebeasan Palestina

- Partai Rakyat Palestina

- Persatuan Demokratik Palestina

- Independen

28.973 2,92 2 (2/0)
5 Koalisi Independen:

- Inisiatif Nasional Palestina

- Mustafa Barghouti

26.909 2,72 2 (2/0)
6 Jalan Ketiga 23.862 2,41 2 (2/0)
7 Lain-Lain 18.065 1,82 4 (0/4)
TOTAL 990.873 100 132 (66/66)

Perkembangan Demokrasi di Palestina sunting

Penyelenggaraan pemilihan umum 2006 itu dikatakan sebagai sebuah peristiwa politik yang penting bagi Palestina,terutama dalam hal perkembangan nilai-nilai demokrasi di Palestina. Pemilihan umum 2006 memiliki beberapa nilai positif dalam pembangunan demorasi, antara lain:[21]

  1. Pemilihan umum 2006 tersebut pertama kalinya melibatkan dua kekuatan politik utama di Palestina, yaitu Fatah dan Hamas, disampin itu juga kembalinya Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina kedalam proses politik yang demokratis.
  2. Hamas yang secara mengejutkan memenangkan pemilihan umum 2006, padahal selama dua pemilihan umum sebelumnya Hamas selaalu berada diluar sistem dan tidak pernah mau ikut dalam proses demokrasi, tetapi ketika Hamas masuk, kekuatan oposisi dalam politik Palestina mendapatkan tempat untuk mengimbangi dominasi Fatah.
  3. Pengakuan dan kesaksian dari para pemantau dan kontributor asing, salah satunya adalah tim pemantau yang dipimpin oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter yang mengatakan bahwa pemilihan umum 2006 berlangsung dengan bersih, transparan, bebas, demokratis, dan damai.

Selain itu, kemenangan Hamas juga dianggap sebagai babak baru dalam perjuangan politik Palestina dalam menghadapi Israel. Fase-fase perjuangan Palestina itu seperti yang dikatakan oleh Musthafa Abd Rahman, seorang pengamat politik dari Suriah, sebagai berikut:[22]

  1. Fase nasionalisme kebangsaan Arab (1948-1967). Pada fase ini, perjuangan pembebasan Palestina berada dibawah kepemimpinan tokoh-tokoh nasionalisme Arab, seperti Gamal Abdul Nasir, Hafez al-Assad, dan lain-lain, yang terlibat dalam beberapa perang terbuka dengan Israel, seperti Perang Arab-Israel 1948, Perang Enam Hari, dan Perang Yom Kippur.
  2. Fase nasionalisme Palestina (1967-2004). Pada fase ini perjuangan pembebasan Palestina dipimpin oleh organisasi nasionalis lokal, yaitu PLO dibawah kepemimpinan Yasser Arafat. fase ini lebih bersifat perjuangan lokal Palestina, seperti Intifadhah Pertama dan Intifadhah al-Aqsha, sampai wafatnya Yasser Arafat pada 11 November 2004.
  3. Fase nasionalisme Islam (2006-sekarang). Pada fase ini diawali oleh kemenangan organisasi berhaluan kanan jauh, berideologi fundamentalisme Islam, yaitu Hamas dalam pemilihan umum 2006. Kemenangan Hamas itu juga diangap sebagai suatu penyeimbangan antara rezim sekuler dengan rezim teokratis di Timur Tengah.

Referensi sunting

  1. ^ Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 100 - 101
  2. ^ a b Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 101
  3. ^ "Arafat elected leader of Palestine - Jan 20, 1996 - HISTORY.com". HISTORY.com. Diakses tanggal 2017-12-08. 
  4. ^ "CNN - Polls open for first Palestinian elections - Jan. 20, 1996". edition.cnn.com. Diakses tanggal 2017-12-08. 
  5. ^ "The Palestinian election of 1996". Electoral Studies. 15 (3): 414–421. 1996-08-01. doi:10.1016/S0261-3794(96)90048-7. ISSN 0261-3794. 
  6. ^ Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 67 - 68
  7. ^ a b Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 102
  8. ^ Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 102
  9. ^ a b Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 103
  10. ^ a b "2005: Abbas triumphs in Palestinian elections" (dalam bahasa Inggris). 2005. Diakses tanggal 2017-12-08. 
  11. ^ a b c Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 104
  12. ^ "CNN.com - Abbas declared victor in Palestinian election - Jan 10, 2005". edition.cnn.com. Diakses tanggal 2017-12-08. 
  13. ^ Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 105
  14. ^ Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 105 - 106
  15. ^ a b Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 106
  16. ^ Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 107
  17. ^ Jeffery, Simon; agencies (2006-01-26). "Hamas celebrates election victory". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2017-12-09. 
  18. ^ Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 108
  19. ^ "TIMELINE: Key events since 2006 Hamas election victory". Reuters. Wed Jun 20 13:26:44 UTC 2007. Diakses tanggal 2017-12-09. 
  20. ^ Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 112
  21. ^ Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 109
  22. ^ Bawono Kumoro, Hamas: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, (Bandung: Mizan, 2009) hal. 110